Cinta Setelah Menikah - Bab 64 Menampar Diri Sendiri (2)

Tentu saja, ada beberapa netizen yang setelah melihat penampilan Juwita Wen, masih memujinya: “benar – benar sangat cantik! Lebih cantik di bandingkan aktris lainnya! Jika tidak mempermasalahkan moralnya, sebenarnya penampilannya yang tadi… benar – benar sangat mem-pesona. Terutama kakinya tadi, aku ingin bermain dengannya. ”

Saat ini Juwita Wen, mengganti bajunya sendiri, saat keluar dari ruangan audisi, dia tahu penampilannya kali ini sangat baik, bertanya Beberapa kalimat, Juwita Wen dengan rendah hati berkata: “seharusnya masih bagus bukan.”

Sedangkan, saat dia tersenyum dengan manis, tidak terpikirkan, saat dia mengangkat kepalanya, justru melihat seorang artis yang memakai baju sama persis dengan dirinya adalah Tifanny Wen!

Sebelumnya, Tifanny Wen berdiri di belakang orang – orang, jadi tidak ada yang memperhatikannya, begitu juga dengan Juwita Wen, tidak memperhatikannya.

Sedangkan sekarang, Beberapa aktris sudah selesai audisi, bersiap pergi, orang – orang tinggal sedikit, tentu saja dapat memperhatikan Tifanny Wen, termasuk Juwita Wen yang bersiap pergi dari ruang audisi.

Saat Juwita Wen pergi, pandangan semua orang melihat mereka berdua.

Memakai baju yang bersamaan…. Benar- benar menarik perhatian! Apalagi, kedua orang ini sedang bertengkar, di dunia entertainment ini siapa yang tidak tahu?

Saat melihat Tifanny Wen, senyuman Juwita Wen tiba – tiba menjadi kaku.

“sudah lama tidak Bertemu.”

Tifanny Wen justru tersenyum, pelan – pelan melepaskan kacamatanya, memperlihatkan wajahnya yang cantik.

Kulit yang putih, rambut bergelombangnya, seperti sepasang buah persik, mempunyai keunikannya sendiri, membuat orang yang melihatnya, tidak bisa berpaling darinya, seperti mempunyai daya tariknya sendiri. Ditambah lagi bibirnya yang berwarna merah muda, membuat orang – orang terpikir kata “istimewa”, yang menggambarkan kehebatan sang pencipta.

Nafas semua orang merasa sesak, meskipun wajah mereka sangat cantik, saat ini semu orang mengerti, mengapa saat itu semua orang merasa kalau Tifanny Wen sangat cocok menjadi aktris.

Juwita Wen hari ini memang sangat cantik, hanya saja, saat kedua orang berdiri bersamaan, pandangan semua orang Secara tidak sadar akan jatuh ke atas Tifanny Wen. Entah apakah kecantikannya melebihi Juwita Wen, atau pesonanya yang menarik perhatian banyak orang.

Saat ini, kedua orang memakai baju yang sama, yang satu wajahnya menjadi pucat, yang satu justru tersenyum, sesaat semua orang merasa Tifanny Wen lebih menang daripada Juwita Wen.

“selanjutnya, nomor 123.” Seorang staf memanggil nomor selanjutnya ke ruang audisi.

“kamu sangat percaya diri, sekarang namamu begitu jelek, dapat keberanian dari mana untuk menjadi juru bicara.”

Wajah Juwita Wen yang buruk hanya bertahan sesaat, tetapi dengan segera, dia kembali menjadi normal, lalu berbicara dengan sinis.

“kamu juga.” Tifanny Wen berbicara.

Juwita Wen menghela napas, tidak membalasnya lagi, dalam hatinya merasa kalau Tifanny Wen tidak akan mendapat hasil yang bagus. Nama baiknya memang tidak bagus… tapi bagaimanapun juga dia masih sangat terkenal, mempunyai banyak penggemar, lebih banyak daripada aktris yang lain.

Di Negara Long, aktris yang punya banyak penggemar, sama seperti aktris terkenal, tidak bisa disamakan. Juwita Wen merasa, jika perusahaan ingin memilih juru bicara, maka dia akan memilih orang yang punya banyak penggemar, ini juga menjadi alasan dia begitu percaya diri.

Saat audisi, jika orang baru, dan wajahnya benar – benar cantik, akan mempunyai kemungkinan menang karena penampilannya. Sedangkan orang yang terkenal, menang karena kemampuannya. Dan orang yang penggemarnya sedikit, jika dibandingkan, akan lebih menarik perhatian jika menjadi topik pembicaraan orang.

Tetapi seperti Tifanny Wen… tidak terkenal, juga tidak punya penggemar, namanya masih begitu buruk, datang kesini juga tidak ada kesempatan.

Begitu Juwita Wen memikirkannya, dia tersenyum sinis, lalu pergi dengan buru – buru.

Sejujurnya dia, ingin menunggu audisi selesai, menunggu direktur Mu…. Keluar…

Tifanny Wen adalah orang terakhir yang mendaftar. Nomor yang dia dapat juga adalah yang terakhir.

Karena itu, setelah semua aktris selesai audisi, saat staf memanggil nomor terakhir, dia baru berjalan memasuki ruang audisi…..

Novel Terkait