Cinta Setelah Menikah - Bab 57 Audisi Juru Bicara (2)

Suami…

Kata seperti ini, tidak pernah muncul dalam hidupnya.

Dia menundukkan kepala, bertatapan dengan kedua mata Yansen Mu, menyadari kedua mata dengan tatapan penantian menatap ke arah dirinya, kedua mata ini, berwarna hitam, pekat, terlihat ketenangan, kedalaman matanya seakan terlihat teka – teki yang sulit di tebak.

Tifanny Wen dari tatapan penuh teka – tekinya, dapat melihat sebuah penantian….

“su…” Tifanny Wen membuka mulut, tiba – tiba merasa sulit membuka mulutnya. Dia menelan ludah, berhenti sejenak dan menarik napas, “suami…”

Suaranya, sangat lembut, terdengar unik.

Tifanny Wen mengucapkan kata ini, justru merasa sedikit aneh.

“iya.”

Yansen Mu menjawabnya dengan ringan, ia menggerakkan alisnya yang indah itu, bibirnya terangkat, sangat bahagia.

Saat ini, Tifanny Wen dapat merasa, dada laki – laki ini tambah tegap. Suara deg – degan hatinya, beserta dengan tatapannya yang tiba – tiba berubah, membuat dia tiba – tiba menjadi gugup, langsung memalingkan wajah, lalu kepalanya di tahan oleh lelaki ini, dan tanpa disadari bibirnya mencium bibir lelaki itu…

…..

Lagi – lagi terasa seperti kapas.

Tentu saja, kali ini, tidak berbuat apa – apa lagi.

Hanya saja, bekas luka di badan Tifanny Wen, tambah parah.

“ngantuk…”

Dia memejamkan mata, saat ini ia tidak ingin mengucapkan kata apa pun lagi.

“kemarin dia memintaku untuk mengirimkannya form pendaftaran juru bicara, juru bicara Sentum, kamu juga bisa mengikutinya.”

Yansen Mu tersenyum, juga tidak mem-pedulikan apa dia sudah tertidur, langsung berkata: “urusan saham, sudah di urus semuanya, kamu hanya perlu menandatanganinya, besok aku akan mengirimnya Kepadamu. Lagi pula, kamu adalah artis, kamu perlu sebuah manajemen….”

Sebelahnya, tidak mendengar balasan dari Tifanny Wen.

Yansen Mu tercengang, baru menyadari, dan menutup mulut.

…..

Hari kedua, ini adalah hari Senin.

Sutradara Zhang berkata , kalau hari ini tidak ada bagiannya, dia dapat memilih untuk tidak pergi ke lokasi syuting.

Meskipun bagian Tifanny Wen sangat banyak, tapi saat ini… adalah bagian “Erin Leng” saat dia masih kecil, di perankan oleh seorang anak kecil yang dipilih oleh tim.

Bagian Erin Leng saat masa kecil, tentu saja tidak ada hubungan dengannya.

Tifanny Wen sudah bangun sejak pukul delapan.

Sebenarnya, dia sangat mengantuk.

Pasrah, sarapan Keluarga Mu memang di saat seperti ini. Pertama kali datang ke Keluarga mertua, dia tidak boleh tidak bangun bukan.

Meskipun Keluarga Mu tidak akan mempermasalahkannya, tapi dia harus tahu diri kan?

“nyonya muda, kamu suka bubur manis atau asin?”

Tifanny Wen pertama kali bangun, langsung di Tanya oleh pembantu Keluarga Mu.

Di Keluarga Mu, setiap hari pasti ada bubur. Karena tetua di Keluarga Mu sangat menyukai bubur.

Hanya saja, nenek Mu sangat menyukai bubur manis, seperti bubur ubi, itu adalah kesukaannya. Tetapi kakek Mu, dia sangat menyukai bubur asin, seperti bubur ikan, singkong, dan lainnya.

Karena itu, setiap harinya koki Keluarga Mu akan mempersiapkan dua jenis bubur.

Tifanny Wen saat ini sudah di gandeng oleh Yansen Mu, duduk di depan meja makan, mendengar pertanyaan pembantu, dia berkata: “yang asin, terima kasih.”

Di dengar oleh nenek Mu, dia tertawa, “seleramu sama seperti kakek. Hari ini nenek Wang sendiri yang membuat bubur ayam, kebetulan cocok untuk di makan oleh perempuan, kamu makan banyak sedikit, lihat kamu kurus seperti ini, harus banyak makan.”

Selesai Nenek Mu berbicara dia langsung melihat badan Tifanny Wen.

Alisnya tersenyum, tetapi menyadari leher Tifanny Wen ada bekas, sesaat baru tertawa lepas, tapi justru tidak berkata apa.

Kerah pakaian yang dipakai Tifanny Wen tidak tinggi.

Pasrah… baju yang di berikan oleh pembantu adalah pakaian baru milik Helen Mu, tidak ada yang berkerah tinggi. Bekas itu, dia hanya bisa menutupinya dengan bedak.

Meskipun seperti ini, nenek Mu tetap bisa melihatnya.

Nenek Mu diam – diam melihat Yansen Mu, lelaki ini benar – benar kejam! Juga tidak tahu lembut sedikit.

Tetapi pandangan ini, langsung di abaikan oleh Yansen Mu, justru mendengar nenek Mu berkata kalau Tifanny Wen terlalu kurus, langsung melihat ke arah Tifanny Wen, mengangguk dan berkata: “memang terlalu kurus, nanti tambah satu mangkuk lagi.”

Tifanny Wen sangat marah…

Pandangan nenek Mu, dia ingin menggunakan kain dan menutupnya….

Maka, dia hanya makan Beberapa suap..

Setelah itu, terpikirkan masalah adiknya Febby Wen, dan berpamitan dengan Keluarga Mu, menarik Yansen Mu bersama meninggalkan Keluarga Mu.

Saat Tifanny Wen kembali, dia tidak menyetir mobilnya, melainkan menaiki mobil Yansen Mu.

“cuaca malam hari yang dingin…”

Setelah naik mobil tidak berapa lama kemudian, suara ponselnya berdering.

“halo…” Tifanny Wen menjawabnya.

Orang di telepon itu, suara perempuan yang lembut itu, terdengar:

“halo, kak…”

Suara Febby….

Dalam ingatannya, suara adik perempuan, sangat lembut dan kenyal, seperti rasa ketan, meskipun sudah mahasiswa, tapi tetap terasa seperti anak – anak.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu