Cinta Setelah Menikah - Bab 77 Tuan Mu, Aku Cemburu (1)

Begitu Tifanny Wen membagikan fotonya ke Instagram, langsung banyak Wens yang membagikan kembali foto tersebut.

Mungkin orang lain merasa aksi Tifanny Wen yang seperti ini sedikit palsu.

Tapi bagi Wens, aksi Tifanny Wen yang seperti ini sangat hangat.

Foto sederhana ini langsung membuat kekuatan bersatu para Wens semakin kuat.

Dan juga karena hal hangat ini, banyak orang lain yang juga terpengaruh lalu bergabung dengan grup Wens.

"Tuan Mu, kamu memotretnya dengan baik."

Perasaan Tifanny Wen dalam kondisi baik. Setelah memuji Yansen Mu, wanita itu langsung pergi mandi.

Sedangkan Yansen Mu sudah selesai mandi. Pria itu pulang lebih awal, bajunya pun sudah berganti baju tidur.

Setelah Tifanny Wen selesai mandi dan keluar, Tifanny Wen melihat Yansen Mu duduk di atas ranjang.

Saat ini tangan pria itu memegang sebuah buku, membacanya dengan serius, seperti jiwa pria itu sudah masuk ke dalam buku itu.

Tifanny Wen mengernyit melihat pria itu sekilas. Melihat Yansen Mu yang begitu serius membaca buku, dirinya selesai mandi tapi pria itu juga tidak melihat ke arahnya, Tifanny Wen juga tidak ingin mengganggu. Diam-diam dalam hati Tifanny Wen berpikir egois.

Pria ini begitu serius, seperti.... sudah melupakan insiden tadi siang.

Tapi Tifanny Wen tidak lupa bahwa pria itu berkata, siang itu tempatnya tidak pas. Pria itu akan menunggunya di rumah dan 'melanjutkannya'.

Lanjut lagi...

Apa yang dilanjutkan...

Wajah Tifanny Wen memerah, ada getaran yang sulit dideskripsikan. Tifanny Wen memutuskan untuk tidak mengingatkan Yansen Mu, dengan langkah ringan naik ke atas kasur, lalu membuka selimut dan tidur.

Hm hm...

Walaupun siang tadi dia dijatuhkan begitu dalam oleh orang ini.

Tapi saat ini Tifanny Wen tidak ingin...

Tifanny Wen menutup mata, di dalam hatinya berusaha menyenangkan dirinya sendiri: Lihat buku lihat buku... jangan memperhatikanku...

Jangan pikirkan...

Tiba-tiba Yansen Mu meletakkan buku, sinar mata gelap pria itu menghadap ke Tifanny Wen lalu berkata: "Coba, apakah cocok?"

"Hm?"

Tifanny Wen terkejut begitu mendengarnya.

Coba?

Coba apa?

Tifanny Wen tidak bisa tidak menjawab ketika Yansen Mu bicara. Jadi Tifanny Wen terpaksa membalikkan tubuhnya, menatap Yansen Mu dengan terkejut.

Saat ini buku di tangan pria itu sudah diletakkan. Tangan pria itu sedang mengambil sebuah kotak.

Yansen Mu memberikannya ke Tifanny Wen dan diterima oleh Tifanny Wen.

Begitu di buka, Tifanny Wen melihat bungkus dari kotak tersebut, isinya seperti gelang merah yang dia lihat di kediaman keluarga Mu waktu lalu.

Hanya saja saat itu pembuatan gelang belum selesai. Tapi saat ini sudah selesai dipoles dan menjadi gelang yang utuh.

Dari mata cantik Tifanny Wen terpancar ekspresi terkejut. Tifanny Wen melihat Yansen Mu mengulurkan tangan mengambil gelang tersebut lalu dengan hati-hati memakaikan gelang ke tangannya. Ada perasaan yang sulit diucapkan dengan kata-kata.

"Sangat indah dan sangat cocok." Puji Yansen Mu. Pria itu jelas sekali sangat puas.

Gelang ini benar-benar sangat cocok dengan Tifanny Wen. Berwarna merah darah, melapisi kulit wanita itu yang semakin terlihat putih dan bersinar. Kilatan yang gemerlap bersinar di bawah lampu, semakin menyilaukan mata. Sekali lihat langsung tahu bahwa gelang ini mahal.

Dan juga gelang ini seperti dibuat untuk ukuran Tifanny Wen. Tidak kebesaran dan tidak kekecilan, kebetulan sangat pas.

"Apakah bagus?"

Tifanny Wen mengangkat alisnya, menatap sebentar gelang yang ada di tangan. Tifanny Wen mengakui bahwa gelang itu sangat cantik, tapi...

Gelang ini... saat itu Yansen Mu berencana menggantikan wanita yang dia cintai memoles gelang tersebut.

Pria ini...

Awalnya ingin memberi barang itu ke wanita yang di cintai, lalu sekarang diberikan kepadanya?

Tifanny Wen merasa ini bukanlah sebuah kehormatan, malah dirinya merasa seperti memungut barang orang lain. Ada perasaan tidak nyaman yang sulit dijelaskan.

Perasaan senang seharian itu hilang setelah melihat gelang berwarna merah darah itu.

Sedikit demi sedikit muncul perasaan sebal di hati Tifanny Wen.

"Terima kasih."

Dengan sopan dan menjaga jarak Tifanny Wen mengucapkan terima kasih, lalu menambahkan: "Barang yang sebegini mahalnya, tidak cocok kalau aku pakai. Di hari biasa aku juga harus syuting dan banyak sekali syutingnya, lebih baik aku tidak memakainya, menghindari untuk merusaknya. Pasti ada usahamu di dalamnya."

Tifanny Wen mencari alasan lalu melepas gelang tersebut dari tangannya dan berbaring kembali di ranjang.

Saat berbaring, Tifanny Wen membelakangi Yansen Mu.

Dengan cepat wanita itu memejamkan mata. Setelah berucap tidak berkata apapun lagi ke Yansen Mu.

Yansen Mu mematung...

Gadis bodoh ini...

Dia begitu senang saat menerima bunga dari orang lain.

Kenapa sepertinya tidak senang saat menerima gelang yang dibuat oleh dirinya sendiri?

Apakah tidak bagus?

Yansen Mu melihat sekilas gelang itu dan merasa bahwa gelang itu cocok dengan Tifanny Wen. Yansen Mu pikir, Tifanny Wen pasti menyukai perhiasaan sejenis ini. Karena Yansen Mu sudah mengamati style perhiasan yang biasanya Tifanny Wen pakai.

"Tidak suka?" Yansen Mu masih bertanya.

"Bukan. Hanya saja aku harus syuting. Sangat tidak cocok memakai permata yang mudah pecah seperti ini." Jawab Tifanny Wen.

Tapi Yansen Mu merasa dari nada suaranya, Tifanny Wen tidak menyukai perhiasan tersebut.

Walaupun Tifanny Wen menyembunyikannya dengan baik, tapi Yansen Mu langsung merasa seperti itu.

Yansen Mu sendiri pergi belajar ke pusat kerajinan, selama setahun penuh memoles perhiasan itu...

Hasilnya...

Wanita ini malah tidak menyukainya...

Melihat gelang tersebut diletakkan Tifanny Wen diatas kepala ranjang, ada perasaan kecewa yang sulit dijelaskan di hati Yansen Mu. Diam-diam pria itu memikirkan apakah dirinya salah mengamati style perhiasan yang disukai Tifanny Wen?

Saat ini Yansen Mu sudah tidak ada niat untuk membaca buku lagi, langsung berbaring lalu memeluk punggung Tifanny Wen.

Siapa yang tahu...

Pelukan Yansen Mu membuat Tifanny Wen membungkukkan badan, tanpa sadar menyembunyikan tubuhnya.

Tifanny Wen tidak tahu kenapa dirinya berbuat seperti ini...

Intinya ada rasa kesal yang sulit dijelaskan dari dalam hati Tifanny Wen.

Saat rasa kesal itu muncul, langsung muncul aksinya yang seperti itu dan Tifanny Wen seperti tidak sadar. Saat Tifanny Wen menjauhi Yansen Mu, wanita itu merasa sebal lagi dan juga merasa dirinya agak keterlaluan, tapi mau menyesal pun juga tidak ada gunanya.

Tapi aksinya yang seperti itu sudah selesai.

"Hm?"

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu