Cinta Setelah Menikah - Bab 307 Aku Mencintaimu, Apakah Sulit Untuk Mengatakannya? (1)

Bahkan.... juga terputar adegan saat Sherina di negara F bertemu dengan kematian karena terlibat suatu masalah....

Saat Sherina berada di situasi itu, ada satu alasan yang penting, yaitu pria yang berada di hadapan Sherina, demi melindungi tugasnya yang sudah selesai, pria itu tidak mengulurkan tangannya untuk menyelamatkan Sherina...

Ingatan lama yang sudah terkubur kembali muncul, tiba-tiba Tifanny Wen merasa kepalanya menjadi sangat kacau.

"Sebelumnya kamu mengusulkan perjanjian satu tahun denganku. Apakah... kamu juga mempertimbangkan tugasmu kali ini?"

Tiba-tiba Tifanny Wen teringat sesuatu lalu bertanya.

Ketika ingatannya perlahan-lahan kembali, Tifanny Wen sangat marah dengan insiden Sherina, bahkan karena hal itu, Tifanny Wen mengajukan cerai pada Yansen Mu.

Saat itu, Yansen Mu mengajukan 'perjanjian satu tahun' dengannya, berkata mereka bercerai atau tidak, akan dipikirkan satu tahun kemudian dan dalam satu tahun ini, Tifanny Wen mengabaikan perasaan kacaunya dan menjalani waktu bersama dengan Yansen Mu dengan baik.

Saat itu Tifanny Wen mengangguk setuju.

Setelah setuju, Tifanny Wen tidak bisa mengelak bahwa sebenarya dirinya tenggelam pada kelembutan Yansen Mu.

Mungkin, Tifanny Wen tidak bisa melawan daya tarik Yansen Mu.

Atau mungkin, di dalam hatinya masih ada satu suara: karena sebuah kematian dan karena saat itu Yansen Mu tidak menyelamatkan temannya, Tifanny Wen memberikan hukuman mati pada pernikahannya, bagi Yansen Mu hal itu terlalu tidak adil dan terlalu kejam. Karena bagi Tifanny Wen, Yansen Mu jelas bersalah.

Maka dari itu, saat itu Tifanny Wen mematuhi ucapan Yansen Mu, membuang seluruh pikiran kacaunya begitu saja, tidak memikirkan masa depan, mematuhi seluruh keinginan hatinya dan kembali bersama Yansen Mu.

Sebelumnya, Tifanny Wen berpikir 'perjanjian setahun' adalah usaha agar Yansen Mu mendapat kelonggaran. Tifanny Wen juga mengakui semakin lama bersama Yansen Mu, dirinya semakin tenggelam bersama pria itu.

Tapi sekarang Tifanny Wen berpikir, 'perjanjian setahun' yang diucapkan Yansen Mu, sebenarnya ada satu alasan yang penting, sebenarnya pria itu tidak menjamin setelah satu tahun pria itu masih bisa hidup. Benar, kan?

Yansen Mu tiba-tiba mematung, tidak menyangka Tifanny Wen akan membahas persoalan 'perjanjian setahun' mereka.

Tetapi...

Yansen Mu mengangguk, tidak menyangkal.

Saat itu, Yansen Mu sungguh mempertimbangkan masalah tugas ini. Jika satu tahun kemudian terjadi sesuatu padanya... dan Tifanny Wen ingin pergi, Yansen Mu akan berkorban untuk membantunya.

"Pria brengsek!"

Tifanny Wen jarang sekali mengumpat.

Selesai memaki, Tifanny Wen mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di sudut matanya.

Lalu Tifanny Wen mengedipkan mata, mendongak lalu melotot dengan marah pada pria di hadapannya. Tifanny Wen sama sekali tidak ingin menutupi kemarahannya.

Sebelumnya Tifanny Wen belum sangat yakin, setelah teringat perjanjian setahun itu, baru Tifanny Wen yakin bahwa tugas ini sungguh mempermainkan hidup pria itu....

Dipelototi seperti itu dan melihat mata Tifanny Wen merah, basah dan marah, Yansen Mu semakin tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Dari awal Yansen Mu tidak bisa mengatakan hal-hal yang manis, ditambah lagi begitu Tifanny Wen menangis, Yansen Mu langsung panik. Hatinya juga tak mengerti apakah wanita ini keberatan dengan pekerjaannya. Ditambah lagi Tifanny Wen membicarakan 'perjanjian setahun', membuat Yansen Mu teringat kembali karena masalah Sherina, Tifanny Wen pernah membenci dirinya. Yansen Mu menjadi tidak percaya diri lagi, wajah tampannya tidak berubah saat menghadapi bibir pistol bahkan ada penambahan ekspresi gugup pada wajahnya.

Yansen Mu menggertakan gigi lalu dengan kuat memeluk Tifanny Wen. Yansen Mu yang tidak bisa berkata romantis dan tidak ada yang perlu di jelaskan, Yansen Mu langsung tutup mulut, hanya semakin Tifanny Wen dengan erat dan memberitahu Tifanny Wen bahwa dirinya peduli.

"Uhuk..."

Tifanny Wen terbatuk keras, kepalanya dipeluk dengan erat oleh Yansen Mu, hidung Tifanny Wen menempel erat ke kemeja Yansen Mu, Tifanny Wen kembali merasakan sesak napas seperti yang dulu.

Tapi pria ini sama sekali tidak sadar.

Beberapa waktu kemudian, Yansen Mu kembali berucap,"Tidak apa kalau kamu keberatan dengan identitasku, tidak keberatan juga tidak apa. Lagipula... aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

"Uhuk...."

Tifanny Wen marah.

Apakah Tifanny Wen keberatan dengan ini?

Jelas-jelas yang membuatnya marah adalah dirinya berstatus sebagai istrinya, tapi pria ini malah membohonginya?

Orang ini, apakah tidak perlu menjelaskan apa yang dia sembunyikan?

"Tifanny..." Yansen Mu menghirup napas dalam-dalam, tiba-tiba kepalanya terbenam ke rambut Tifanny Wen, ketika mencium harum yang familiar untuknya, baru Yansen Mu merasa hatinya agak tenang, "Aku tidak akan memberitahumu. Bukan karena tidak percaya padamu, tapi karena...."

Nada suara Yansen Mu tiba-tiba menjadi serak, "Aku mencintaimu."

Karena mencintai Tifanny Wen, maka Yansen Mu takut setelah diberitahu, karena marah padanya Tifanny Wen tidak mau menikah dengannya dan memilih menyerah.

Juga karena mencintai Tifanny Wen, Yansen Mu tidak ingin Tifanny Wen merasa panik. Yansen Mu ingin membuat suasana yang aman dan nyaman untuk Tifanny Wen...

Setelah berucap hal itu  Yansen Mu kembali diam. Yansen Mu menghela napas panjang, menunggu wanita di dalam pelukannya menjawab.

Tetapi....

Diam!

Tifanny Wen diam.

Lama sekali tidak menjawab ucapan Yansen Mu.

Wajah Yansen Mu menjadi suram, lalu mengeryitkan dahinya, kecewa....

Yansen Mu tidak sabar, perlahan-lahan melepaskan wanita yang ada di pelukannya. Yansen Mu menunduk, menatap wanitanya dengan tatapan terluka.

Yang terlihat adalah wajah Tifanny Wen yang lebih bersedih dibanding dirinya sedang memandanginya. Mata Tifanny Wen memerah, entah mengapa wajahnya juga memerah, bibirnya mengurucut, sorot matanya marah.

Yansen Mu terkejut.

Kenapa wajah Tifanny Wen seperti ini. Sepertinya, semakin Yansen Mu membujuknya, Tifanny Wen semakin tidak senang.....

"Kamu tahu kenapa wajahnya begitu merah?" Tanya Tifanny Wen.

Tentu saja, walaupun Tifanny Wen tidak bisa melihat wajahnya sendiri, tapi Tifanny Wen bisa merasa telinga dan wajahnya memanas. Saat ini Tifanny Wen menebak wajahnya pasti sangat merah.

Yansen Mu mematung, wajah suram pria itu semakin suram.

Apakah wanita ini tahu kalau dirinya sedang serius sekali menjelaskan?

Kenapa malah membicarakan topik yang tidak ada kaitannya?

Yansen Mu masih dengan sabar bertanya, "Karena kamu malu?"

"....." Tifanny Wen menggigit bibir bawahnya, wajahnya semakin merah.

Kali ini Tifanny Wen tersedak karena ucapan Yansen Mu!

Sebelumnya....

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu