Cinta Setelah Menikah - Bab 276 Fanny, Apa Kamu Suka? (1)

“Tidak ingin makan, ingin diet.” pada akhirnya Tifanny Wen tidak bisa menahannya, dia selalu merasa emosinya ini tidak bisa dimengerti oleh pria ini.

Meskipun dia hanya marah di bibir saja, tetapi dia tidak benar-benar tidak menghargainya.

Dia melihat Yansen Mu tiba-tiba menatapnya, lalu berkata: “Sudah kurus, jika kamu lebih gemuk sedikit maka akan terlihat lebih cantik.”

“Aku adalah seorang pemain film, di kamera nanti akan terlihat gemuk.” ucap Tifanny Wen.

Yansen Mu mengerutkan alis, dia melihat Tifanny Wen sekilas, kemudian mengambil handphone, berkata: “Tidak suka makan ini? aku akan telepon pembantu untuk mengulang pesanan.”

“Jangan.................”

Tifanny Wen mengaku kalah.

Dia segera menundukkan kepala mengambil sumpit dan mangkuk, kemudian mulai makan. Hanya saja dia masih tidak dapat menahan rasa ingin melotot ke arah pria ini.

Dia yakin bahwa Yansen Mu sudah menduga jika dirinya takut merepotkan, takut membuang sia-sia, juga tidak ingin menguras tenaga para pembantu secara berlebihan, sehingga dia berkata seperti itu.

Apalagi perkataannya ini hanyalah sebuah perkataan yang sembarangan diucapkan, dia pun pasti mengetahuinya dengan jelas.

Setelah mempertimbangkan, Tifanny Wen pun menurutinya dan mulai makan. Sekalinya menengadahkan kepala melihat Yansen Mu, dia melihat Yansen Mu hanya makan beberapa suapan saja, lalu langsung meletakkan sumpitnya, dia mengatakan bahwa dia sebelumnya sudah makan, kemudian dia bersandar di kursi sambil tertidur.

Tifanny Wen benar-benar mengira Yansen Mu sudah makan, sehingga dia pun tidak menghiraukannya.

Hanya saja, setelah dia selesai makan, saat meletakkan sumpit, dia menyadari bahwa pria ini begitu mudah langsung tertidur sambil bersandar di kursi.

Tifanny Wen menggoyangkan dia, “Yansen, bangun, tidurnya pindah ke tempat lain. Posisi tidurmu ini sangat tidak baik.”

Tetapi Yansen Mu masih tetap tertidur dengan nyenyak.

Tifanny Wen mulai kesal, didalam hatinya merasa ingin memukulnya.

Dia ini..............apa dia sangat kelelahan dan sangat mengantuk?

Yansen Mu selalu memiliki sikap waspada yang sangat kuat, gerakan sekecil apapun itu bisa membangunkannya. Tetapi saat ini malah...............

Tifanny Wen bisa melihat jika wajah Yansen Mu ini sedikit lesu.

2 hari ini, apakah dia benar-benar................karena terlalu sibuk hingga tidak bisa menelepon dia?

Tifanny Wen tiba-tiba tidak tega membangunkan dia untuk pindah. Tetapi posisi tidurnya ini tidak baik, lebih baik membangunkan dia.

Lalu, dia hanya menyuruh orang untuk mengambil selimut untuk menutupi Yansen Mu.

.............................

“Tempat ini adalah tempat yang dulu pernah ditinggalinya? sejak kapan dia membelinya?”

Yansen Mu sedang tidur, sehingga Tifanny Wen juga tidak ingin mengganggunya. Saat ini, dia langsung memanggil seorang pembantu untuk menunjukkan jalan padanya mengitari rumah ini.

“Beberapa tahun yang lalu. Nyonya Muda, aku masuk ke rumah ini sejak beberapa tahun yang lalu, saat aku datang kemari, rumah ini sudah dibeli oleh Tuan Mu. Saat dia datang ke pulau Nanqiong, dia tinggal disini.”

“Apakah saat dia tidak tinggal disini, kalian masih tetap berada disini untuk jangka waktu yang lama?” tanya Tifanny Wen.

Pembantu itu menganggukkan kepala. Setelah berpikir, dia berkata: “Hanya saja, ini adalah pertama kalinya Tuan Muda tahun ini datang kesini saat datang ke pulau Nanqiong.”

Jarak dari sini ke Universitas Nanqiong memang sedikit jauh. Karena Yansen Mu lebih memilih untuk menemani Tifanny Wen, tentu saja dia tidak tinggal disini.

“Nyonya Muda, ini adalah kamar anda dengan Tuan Muda. Tuan Muda sudah mengatakan bahwa malam ini akan tinggal disini. Tentu saja, setelah selesai makan, juga boleh pulang kesana.”

Saat ini, pembantu itu mengajak Tifanny Wen melihat sebuah kamar.

Tifanny Wen termangu, sekalinya melihat dekorasi kamar ini, dia merasa aneh: “Apa ini dekorasi baru?”

Dia melihat beberapa barang disini sama seperti barang-barang yang disukainya.

“Benar. Tuan Muda memerintahkan untuk menyiapkan kamar baru.”

“Ini hanyalah dekorasi ulang atau dia juga sebelumnya tinggal disini?”

“Ini adalah kamar baru. Tuan Muda sebelumnya tinggal di kamar yang lain. Hanya saja, sejak dulu Tuan Muda tidak mengijinkan kami masuk kesana. Urusan membersihkan kamar juga dia yang mengurusnya sendiri.” jawab pembantu itu.

Tifanny Wen merasa aneh.

Pria ini.................

Apa mungkin dia menyembunyikan rahasia di dalam kamarnya?

Siapapun tidak boleh masuk, bahkan membersihkan kamar pun dia sendiri yang mengurusnya?

Tifanny Wen merasa sedikit penasaran.

“Aku hari ini tinggal disini, tidak jadi pergi.”

Setelah Tifanny Wen berpesan kepada pembantu itu, lalu dia menyuruh pembantu itu pergi.

Kemudian, dirinya mulai mengelilingi kamarnya.

Karena ini adalah tempat yang pernah ditinggali oleh Yansen Mu, Tifanny Wen pun merasa dia juga harus terbiasa dengan alur rumahnya ini.

Hanya saja, Tifanny Wen mengelilingi rumah ini dengan perasaan sedikit tidak tenang. Di dalam pikirannya masih terngiang dengan perkataan pembantu tadi.

Sebenarnya kenapa pria itu selalu misterius?

Tifanny Wen terus berpikir sambil berjalan mengelilingi rumah ini, tiba-tiba dia tiba di depan sebuah kamar. Pintu kamar ini terkunci. Tetapi kamar yang lainnya semuanya terbuka.

Apa mungkin kamar ini adalah kamar yang dulu ditinggali oleh Yansen Mu dan sebelumnya dia melarang orang lain masuk ke kamar ini?

Tifanny Wen penasaran sambil berjalan mendekati kamar ini. Kunci pintu kamar ini memakai kunci kata sandi, Tifanny Wen tidak tahu kata sandinya, tentu saja dia tidak bisa membukanya.

Lagipula, dia masih sedikit bermoral, tidak mungkin dia masuk sembarangan tanpa ijin dari Yansen Mu.

Sudahlah, sebaiknya tidak perlu penasaran.

Tifanny Wen menasihati dirinya sendiri. Kemudian berbalik badan.

Tidak disangka, sekalinya dia berbalik badan, tiba-tiba menabrak ke dada seseorang yang begitu kokoh.

Kening Tifanny Wen terbentur hingga terasa sakit, dia pun bergumam. Kemudian langsung menengadahkan kepala.

Setelah itu, dia melihat Yansen Mu sedang menundukkan kepala melihat dirinya.

Tifanny Wen segera mundur ke belakang.

Tidak disangka, tangan pria ini tiba-tiba melingkari pinggangnya. Tidak hanya membuat dia tidak bisa mundur ke belakang, tetapi ini malah membuat dia semakin melekat erat.

“Aku lihat.” Yansen Mu menundukkan kepala melihat Tifanny Wen sedang mengelus kening, tiba-tiba dia menarik tangannya.

Tifanny Wen melepaskan tangannya. Yansen Mu melihat kening Tifanny Wen saat ini memerah.

Gerakan dia barusan saat berbalik badan...............sebenarnya guncangannya memang sangat keras. Dia juga tidak melihat jalan dengan baik.

Oleh karena itu, tabrakannya ini benar-benar sedikit parah.

“Kenapa kamu begitu keras seperti batu.”

Tifanny Wen bertanya sambil mencibirkan mulut.

Yansen Mu saat ini sedang mengelus kening Tifanny Wen. Sekalinya mendengar perkataan Tifanny Wen, dia pun bertanya: “Tidak suka?”

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu