Cinta Setelah Menikah - Bab 248 Becker Mengajukan Lamaran (1)

“Kamu besok pergi melamar Gina Si.”

Jeremy Fan memberikan peringatan padanya.

“Hukkk”

Becker seolah menyemburkan darah keluar. Dia menengadahkan kepala melihat kakak terbesarnya ini, seketika itu juga dia tidak membantah, juga tidak menganggukkan kepala.

Sebenarnya, dia mengerti maksud kakak terbesarnya ini.

Lagipula, biarpun pelaku yang sebenarnya adalah Satria...............Becker juga tidak berharap dia kehilangan nyawanya. Sehingga, dia bersedia menuruti maksud kakak terbesarnya.

Hanya saja................

Dia memang bersedia, tetapi melakukannya dengan bersungguh-sungguh adalah hal yang berbeda.

“Kak, aku.................”

“Aku apa? cepat pergi!” Jeremy Fan memberi peringatan padanya.

“Kak, hal ini tidak bisa dilakukan jika aku saja yang bersedia.” Becker merasa tidak berdaya, seketika itu juga dia berbicara dan tidak termangu lagi.

Masalah semacam pernikahan ini adalah masalah kedua belah pihak, bagaimana mungkin bisa menikah hanya dengan dia mengatakan ingin menikah?

“Bahkan kamu tidak bisa membujuk seorang wanita?” pada akhirnya, Jeremy Fan meremehkannya dengan intonasi bicara yang tidak serius.

Becker: ....................

Dia mengatakan kalimat itu seolah bisa membujuk seorang wanita dengan sangat mudah.

“Percaya padaku, kamu perlihatkan pesona wajahmu ini ke hadapan wanita itu, lalu tunjukkan cincin yang memiliki permata besar itu, aku yakin pasti bisa membujuknya.” Jeremy Fan memberikan ide.

Setelah selesai bicara, dia menepuk bahu Becker, berkata: “Cepat persiapkan.”

“Tetapi kak”

“Omong kosong apa, kalau kamu masih belum pergi, maka aku akan marah.” ucap Jeremy Fan.

Dia mengatakan kalimat itu seolah dia saat ini tidak sedang marah.

Becker berpikir, dia merasa dirinya seolah tidak memiliki pilihan lain. Dia tidak ingin benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa dirinya atau Satria akan diserahkan kepada Yansen Mu, kemudian kehilangan nyawa.

Sehingga, dia harus mencobanya.

Tetapi, menikah?

Dia tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Juga tidak memiliki kesiapan bathin apapun dalam melakukan hal ini.

Suasana hati Becker menjadi gundah, tiba-tiba dia merasa bahwa beberapa hari ini dia benar-benar berubah menjadi aneh tanpa sebab!

Wanita? makhluk semacam ini, nantinya akan muncul didalam kehidupannya?

Cincin? apakah semua wanita menyukainya?

Becker tidak mengerti mengenai hal ini, dia melihat waktu, didalam hatinya merasa sedikit tidak berdaya. Pada jam sekarang, semua mall biasanya sudah tutup semua.

Dan juga, cincin yang memiliki permata besar?

Dimana dia bisa mencari cincin yang memiliki permata besar?

Becker menggaruk kepala, tiba-tiba merasa tidak bisa berbuat apa-apa.

...............................

Lagipula, sebentar lagi Yansen Mu sudah akan membawa Tifanny Wen pergi.

Mobil Yansen Mu awalnya parkir di gedung utama kelompok elang hitam, dia pergi ke Bar tanpa mengendarai mobil. Dan saat ini, tentu saja Yansen Mu akan pulang ke rumah dengan mengendarai mobilnya.

Dan saat ini mobilnya masih sedang dalam perjalanan. Hanya saja, barusan Yansen Mu sudah membawa Tifanny Wen pergi ke rumah sakit. Luka luar yang harus diobati pun sudah selesai diobati. Obat yang harus dimakan pun sudah dimakan oleh Tifanny Wen. Tetapi dia tidak ingin dirawat di tempat seperti rumah sakit itu, oleh karena itu, saat ini Yansen Mu sedang membawanya pulang.

“Pergi ke Universitas Nanqiong terlebih dahulu.” saat ini Tifanny Wen berkata pada Yansen Mu.

“Hah, Fanny, tidak perlu, aku turun, aku pulang naik taksi saja.” ucap Gina Si.

Saat ini dia sedang duduk di jok mobil bagian belakang, dia tidak berani berkata satu kata pun saat berada di tengah perjalanan.

Tidak masalah jika perasaannya ini ditekan dengan beban yang berat, tetapi dia juga malah ditakuti oleh Yansen Mu.

Bagaimana mungkin Gina Si tidak bisa menebak bahwa Tuan Mu ini marah! lagipula sikap marah dia seolah begitu mengarah padanya. Dia juga memahami akan sikapnya ini. Jika bukan karena dirinya, bagaimana mungkin Tifanny Wen bisa mengalami semua masalah hari ini. Sehingga, dia bisa memaklumi sikap Yansen Mu.

Tetapi memakluminya bukan berarti tidak takut padanya.

Terlebih lagi, saat dia memapah Tifanny Wen, saat itu..................apa yang dilihatnya?

Hantu yang sangat menyeramkan!

Bagaimana mungkin dia yang hanya seorang mahasiswa pascasarjana yang berusia masih muda ini bisa melihat suasana seperti itu?

Tetapi pada hari ini, dia melihat semua beberapa kejadian ini.

Diperkosa, menyesal, ditakuti...............serta rasa gundah terhadap masa depannya, berbagai macam tekanan bathin, saat ini sedang menekan perasaannya. Di perjalanan, Gina Si merasa dirinya sedikit sulit untuk bernafas, seolah hatinya ditekan oleh berbagai macam batuan.

Tetapi, dia saat ini tidak bisa memberitahu suasana hatinya ini kepada orang lain. Dia hanya bisa menahannya dengan sekuat hatinya.

Kehilangan seorang ayah, menanggung biaya pengeluaran adik laki-lakinya, impiannya direbut orang lain, nama baiknya tercemar...................beberapa tahun ini, bisa dianggap bahwa dia sudah menanggung banyak masalah yang mungkin tidak bisa ditanggung oleh anak muda lainnya, mengalami masalah hari ini, tidak ada satu orang pun yang lebih mengerti darinya, dia tidak memiliki cara lain, selain hanya bisa memikul beban ini.

Sehingga, wanita ini saat ini hanya bisa menahan rasa bersalah dan rasa takutnya ini didalam hatinya, berkata: “Aku bisa naik taksi sendiri.”

Bagaimana mungkin dia berani menyuruh Tuan Mu ini mengantar dia pulang ke Universitas Nanqiong?

Gina Si saat ini memiliki firasat buruk bahwa Yansen Mu memiliki pemikiran ingin membunuh dirinya.

“Jangan................” Tifanny Wen saat ini angkat bicara, tapi dia tidak mengatakan apapun, dia hanya membelalakkan mata ke arah Yansen Mu yang tiba-tiba menghentikan mobilnya.

Yansen Mu menengokkan kepala, melirik ke arah Tifanny Wen, pada akhirnya dia tidak mengatakan apapun, lalu langsung mengemudikan mobilnya kembali. Dia juga memutar balikkan arah mobilnya menuju ke Universitas Nanqiong.

Sebenarnya Yansen Mu bukanlah orang yang picik. Tetapi hari ini, dia benar-benar ditakuti oleh masalah Tifanny Wen. Saat ini dia masih belum bisa menenangkan diri dari rasa takut Tifanny Wen mungkin akan mengalami masalah jika dia tidak segera menyusulnya.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu