Cinta Setelah Menikah - Bab 83 Tifanny Wen Terjadi Sesuatu (1)

“eh… mengapa ada orang yang memberhentikan mobil di sini?”

Entah sejak kapan, kelima orang yang memegang botol bir, lelaki berambut “pirang” memegang payung, memperhatikan mobil Tifanny Wen.

Sebenarnya, mereka baru kembali setelah makan bersama di pinggir jalan. Saat makan, melihat ada mobil yang berhenti di sini, tidak memikirkannya, setelah makan, melihat mobil itu masih ada di situ.

Kelima lelaki yang berambut “pirang”, setelah membayar, dan melihat mobil Tifanny Wen, langsung melihat ke arah mobil, sesaat tercengang.

“Tifanny Wen?” seorang lelaki berambut “pirang” itu, meragukan apakah dia salah melihat.

Sekarang meskipun di malam hari, tapi lampu di jalan sangat terang. Melalui lampu jalan, lelaki berambut “pirang” itu dapat dengan jelas melihat orang yang ada di dalam mobil.

Awalnya, dia tercengang. Setelah dia tercengang, matanya berkilauan di depan mobil jendela, setelah dilihat Beberapa kali, tiba – tiba dia berkata: “ini benar – benar Tifanny Wen.”

“a? bercanda bukan?”

Keempat lelaki berambut “pirang” itu, langsung mendekati jendela mobil.

Setelah di lihat, menyadari orang yang ada di dalam mobil bukan hanya Tifanny Wen, selain itu juga dalam keadaan tidak tersadar. Bagaimana pun juga, jika hanya tertidur, dengan pergerakan seperti ini, seharusnya dia bangun.

“dia kenapa? Eh, dia tidak mungkin pingsan bukan?”

Seorang lelaki kembali bertanya, dengan mata penasaran, tiba – tiba mengeluarkan pandangan jahatnya.

Selesai berbicara, bir yang ada di tangannya, dia gunakan untuk memukul kaca jendela mobil Tifanny Wen.

Prak….

Begitu bunyinya, botol bir yang terkena kaca jendela, segera hancur berkeping – keping.

“apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?” lelaki yang lain melihatnya, lalu berteriak.

“apa yang kamu herankan? Bukankah hanya melihat apakah dia tidak sadarkan diri? Jika ada pergerakan seperti ini dan dia tidak bangun, berarti dia memang tidak sadarkan diri.” Ucap lelaki itu dengan mabuk, selesai berbicara dia tersenyum jahat: “tidak sadarkan diri semakin bagus. Bagaimana jika, malam ini… kita mencoba seperti apa rasa artis besar ini?”

Ucapannya sudah begitu jelas, lelaki yang lain mana mungkin tidak mengerti.

Mereka berlima, awalnya hanyalah preman jalanan, saat malam hari melihat perempuan yang sendirian, juga pasti akan mengganggu mereka. Sekarang…. Perempuan cantik tidak sadarkan diri di depan mereka, niat jahatnya… jika tidak muncul baru aneh.

“tetapi…. Bukankah katanya latar belakang Tifanny Wen sangat kuat? Kamu juga berani mengganggunya?” seseorang berkata.

“apa yang kamu takutkan? Bukankah sekarang dia sedang pingsan? Kita bermain Beberapa kali di mobil, siapa yang akan menyadarinya?” seseorang menjawabnya: “jangan bilang kalau kamu tidak pernah menjadi penggemar Juwita Wen. Aku masih ingat kemarin kamu masih bermain dengan boneka Juwita Wen. Perempuan ini menyebabkan Juwita Wen begitu parah, apakah kamu tidak berpikir untuk membalasnya?”

“ehmmm…. Balas dendam sih tidak ada. Hanya saja…. Artis ini memang cantik.”

Satu orang yang melihat Tifanny Wen yang ada di mobil, melihat perempuan itu begitu putih, hatinya benar – benar gatal. Biasanya mereka tidak pernah meniduri perempuan secantik ini?

“kalau begitu apa lagi yang di tunggu? Pecahkan jendelanya, kita gentian.”

Orang yang memimpin itu sudah mengeluarkan air liurnya saat melihat Tifanny Wen, lalu mereka tidak meragukan lagi, lalu mengangkat botol bir, memukul kaca jendela mobil Tifanny Wen…..

…..

“pergi…..”

Meskipun Tifanny Wen tidak tersadar. Hanya saja sampai akhir, dia terbangun karena suara ricuh di luar mobil.

Hanya saja, saat dia membuka matanya kabur, melihat kaca jendela kiri dan kanannya sudah hancur. Di sampingnya terdapat seorang lelaki.

Lelaki itu membuka mobilnya dari dalam, dengan cepat, mobil itu bertambah empat orang lagi.

Awalnya Tifanny Wen masih sedikit tidak sadar, tidak dapat bereaksi dengan cepat. Hingga dia benar – benar membuka matanya, baru menyadari sesuatu, dia bergetar, mata dan tubuhnya menjadi berat, segera duduk tegap, dan berteriak “pergi!”

Tifanny Wen meskipun sedang panas tinggi, kepalanya juga sedikit pusing. Bukan berarti dia tidak tahu dia sedang menghadapi bahaya.

Saat ini dia ingin membuka pintu mobil, tetapi, tangan yang di ulurkan tiba – tiba di pegang oleh seorang lelaki.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu