Cinta Setelah Menikah - Bab 405 Rencana! Melarikan Diri Dengan Selamat.

Di dalam lift, Tifanny Wen menghembuskan napas. Saat ini tangannya dipenuhi keringat dingin.

Barusan sangat berbahaya! Jika pengawal tadi sadar, maka seluruh kerja kerasnya maka akan sia-sia.

Setelah membunuh pengawal wanita bernama Angie, hal yang terpenting adalah bagaimana dirinya dan Nina kabur. Memakai baju dan memakai topi adalah jalan keluar beresiko yang digunakan Tifanny Wen, karena baju pelayannya sudah dipakai oleh Nina.

Sebagai aktris terbaik, untuk berperan sebagai orang lain bagi Tifanny Wen bukanlah hal sulit. Selama... tidak membiarkan pengawal lain melihat wajahnya. Dan koper besar serta pelayan wanita yang tadi berada di depan dan belakangnya tepat sekali membantu Tifanny Wen membuat pengawal yang berjaga tak bisa melihat wajahnya.

Meniru suara Angie juga membuat pengawal yang berjaga begitu mendengarnya tidak akan timbul rasa curiga.

Ada tiga alasan mengapa Tifanny Wen membuat Nina berakting ketakutan lalu kabur, yaitu:

Pertama, untuk memberikan Tifanny Wen kesempatan untuk menghindar dari tatapan pengawal yang sedang berjaga, juga menarik pengawal tersebut untuk mengejar Nina dan memberi Tifanny Wen kesempatan masuk ke dalam lift sendirian tanpa wajahnya dilihat.

Kedua, untuk membuat pengawal yang sedang berjaga mengerti bahwa pelayan wanita yang kabur itu akan mendapatkan 'penanganan khusus'. Pengawal itu sebagai saksi jika tiba-tiba kehilangan seorang pelayan, hal itu tidak akan membuat orang lain heran. Karena Tifanny Wen ingin membawa Nina pergi!

"Tifanny? Kamu... artis cilik dari negara Long?"

Di dalam lift, Nina membuka maskernya dan menatap Tifanny Wen dengan linglung, akhirnya Nina teringat sesuatu lalu bertanya.

Nina disandera bertahun-tahun, dia tidak tahu ada kabar apa yang tersebar luas di luar sana.

Tapi Tifanny Wen sudah debut lama sekali. Wajah Tifanny Wen dapat dikenali dia berasal dari negara mana.

"Kamu tahu identitasku?"

"Hm. Walaupun aku berasal dari negara F, tapi dari kecil aku tumbuh besar di negara Long. Jadi aku pernah melihat serial drama negara Long. Aku memiliki sahabat pria di negara Long, dia bernama Arnold Rong." Jawab Nina.

"Arnold Rong?" Tifanny Wen terkejut.

"Ya, Arnold dari perusahaan Rong yang berada di negara Long."

Tifanny Wen masih terkejut, "Maksudmu tuan muda tertua dari keluarga Rong?"

"Ya." Nina mengangguk.

"Nah, apa kamu tahu kalau beliau dulu memiliki mantan kekasih bernama Helen?" Tanya Tifanny Wen.

"Hm."

Untuk sementara dialog antara keduanya berhenti karena pintu lift sudah terbuka.

Tapi tombol yang ditekan Tifanny Wen bukan tombol lantai satu, melainkan lantai bawah tanah. Lantai bawah tanah adalah tempat parkir dan persediaan bahan makanan. Di hari biasa tidak ada yang berlalu lalang di sana, memudahkan keduanya pergi dari tempat ini. Tapi di luar istana kuno ini ada taman yang besar sekali. Jika sudah keluar dari taman, itu sudah bisa terbilang keluar dari tempat ini.

Tifanny Wen memakai kaca mata hitam dan masker. Di lantai bawah tanah sembari mencari mobil di deretan mobil yang sedang terparkir, sambil Tifanny Wen berkata: "Aku akan membawamu pergi. Setelah pergi dari sini, kamu harus balik sendiri ke negara F atau negara Long, mengerti? Aku akan mengendarai mobil Angie. Identitasnya spesial, dia tidak akan mendapat pembatasan saat keluar."

Nina mengangguk, "Tapi bagaimana kamu tahu itu mobilnya?"

"Di bajunya ada kuncinya. Kunci yang pas, maka itu mobilnya."

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berjalan. Mobil tersebut langsung menuju ke luar, mobil berjalan tanpa halangan. Para penjaga di gerbang taman, begitu melihat mobil ini, tanpa bertanya langsung memberikan jalan.

Mobil berada di negara F dan berhenti di pinggir danau.

Tifanny Wen mengambil kesempatan saat semua orang tak memperhatikannya lalu langsung membuang koper ke danau.

"Kamu bisa turun. Apa kamu bisa pulang ke rumah sendiri?"

Saat ini Tifanny Wen bertanya pada Nina.

Tifanny Wen sudah tahu siapa orang ini. Di perjalanan, Nina menceritakan seluruh perjalanan hidupnya pada Tifanny Wen.

"Aa...aku tidak punya paspor." Nina khawatir, "Tapi apa kamu punya uang? Bisakah kamu meminjamkanku uang? Aku butuh menelpon seseorang untuk menyuruh mereka menjemputku."

Tifanny Wen langsung memberikan sebuah kartu pada Nina dan mengatakan kata sandinya: "Kamu bisa pergi. Tapi kamu tidak boleh memperlihatkan wajahmu. Jangan sampai orang yang mengetahui wajahmu ini mengenalimu."

Nina mengangguk. Setelah turun dari mobil, Nina kembali menatap Tifanny Wen, "Kamu membiarkanku pergi seperti ini. Apa kamu tidak khawatir kalau aku tak bisa dipercaya lalu mengungkapkan dirimu?"

"Kamu tidak akan seperti itu."

"Kenapa kamu yakin begitu?" Nina merasa kepercayaan Tifanny Wen sulit dijelaskan.

"Ekspresi wajahmu memberitahuku." Jawab Tifanny Wen dengan datar, "Jika kamu mengungkapkan siapa diriku, aku akan menyuruh bawahanku menjemputmu."

Nina melihat Tifanny Wen sudah menutup pintu, lalu Nina mengetuk-ngetuk kaca mobil dan bertanya: "Kamu sungguh tidak mau langsung pergi? Jelas-jelas kamu sudah kabur. Kenapa tidak pergi?"

"Bukan urusanmu." Jawab Tifanny Wen, lalu mobil itu untuk kedua kalinya melesat pergi, meninggalkan Nina berdiri sendirian dan menatap ke mobil di depan dengan tidak mengerti.

Wanita aneh, kenapa dia tidak pergi? Tapi, kenapa kakek Alan ingin menangkapnya?

……

"Tuan, orangnya sudah ku bereskan. Mayatnya sudah ku bersihkan."

Baru mobil berjalan sebentar, mobil tersebut kembali berhenti. Tifanny Wen yang berada di dalam mobil dari kantong bajunya mengeluarkan sebuah ponsel hitam, setelah menemukan sebuah nomor telepon, Tifanny Wen menelpon. Hanya saja ketika bicara, Tifanny Wen masih menirukan suara Angie.

Tentu saja ini bukan ponsel milik Tifanny Wen. Tifanny Wen mendapatkannya dari baju Angie. Setelah membunuh Angie, Tifanny Wen mengunakan sidik jari Angie untuk mengganti seluruh kata sandi di ponsel, tentu sekarang Tifanny Wen bisa menggunakan ponsel ini. Dan ada banyak rahasia yang tersimpan di ponsel Angie yang sudah dilihat Tifanny Wen.

Hasil seperti ini adalah panen yang bagus untuk Tifanny Wen.

Tifanny Wen tidak bersedia pergi begitu saja.

Karena sementara waktu menjadi Angie, kalau pergi begitu saja tanpa melakukan apapun rasanya sia-sia.... dan juga Tiara Han masih ada di kediaman keluarga Henry.

"Hm." Dengan cepat di sebrang telepon terdengar suara tenang pria tua.

Mendengar nada suaranya, Tifanny Wen bisa menilai bahwa pria tua itu tidak menaruh curiga padanya.

"Aksiku dilihat oleh pelayan wanita pengantar sup. Aku membawanya keluar dan membereskannya." Ucap Tifanny Wen lagi.

Tifanny Wen memberitahu hal ini, maka identitas Tiara Han baru bisa dihapus dengan benar dari keluarga Henry.

"Hm, itu hanya satu pelayan saja. Tidak perlu beritahu aku." Pria tua itu menjawab dengan tak peduli.

"Ya."

"Cepat kembali." Pria tua itu kembali berkata.

"Tuan, aaa...aku diperhatikan seseorang." Ucap Tifanny Wen.

"Hm?"

"Barusan aku bersiap pulang, tapi... tuan, sepertinya aku diikuti seseorang. Aku curiga mereka berasal dari negara Long." Tifanny Wen kembali menyalakan mobilnya. Sambil menyetir sambil bicara.

"Sebelum kabur dari mereka, kamu jangan kembali dulu. Aku tidak ingin mereka lebih awal mengetahui tempat yang aku tinggali."

Tifanny Wen mendengar jawaban pria tua itu.

Di negara F, di kota manapun keluarga Henry tinggal, mereka selalu memiliki hunian mewah, di antaranya ada hunian yang semua orang tahu dan tidak. Dan tuan Genki akan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ingin mencaritahu alamat rumahnya bukanlah hal yang mudah, karena alamatnya.. tidak pasti.

Pria tua tersebut masih berpikir dia masih mengurung Tifanny Wen. Sebelum pria tua itu melakukan langkah yang detil, pria tua itu tidak ingin rencana awal penyelamatannya direbut orang lain. Maka dari itu, pria tua itu sekarang tidak ingin mengungkapkan alamat tempat Tifanny Wen dikurung.

Dan ketika tempat tinggalnya terungkap, bahkan jika pihak lawan tidak bisa meyakinkan Tifanny Wen dikurung olehnya, tempat tinggalnya tetap akan diperhatikan orang-orang. Sampai saat itu tiba... siapa yang tahu, sebelum dia menjalankan rencana, apakah orang-orang negara Long akan memberikan pihaknya berbagai masalah.

Maka dari itu...

Begitu pria tua itu mendengar Angie diikuti oleh orang. Saat itu juga dia menyuruh Angie untuk sementara tidak pulang.

Setidaknya sampai Angie berhasil kabur dari mereka, baru Angie bisa kembali.

Terkait Angie yang diikuti orang lain, walaupun itu hal yang tak terduga. Tapi berdasarkan kekuatan keluarga Mu, mungkin saja pihak mereka bisa mencari secepat itu. Pria tua itu sangat terkejut, tetapi untuk sementara dia tak menaruh curiga pada hal ini.

Setelah telepon berakhir, bibir tipis Tifanny Wen terkatup, ponsel di tangannya dilempar ke kursi mobil lalu Tifanny Wen melajukan mobilnya...

Jika Tifanny Wen tidak bicara begini, bagaimana bisa dirinya membuat pria tua itu sendiri memerintahnya seperti ini?

Suara bisa ditiru, nada suara juga bisa ditiru.

Tapi begitu dia kembali, wajahnya... pasti akan terungkap!

"Halo, ayah..."

Setelah Tifanny Wen mematikan telepon, orang yang selanjutnya dia hubungi bukan Yansen Mu, melainkan ayah Mu.

"Ayah, aku butuh bantuanmu."

……

30 menit kemudian, Tifanny Wen membawa mobil Angie ke sebuah area villa. Setelah turun dari mobil, Tifanny Wen berjalan masuk ke villa tersebut.

"Nyonya."

Begitu masuk ke dalam, Tifanny Wen melihat ada 24 pengawal berbaris rapi menjadi dua barisan di kanan dan kiri. Begitu Tifanny Wen sampai, mereka sudah membungkuk ke Tifanny Wen.

Di antara mereka ada orang-orang ayah Mu yang berada di negara F. Masih ada 12 orang pengawal, yaitu pengawal yang diam-diam ayah Mu siapkan di sisi Tifanny Wen saat berada di negara Long, mereka hanya menjaga secara rahasia. Ketika Tifanny Wen menghilang, mereka baru saja sampai di negara F dan mencarinya. Setelah Tifanny Wen menghubungi mereka, mereka berkumpul di sini. Walaupun wilayah ini milik negara F, tapi tempat ini milik pribadi. Jika Tifanny Wen menginap di hotel pasti tidak nyaman. Tifanny Wen butuh tempat pribadi.

"Nyonya, maaf kami tidak melindungi anda."

Kedua belas pengawal yang diam-diam mengejar kemari saat ini menunggu balasan ucapan Tifanny Wen. Mereka sudah menundukkan kepala mereka dengan sangat rendah dan wajah mereka memerah.

"Tidak perlu minta maaf padaku. Pria tua itu tiba-tiba datang dan membawaku pergi, ini adalah hal yang siapapun tak bisa prediksi. Aku juga tak nyaman membiarkan kalian terus menempel padaku. Saat terjadi masalah seperti ini, aku tidak bisa bergantung pada kalian."

"Nyonya, maksudnya adalah... anda bisa kembali. Hentikan aksi ini, anda cukup beristirahat dan merawat janin di perut anda. Karena sudah dicurigai, kalau diteruskan terlalu berbahaya." Ucap seorang pengawal.

"Berhenti?" Tifanny Wen menaikkan alisnya, lalu menunduk melihat ke perutnya sendiri. Ketika mendongak, ekspresi wajah Tifanny Wen sudah santai lalu menjawab: "Siapkan sebuah kamar untukku. Berhenti atau tidak, kita masih harus lihat... apa yang bisa aku temukan di ponsel Angie."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu