Cinta Setelah Menikah - Bab 146 Imbalan Yang Tidak Cukup (2)

Ramai sekali netizen yang membicarakan kedua drama tersebut. Sedangkan Tifanny Wen, besok bersiap pergi ke negara F untuk mulai syuting.

Karena lokasi syuting film 《Rahasia Negara》 bertempat di negara F. Maka dari itu, bahkan jika Tifanny Wen masih mengkhawatirkan permasalahan dalam negeri, mungkin dirinya tidak bisa menemani netizen untuk menonton penayangan perdana 《Five Musts》.

Tifanny Wen merasa kepalanya mau meledak.

Sibuk sekali!

Selain akan syuting, Tifanny Wen masih harus bersiap ujian untuk mendapatkan gelar master.

"Kamu mau pergi ke negara F?" Malam hari, setelah mendengar Tifanny Wen akan pergi ke negara F untuk syuting, Yansen Mu mengernyit.

"Ya. Tim produksi ingin mengambil pemandangan dari sana." Jawab Tifanny Wen, "Oh ya tuan Mu, coba kamu lihat data dari dua sekolah ini, mana yang lebih baik ku tuju? Setelah selesai syuting 《Five Musts》, kira-kira sudah waktu masuk sekolah. Karena 《Tim Petualang》 adalah serial fantasi. Setidaknya persiapannya membutuhkan waktu setahun dari total waktu sepuluh tahun. Kebetulan aku bisa memanfaatkan waktu ini untuk sekolah. Coba bantu aku lihat, mana yang lebih baik?"

Tangan Tifanny Wen saat ini memegang dua data dari dua sekolah. Kedua universitas itu belum pernah dimasuki. Walaupun Tifanny Wen lulus dari sekolah tinggi, tapi wanita itu tidak ingin mengulang belajar di universitas, maka dari itu dia memilih sebuah sekolah yang lain.

"Tes di sekolah bahasa asing?" Yansen Mu mengangkat alisnya saat menerima data tersebut.

Tifanny Wen mengangguk, "Ya. Dulu ketika belum kembali ke dunia hiburan, aku bersiap untuk tes di kampus administrasi bisnis. Tapi karena aku memilih jalan sebagai aktris, rasanya tidak perlu belajar administrasi bisnis. Sebenarnya aku merasa, bahasa asing akan sangat bermanfaat setelah aku berada di dunia internasional."

Yansen Mu tersenyum, "Berjalan di panggung internasional? Wah kamu percaya diri sekali."

Tifanny Wen menjawab: "Kenapa? Tidak percaya? Kalau begitu lihat saja."

Yansen Mu tertawa rendah dan tidak membela dirinya lalu memberikan data itu pada Tifanny Wen, "Pilih Universitas Qingdan saja. Cukup bagus."

"Universitas Qingdan?" Tifanny Wen berpikir lalu menjawab, "Jurusan bahasa asing di universitas Nanqiong lebih bagus sedikit dari Qingdan dan juga urutan keseluruhannya lebih baik. Kenapa memilih univeristas Qingdan?"

Walaupun Tifanny Wen bertanya pada Yansen Mu, tapi hatinya lebih memilih universitas Nanqiong. Yang membuatnya kalut adalah....

"Terlalu jauh." Jawab Yansen Mu jujur, "Dia berada di wilayah paling selatan negara Long, berbatasan dengan negara F. Kalau kamu masuk ke sekolah yang begitu jauh, bagaimana dengan rumah? Masih mau? Lalu bagaimana denganku? Apakah kamu masih mau?"

Tifanny Wen menahan senyum. Dirinya tahu  .

Baiklah...

Demi tuan Mu...

"Baiklah, universitas Qingdan." Akhirnya Tifanny Wen menjawab dengan cepat. Universitas Qingdan berada di kota X, sangat dekat dan akses kesana juga semakin mudah.

Setelah memilih universitas, tidak lama kemudian akan ujian. Yang dipilih Tifanny Wen adalah bahasa asing. Dia merasa jurusan ini tidak perlu dikhawatirkan. Bagaimanapun juga dirinya adalah orang yang bisa menggunakan bahasa lain dalam komunikasi sehari-hari. Karena sejak kecil ingin menjadi mega bintang internasional, dalam aspek bahasa asing, Tifanny Wen meluangkan waktu berkali-kali lipat lebih banyak dari orang biasa. Selain ujian di pelajaran politik yang terdapat dalam mata kuliah jurusan, di jurusan ini Tifanny Wen juga harus menghafal banyak dan dia tidak masalah dengan hal tersebut.

Maka dari itu, Tifanny Wen tidak takut tidak lulus dari tes ini.

Tapi Tifanny Wen masih sedikit khawatir. Karena identitasnya ini seperti tidak cocok kuliah di dalam negeri. Dalam hati dia berpikir, dengan popularitasnya saat ini, setelah dia masuk sekolah, mungkin dirinya akan dikelilingi banyak orang dan sulit untuk berbaur dengan yang lain.

Tifanny Wen berani yakin, mahasiswa yang tidak berani mendekatinya dan berteman dengannya, harusnya menempati posisi yang besar. Bahkan jika berani mendekatinya, kemungkinan juga karena memiliki beberapa macam tujuan dan menjilat. Tifanny Wen menilai seseorang dari pandangan pribadinya, kenyataannya Tifanny Wen tidak memiliki cara untuk mengabaikan kenyataan yang ada.

Tapi Tifanny Wen ingin bersekolah, yang dia inginkan adalah suasana sekolah yang seperti itu. Yang dia inginkan adalah bisa berbaur dengan lingkungan sekolah. Tapi saat ini dia...

"Kenapa?" Yansen Mu melihat Tifanny Wen tiba-tiba mengerutkan alisnya. Saat ingin bertanya, tiba-tiba Yansen Mu terpikir sesuatu lalu berkata: "Tim militer internasional akhir-akhir ini sedang menyelidiki sebuah jenis kulit manusia buatan. Selain bisa menyembuhkan luka bakar, bisa juga membuat bagian dari wajah dengan sangat bagus. Jika kamu menggunakannya, ditambah lagi menyuruh penata rias hebatmu mendandani wajahmu, mungkin... ketika bersekolah identitasmu tidak akan terungkap. Bagaimanapun juga tidak ada orang yang memikirkan hal ini, karena orang biasa tidak bisa bersentuhan dengan hal ini."

Sesuai dugaan, Yansen Mu sangat cermat. Tidak disangka pria itu bisa menebak isi kekhawatiran Tifanny Wen.

Begitu melihat, Yansen Mu langsung tahu apa yang sedang dikhawatirkan wanita itu.

"Maksudmu adalah menyuruhku merubah wajahku?"

Setelah mendengar, Tifanny Wen berpikir dirinya salah mendengar. Merubah wajah? Tifanny Wen kira kata-kata ini hanya ada di drama zaman dahulu. Tidak disangka pria ini menggunakan kata ini padanya.

Tifanny Wen menyipitkan matanya, menatap Yansen Mu dengan curiga. Tapi ekspresi pria itu sangat serius, sama sekali tidak seperti berkata bohong.

Yansen Mu mengangguk, "Tidak percaya? Jangan bicarakan yang lain, hanya bicarakan teknik riasan saat ini. Penata rias terhebat hanya menggerak-gerakkan pensil saja bisa mengubah seseorang. Terlebih lagi kamu memiliki suatu bahan di wajah dan wajahmu dihias sedemikian rupa. Walaupun tidak bisa seperti pemain anggar yang begitu hebatnya 'menutupi wajah', tapi ini bisa membuat orang tidak mengenali bahwa kamu adalah Tifanny Wen. Tentu saja ada kemungkinan bahwa tatapan matamu seperti Tifanny atau ada kemiripan, tapi wanita di dunia ini tidak sedikit, selama membuat orang berpikir kamu bukan Tifanny, ku rasa itu sudah cukup."

Mendengar ucapan meyakinkan Yansen Mu, Tifanny Wen berpikir dan merasa bahwa itu benar. Hanya merubah sedikit wajahnya, lagipula biasanya di depan layar dia juga berdandan. Lalu dia akan meninggalkan layar kaca, selama dia diam-diam, mungkin banyak orang yang tidak dapat mengenalinya.

Tifanny Wen mengangguk pada Yansen Mu, yang artinya setuju dengan pendapat pria itu.

……

Lima hari kemudian, ini adalah hari penayangan perdana 《Five Musts》 dan 《Imperial Lady》. Tifanny Wen sudah meninggalkan negara Long dan menuju ke negara F. Selain Tifanny Wen, Gu dan Daniel An turut serta.

Hubungan Tifanny Wen dan Gu sangat canggung. Menyebabkan keduanya tidak berinteraksi sepanjang perjalanan. Tapi walaupun hubungan keduanya tidak baik, karena alasan ini juga, tidak sedikit tim produksi karena takut membuat marah Gu, mereka menjauhi Tifanny Wen. Tapi hubungan Tifanny Wen dan sutradara Jacky Yu semakin hari semakin membaik.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu