Cinta Setelah Menikah - Bab 428 The End (1)

“sudahlah sudahlah! Kamu gadis tua yang tidak pernah makeup dan belum Menikah, mengerti apa tentang make up terbaru?” Tiara Han melirik ke arah Helen Mu?

“siapa yang tidak pernah make up? Jika aku keluar pasti makeup tahu tidak?”

“sudah! Apakah yang kemarin aku lihat…”

“saat kamu melihatku, kebanyakan ada di ruang percobaan. Apakah kamu pernah melihat peneliti yang berdandan seperti itu?”

Helen Mu kembali menahan, “di tambah lagi, mengenai masalah perempuan yang belum Menikah. Apakah kamu yakin, kamu pantas mengatakannya? “

Orang yang mengejarnya, bahkan hingga berbaris.

Tapi orang yang mengejar Tiara Han… ehem, Baiklah, hampir semuanya, di ajar oleh kakaknya yang galak iitu, setengah tahun ini, tidak ada orang yang berani mendekatinya.

Mendengar ucapan Helen Mu, Tiara Han menyeka kalimatnya, menggunakan kalimat seperti orang tua mengatakan: “masalah pernikahan, tidak mudah di selesaikan.”

“siapa yang bilang, bisa di selesaikan dengan mudah kok? Bulan depan aku mau Menikah.” Akhirnya Febby ikut berbicara.

Dia dan Tono Mo sudah tunangan begitu lama, dan hubungan mereka juga begitu baik. Di mata adik Tifanny Wen ini, permasalahan seumur hidup ini… sama sekali tidak ada apa – apanya!

“kamu berdiri di samping saja.”

Luna Jiang yang begitu mendengar kalimat itu mengerutkan dahinya, langsung berdiri dan mendorong Febby Wen ke sebelah, menunjuknya dan berkata:

“setelah pernikahan, gadis ini, harus menyeretnya keluar dan di pukul.”

“di pukul! Setuju!” Helen Mu mengangkat tangan.

“Setuju!” Tiara Han tepuk tangan dan juga mengangkat tangan.

Luna Jiang hingga sekarang, masih belum berhasil mengejar Baim Su. Jika membahas Beberapa perempuan di sini, hanya Luna Jiang yang mengejar lelaki, mengejar hingga sekarang, masih belum ada hasilnya.

Justru nona Besar Jiang kali ini tidak tahu harus bagaimana, ternyata tetap melekat pada orang yang seperti kayu ini. Dan juga, meskipun dia terus kalah, tapi dia semakin berani, sampai sekarang masih belum menyerah untuk mengejar lelaki itu, justru malah semakin semangat. Beberapa saat yang lalu… dia di tempat umum, menyalakan ratusan lilin untuk menyatakan cinta pada Baim Su. Perbuatannya ini, bahkan sampai ke trending topik, membuat Netizen mengeluh.

Tapi hasil akhir yang dia dapat adalah… membuat Baim Su tidak berani Bertemu dengannya.

“Baiklah, jangan bicara lagi. mobil nikah sudah mau datang, cepat bersiap.

Saat ini, Beberapa orang yang di belakang tertawa kecil, sebelumnya perempuan berambut pirang yang berdiri di belakangnya, berjalan ke sebelah Tifanny Wen, dan menggandeng tangannya.

Dia, juga berpakaian sebagai bridesmaid.

Tifanny Wen mengangkat kepalanya, melihatnya, tersenyum berkata: “kamu masih bisa tertawa. Karena kamu ingin menjadi bridesmaidku, selalu tidak ingin Menikah duluan, sekarang baik, Alan sudah menyalahkanku.”

“makanya, Kak Sherina, pacarmu itu benar- benar gila, bukankah hanya meminta mengundurkan pernikahan satu bulan, mengadakannya bersamaku?

Maka dia tidak akan panik seperti ini. Seperti takut satu bulan ini akan terjadi apa – apa saja.” Febby begitu melihat perempuan berambut pirang, langsung berkata:”Alan terlalu mengerikan, aku melihat tatapan dia melihat dirimu, seperti setiap saat ingin menelanmu saja.“

“dia memang seperti itu, tidak usah mempedulikannya.” Sherina menggoyangkan tangannya, “lagipula, jangan mendengarkan katanya. Sebelumnya dia memacari begitu banyak perempuan, sekarang, harus memberinya pelajaran.”

Jujur saja, jika bukan dua bulan yang lalu, menyadari dia mengandung anak Alan. Dia tidak bersedia begitu cepat mengiyakan lamaran Alan.

Dia sudah dalam keadaan vegetatif begitu lama. Setelah dia bangun, ingin menikmati waktu singlenya. Dan juga, dia sangat ingin menjadi seorang aktris yang berhasil, seperti Tifanny Wen, dalam satu tahun ini, dia masih belum akting. Sayangnya… lelaki itu dengan begitu cepat memasukkan sesuatu ke perutnya untuk menguncinya. Sudahlah! Melihat umurnya sudah tidak kecil, dan juga sangat patuh terhadap perintahnya, dia akan menikahinya saja.

“sangat iri seperti kalian yang tidak perlu mencemaskan masalah pernikahan karena ada yang sayang.” Tiara Han melihatnya dengan tatapan iri, melihat kumpulan bridesmaid.

Meskipun Helen Mu, juga ada Edwin Rong yang terus mengikutinya. Dan juga, dia dan Edwin Rong hubungan mereka lebih baik daripada sebelumnya. Bagi Tifanny Wen, Helen Mu akan Menikah dengan Edwin Rong, hanya masalah waktu. Masalah pernikahan, di tempat Helen Mu, juga tidak perlu khawatir. Yang perlu khawatir… hanya dirinya saja. Kakak sialan! Mengapa harus terus membuntutinya, tidak membiarkannya pacaran.

“tidak termasuk aku.” Luna Jiang langsung berkata, dengan pandangan yang sama, melihat ke arah Tiara Han, lalu memeluknya.

Selesai berbicara, seluruh kamar langsung terdengar suara tertawa….

…..

Setelah satu jam kemudian, yang menunggu Tifanny Wen hanyalah proses pernikahan yang rumit. Setelah proses saling ciuman, dia turun dari mobil pernikahan, terdengar lagu yang suci, saat dia menginjak karpet yang di taburkan bunga, hatinya merasa seperti tidak nyata.

Apakah ini benar – benar pernikahan?

Acara yang begitu besar, bahkan seluruh internet juga menyebarkan betapa mewahnya pernikahan mereka?

Tifanny Wen tidak suka yang begitu mewah seperti ini. Tapi setelah mendengar para tamu yang menatapnya dengan pandangan selamat, dia tidak bisa menahan rasa terharunya. Bahkan seperti perasaan perempuan pada umumnya: merasa, di hidup perempuan hanya sekali, juga tidak termasuk menyia – nyiakan kehidupan.

“ayah, tolong serahkan Fanny kepadaku, aku bisa bersumpah, aku tidak akan mengecewakannya.”

Tifanny Wen saat di gandeng Ayah Wen masuk ke gereja, tidak menunggu pemandu acara mengatakan apa, dia mendengar orang yang sudah menunggunya begitu lama, kelihatannya seperti lelaki yang sudah tidak sabar, sangat mantap mengulurkan tangan ke arah Ayah Wen.

Orang ini, jika bukan tuan dari Keluarga Mu, masih bisa siapa?

“pia…” Ayah Wen menepuk tangannya, dengan keras menepuk tangan Yansen Mu.

“pu…” Tifanny Wen tidak menahan diri untuk tertawa.

Dia juga mendengar, tamu yang lain juga ikut tertawa.

“bagus jika tahu!” Ayah Wen menghela napas, baru mengatakan satu kalimat, memberikan tangan Tifanny Wen ke atas tangan Yansen Mu.

Sebenarnya, emosi Ayah Wen tidak terharu seperti orang lain menikahkan putrinya. Dia sangat peduli kepada Tifanny Wen. Tapi Tifanny Wen sudah begitu lama Menikah kepada Yansen Mu, jika mengatakan waktu yang paling tidak rela…. Sekarang semuanya sudah berlalu. Suasana hati Ayah Wen, semuanya masih di penuhi rasa gembira. putrinya ini, bisa mencari suami yang begitu baik, hal berharga apa lagi yang bisa di minta?

“terima kasih ayah.” Yansen Mu dengan tersenyum menggandeng tangan Tifanny Wen, dengan rendah hati menjawabnya, lalu menggandeng tangan Tifanny Wen dan menuju ke dalam gereja.

Setelah itu suara pemandu acara kembali terdengar, pianis kembali melantunkan lagu. Setelah mendengar Beberapa kalimat, Tifanny Wen akhirnya mendengar suara yang baru bisa di dengarnya di drama, tetapi dia sendiri tidak pernah mengalaminya:

“tuan Yansen Mu, apakah kamu yakin kalau pernikahan ini adalah maksud Tuhan, dan rela menerima Tifanny Wen sebagai istrimu.” Pastor bertanya.

“aku bersedia.” Yansen Mu berkata.

“kalau begitu, apakah kamu bersedia bersumpah demi nama Tuhan: mulai dari hari ini, baik suka maupun duka, kaya maupun miskin, sakit maupun sehat, kamu akan menghargai istrimu, mencintainya, melindunginya, tidak meninggalkannya hingga maut yang memisahkan?”

“aku bersedia.” Yansen Mu kembali berkata.

Pastor melihat ke arah Tifanny Wen, “Tifanny Wen, apakah….”

“aku bersedia.”

“aku bersedia.”

Setelah dua kali mengucapkan sumpah, selanjutnya Tifanny Wen sudah tidak punya tenaga lagi. karena… dia tiba – tiba merasa tidak enak badan, bahkan dia mengucapkan kepada dirinya agar hari ini tetap harus bersemangat, dia benar – benar tidak bisa. Justru para bridesmaid, hari ini bermain hingga sangat gembira.

Yang paling sedih adalah, Yansen Mu ini. Masalah dia menyambut para tamu, awalnya dia tidak bisa tidak melakukannya. Tapi begitu melihat raut wajah Tifanny Wen tidak beitu baik, dia langsung berinisiatif membawa perempuan ini kembali ke kamar. Perbuatan seperti meninggalkan tamu ini, di mata para tamu tidak di lihat sebagai mencintai istri, semua orang menyebut tuan Mu sebagai “monyet yang terburu - buru”.

Tifanny Wen Terkadang mendengar suara ejekan seperti itu, membuatnya sangat malu.

“bagaimana jika, kita tetap harus keluar! Begini sangat tidak pantas.” Tifanny Wen merasa, dirinya lebih mementingkan harga diri daripada Yansen Mu.

“di tempat aku, tidak perlu mematuhi aturan seperti itu.”

Yansen Mu berkata dengan serius.

“aku tidak apa.” Tifanny Wen berkata: “mungkin karena sebelumnya terlalu lelah syuting.”

“benar – benar tidak apa?” Yansen Mu bertanya dengan tidak percaya.

“benar.”

Tifanny Wen ingin berdiri, tetapi di tahan oleh Yansen Mu, berkata: “istirahat baik – baik. Masalah di luar, kamu tidak perlu mengurusnya.”

Selesai berbicara, tuan Mu mengunci pengantinnya di dalam kamar, lalu dia sendiri yang ke luar.

Tifanny Wen ingin tertawa dalam hati. Hanya saja, dia puas dengan aturan seperti ini, lebih baik tidak perlu memaksakan pendapat lagi, melepaskan baju dan tidur. Lagi pula di luar begitu berisik, masih ada seseorang yang menahannya…

Tifanny Wen yang berbuat sesuka hati, saat bangun, pesta hari pertama sudah selesai, dan langit sudah gelap. Saat membuka matanya, menyadari Yansen Mu sedang berbaring di sebelahnya.

Lelaki itu mengganti pakaian tidur, dengan pandangan yang sangat bahaya melihat ke arahnya.

“Fanny, sekarang masih lelah tidak?”

Lelaki itu tiba – tiba bertanya.

“sudah lebih baik.” Tifanny Wen menjawab. Setelah dia istirahat, memang lebih membaik.

Yansen Mu seakan sedang menunggu kalimatnya ini, kalimat itu baru di ucapkan lelaki itu langsung menekan ke arahnya, lalu mencium bibirnya.

Beberapa saat ini karena masalah pernikahan dan masalah kerja, kedua orang sangat sibuk, jangankan masalah dekat seperti ini, bahkan ingin menciumnya saja, dia sudah lama tidak bisa melakukannya.

Tifanny Wen mendorongnya, merasa sedikit lucu. Lelaki ini, sudah bersamanya begitu lama, apakah tidak merasa bosan?

Meskipun dirinya tidak merasa bosan. Tetapi lelaki… bukankah makhluk yang berbeda dengan perempuan?

Terkadang Tifanny Wen merasa, apakah orang ini benar- benar lelaki normal.

Tuan Mu sekarang tidak mempedulikan pemikiran istrinya, dia memeluk perempuan ini, bahkan merasa badannya seperti terbakar, dengan perasaan yang dalam dan perasaan tulus darinya, nafsunya sudah sejak awal tidak bisa menahan diri ingin melakukan hal selanjutnya.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu