Cinta Setelah Menikah - Bab 44 Beradu Akting (1)

Raymond Jiang secara implisit mengatakan, mungkin wanita itu kembali ke Keluarga Wen, Raymond Jiang juga tidak memiliki cara untuk membuat Aliando Zhang takut.

Saat ini Aliando Zhang melihat ekspresi mata wanita itu jelas sekali ada sorot takut di dalamnya.

Kalau begitu, seseorang yang tidak memiliki latar belakang yang bagus, kecuali hanya bergantung pada pria, bagaimana bisa mencapai tahap ini?

"Raymond, kamu terlalu menjadikan dirimu serius."

Tifanny mengerang dengan nada dingin, lalu wanita itu mengambil kembali pergelangan tangannya.

Tidak salah, Tifanny Wen hanya ingin mendapatkan kembali miliknya.

@((((

Demi Raymond Jiang berjalan di jalur 'tanpa aturan tertulis', Tifanny Wen masih belum bisa mengambil miliknya kembali.

"Kenapa kamu bengong saja?" Aliando Zhang dengan tidak sabaran memberikan isyarat mata pada petugas keamanan.

Sekali melihat, petugas keamanan itu dengan pasrah datang ke depan Juwita Wen dan Raymond Jiang lalu berkata: "Nona Juwita, Tuan Jiang, mohon anda tidak mengganggu jalannya syuting."

Juwita Wen tidak terima, "Sutradara, kamu bilang aktingku tidak cukup bagus, bagaimana dengan Tifanny Wen? Dia istirahat selama dua tahun, lagipula aku juga diakui sebagai aktris yang mendapat sambutan yang bagus di negeri ini dan kemampuan aktingku terus meningkat. Kamu menggunakan alasan ini untuk menendangku, bagaimana dengan Tifanny Wen?"

Juwita Wen tidak merasa bahwa kemampuan akting Tifanny Wen lebih bagus darinya.

Pertanyaan Juwita Wen sebenarnya juga adalah pertanyaan dari banyak aktor di lokasi syuting ini, terlebih lagi untuk orang-orang yang ingin melampaui posisi Tifanny Wen. Saat giliran dirinya, Juwita Wen sudah tidak memiliki kesempatan, tentu saja hati wanita itu merasa iri dan tidak terima.

Saat itu mendengar ucapan Juwita Wen, seluruh tatapan orang-orang berubah menjadi tidak puas. Tentu saja mereka juga tidak berani langsung bicara.

Melihat ekspresi orang-orang, Juwita Wen tiba-tiba tersenyum tenang, menantang sutradara lalu berkata: "Sutradara Aliando, orang-orangku sudah datang. Akting kami bagus atau tidak, biarkan aku dan Tifanny yang mengatasinya. Jika aku berakting tidak baik, aku akan menerima jika ditendang keluar olehmu. Tapi jika aku berakting dengan baik, kamu tidak bisa menipu dan aku tidak bisa menerimanya."

Beberapa tahun ini Juwita Wen bekerja sangat keras di dunia hibuan, tidak hanya iri.

Juwita Wen juga bukan seorang wanita yang naif yang bersedia untuk ditindas.

Tifanny Wen juga mau tidak mau mengakui bahwa Juwita Wen adalah lawannya.

Usulnya ini, jika Juwita Wen berakting dengan bagus dan malah lebih bagus darinya, maka ucapan sutradara Aliando yang mengatakan bahwa 'aktingmu tidak bagus' bisa dianggap seperti memukul wajah sendiri.

Dan juga hal ini bisa membuat orang-orang jelas tahu bahwa Tifanny Wen menggunakan peraturan khusus untuk mendapatkan peran ini.

Sayangnya....

Juwita Wen memiliki otak, hanya saja wanita itu agak arogan.

Begitu sutradara Aliando Zhang mendengar, pria itu langsung tahu maksudnya. Sutradara tidak menentang dan langsung berkata: "Baik. Kalian berdua saling berakting, jika tidak mencapai hasil yang aku inginkan, lebih baik kamu kembali berlatih akting saja."

Rencana yang diatur oleh sutradara tidak bisa ditolak oleh Tifanny Wen.

Di negara Long, mulai syutingnya suatu drama, selalu tidak perlu melaksanakan upacara mulainya syuting yang tidak penting.

Orang-orang di negara Long tidak percaya takhayul. Waktu syuting pertama juga langsung mengumumkannya di internet, itu sudah termasuk menyebarluaskan perihal syuting pertama.

Dan orang-orang di negara Long sangat memperhatikan kemampuan akting para aktor, idola wanita maupun pria yang memiliki popularitas bagus, jika kemampuan aktingnya tidak diakui, kemungkinan besar karyanya akan dibuang.

Jadi, selama berjalan di jalur sebagai aktor, tidak peduli sekarang terkenal atau tidak, demi mempertahankan posisi atau menjadi maju, semuanya akan sangat memperhatikan kekuatan kemampuan aktingnya.

Salah satunya adalah Juwita Wen.

Beberapa tahun ini, Juwita Wen mencurahkan hatinya pada akting.

Saat ini, adegan syuting berada di rerumputan.

Mendengar akan ada adu akting, para pekerja langsung segera bersiap bekerja. Para perias bertanggung jawab untuk merias artis, menyiapkan tempat adegan syuting dan kameramen sudah bersiap.

Setelah menunggu Tifanny Wen dan Juwita Wen selesai dirias.

Di dalam set syuting, terdapat dua orang wanita berpakaian modern tahun 70an dengan gaya yang sangat berbeda. Satunya adalah wanita bertubuh ramping dengan memakai mantel besar, kepalanya memakai bandana lebar berwarna gelap, wanita yang satunya lagi memakai gaun china berwarna merah muda, di bahunya masih mengenakan cardigan berwarna merah muda lebih gelap, keduanya saling bertatapan.

Satu orang terlahir dengan wajah cantik dan elegan tetapi sangat dingin.

Satunya lagi terlahir dengan penampilan anggun, cantik yang tidak tertandingi. Bentuk tubuhnya yang gemulai dihias cantik dengan gaun khas china, sedikitpun tidak terlihat kekurangannya. Wanita ini terlahir dengan gaya khas suatu suku dan kepribadian yang menarik.

Dua wanita yang berbeda kepribadian. Ketika keduanya masuk dalam pandangan para penonton, semuanya tidak tahan untuk mendesah: Erin Leng cantik dan feminin tetapi dingin, sedangkan Angela terlahir sebagai wanita penurut, sangat memikat, sebenarnya masing-masing memiliki daya tariknya sendiri.

“action!”

Setelah terdengar suara sutradara Aliando Zhang, kedua wanita itu satu persatu memasuki set syuting.

"Hanya kurang satu langkah terakhir, kenapa kamu tidak mendapatkannya?"

Aura Erin Leng menyebar, matanya yang awalnya kosong tiba-tiba menjadi sangat dingin dan dipenuhi amarah. Erin Leng menatap Angela di depannya yang disebut-sebut sebagai wanita cantik, "Kamu tidak tahu, demi mendapatkan daftar nama dan data-data 'kelompok agen khusus elang merah' kita sudah mengerahkan berapa banyak? Gedung Wan tidak kita sangka sudah berubah, kita sudah mengorbankan empat orang teman seperjuangan kita, semuanya demi bekerja sama dengan aksimu, demi menjauhkan musuh dari markas  dan membuatmu lancar mengambil daftar nama itu dari kamar Helmi Wei. Hasilnya? Teman seperjuangan sudah dikorbankan tapi karena kamu takut dan tidak berani mengambilnya, kamu kembali dengan tangan kosong."

Ucapan ini membuat Erin Leng terus bicara, nada bicaranya semakin memberat.

Matanya merah padam, aura dingin dari tubuhnya membuat karyawan yang berada jauh darinya tidak dapat menghindar dari hawa dingin itu, diam-diam mereka menggigil.

Sangat dingin!

Sangat bengis!

Erin Leng yang sekarang merasa sedih dan juga marah.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu