Cinta Setelah Menikah - Bab 242 Satu - Satunya Tempat Yang Membuat Hatinya Melembut.... (1)

Sebenarnya, nama bar ini, datang dari gabungan nama Jeremy Fan dan adiknya Rexy Fan.

Bar ini di buka oleh kakek Jeremy Fan.

Saat itu, dia masih bukanlah ketua dari Elang Hitam. Orang tuanya meninggal begitu cepat, satu – satunya yang tersisa hanyalah kakeknya.

Setelah itu, kakeknya juga meninggal.

Kenangan yang di berikan kepadanya dan adiknya, hanyalah bar ini saja.

Jeremy Fan tidak menyangka, hari ini tempat terjadinya masalah, adalah tempat yang paling dia sayangi.

Bisnisnya ada banyak, tapi yang paling dia hargai, hanyalah bar ini saja. Meskipun karena lokasinya bisnis ini tidak baik, tapi dia paling memperhatikannya.

Saat Jeremy Fan mendengar perempuan Keluarga Wen itu ada di bar itu, hatinya langsung merasa ada perasaan yang tidak baik. Firasatnya mengatakan kalau bar yang lainnya juga akan terjadi masalah!

Harus menuju bar Rambo, kecepatannya, juga membutuhkan waktu. Karena jaraknya tidak terlalu dekat.

Perasaan Jeremy Fan memperkirakan, se gerombol lelaki, menghadapi satu perempuan, waktu yang begitu lama, seharusnya sudah lebih dari cukup.

Meskipun tidak berani memikirkan ke arah itu, tapi hatinya memperkirakan perempuan Keluarga Wen itu, sudah terjadi sesuatu.

Sedangkan kenyataannya?

Salah satu ruangan bar Rambo.

Saat ini Tifanny Wen, lebih sadar dari pada siapa pun.

Dia sudah sangat sadar.

Sedangkan, lebih sadar dari pada sebelumnya!

Topi di kepalanya sudah lepas dari awal, kacamatanya juga. Jangan membicarakan ini lagi. bahkan riasan di wajahnya juga sudah lepas, saat ini sudah tidak ada.

Hanya saja riasan di wajahnya lepas, bukan di sebabkan orang lain.

Melainkan dia yang melepaskan sendiri.

Dia ingat saat dia sadar, dirinya di kurung di sebuah ruangan. Dia sadar, karena seakan….. mendengar Aldric Long sedang memanggilnya “Febby”.

Tapi, saat bangun, tidak sampai dia melihat – lihat sekitarnya. Sudah melihat ada orang yang mendekatinya, berkata “pindahkan dia, bawa dia ke bar Rambo”, sebagainya.

Tifanny Wen saat itu tidak berpikir banyak. Selagi ruangannya masih gelap, dia melepaskan riasan di wajahnya. Selanjutnya mengeluarkan penghapus make up yang selalu di bawanya.

Perbuatannya yang seperti ini, tentu saja ingin orang – orang mengenalinya sebagai “Tifanny Wen”, dan bukan “Febby Wen”.

Alasannya, dia berbuat seperti itu karena satu kalimat itu “bawa dia ke bar Rambo”.

Wajah Tifanny Wen, bagaimana pun adalah wajah yang di kenali publik. Jika di tempat orang banyak, saat dia berusaha kabur, berteriak minta tolong akan mendapat pertolongan.

Tifanny Wen berpikir, setelah pergi ke bar, baru memberontak. setidaknya, juga harus memberontak di tempat yang ada banyak orang.

Tapi dia salah memperkirakan.

Bar Rambo ini, sedang di atur Ulang. Tidak di buka untuk umum. Jadi, saat dia masuk, sama sekali tidak melihat orang banyak.

Di sini, tidak ada tamu.

Yang ada, saat ini, di dalam ruangan, orang yang melihatnya dengan tatapan tajam.

“gila! Perempuan ini mengapa begitu seksi! Masih bisa memukul orang! Sangat gesit!”

Dalam ruangan, seorang lelaki melihat Tifanny Wen, memijat wajahnya yang membengkak, lalu berkata.

Dalam ruangan ini, ada 10 lelaki. Selain Tifanny Wen, juga hanya ada 10 lelaki itu saja.

Awalnya, membawa perempuan ke sini untuk “menghibur” mereka sesaat, bagi mereka adalah hal yang membahagiakan. Seharusnya tertawa lebar baru benar.

Tapi saat ini 10 orang ini…..

5 orang sudah terbaring di lantai, 5 lagi, meskipun masih berdiri, ada yang mengelus wajah, ada yang mengelus perut, jelas – jelas karena di serang orang dan menjadi tidak nyaman.

Sedangkan 10 orang itu, melihat ke satu arah, yaitu pojok ruangan, saat ini sedang memegang dinding, melihat ke perempuan yang menggumpalkan tangannya.

“sial! Mengapa tidak ada yang memberi tahu kita kalau perempuan ini sulit di hadapi.” Lelaki yang lain berkata.

Awalnya hal yang “bahagia” ini, jika di perkirakan sudah akan berakhir.

Tapi kenyataannya?

Kenyataannya ternyata adalah, bahkan mereka belum mencium wajah perempuan ini, “permulaannya” adalah mereka di pukul perempuan ini menggunakan gelas bir yang ada di tangan kanan dan kirinya lalu di tinju.

Selanjutnya? Setelah bertarung dengan perempuan ini, sudah menjadi keadaan seperti ini.

Dan ini bahkan saat kaki perempuan ini…. Tidak begitu nyaman.

“Tifanny Wen, aktris cilik, saat kecil dia sudah membintangi film laga. Tidak perlu begitu heran.” Satu lelaki berkata.

Sebenarnya yang dia terkejut adalah, mengapa atasannya begitu baik, memberikan mereka artis besar.

“sudah jangan basa basi lagi. lanjutkan! Luka perempuan ini juga terlihat parah. Aku tidak percaya kita berlima, masih tidak bisa menghadapi perempuan yang kakinya terluka.”

Seorang lelaki sudah tidak sabar, selagi berbicara, dia menuju ke arah Tifanny Wen.

Tadi, Tifanny Wen menghadapi mereka, juga sudah terluka. Dari wajahnya yang pucat dan juga dapat di lihat dari tangannya yang sedang memegang perut.

“hehe!”

Tifanny Wen tertawa dingin, Tangan yang memegang dinding tiba-tiba bergerak maju, dan tubuhnya juga bergerak maju bersamaan, langsung menghindari tubuh pria itu. Pada saat yang sama, tangannya tadi mendayung ke arah pintu. Tifanny Wen memegang pintu, menggigit giginya dan melangkah maju, akhirnya mencapai gagang pintu.

“sial!”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu