Cinta Setelah Menikah - Bab 229 Mengapa Harus Marah? (2)

Maka, dalam hatinya dia bersumpah: hanya berbicara? Tidak ada gunanya! Kelak harus melaksanakannya. Dengan begitu gadis ini baru akan mempercayainya.

Dia hanya berpikir seperti ini, tidak menjelaskan lagi. hanya dengan patuh menggerakkan badannya, membiarkan Tifanny Wen melepaskan celananya.

Lalu, pandangannya kembali melihat ke badan Tifanny Wen, melihat gadis itu dengan lemas ke kamar mandi dan meletakkan pakaian kotornya. Sekalian mandi dan keluar lagi. Dia mengambil air segar untuk menyeka tubuhnya dengan diam. Kemudian, dia melemparkan pijama bersih untuknya.

Lalu memerintahnya untuk berdiri dari ranjang, dan mengganti seprei.

Tangan dan kaki perempuan ini terluka, jadi saat melakukan sesuatu, sedikit tidak praktis.

Yansen Mu yang berdiri di sebelah merasa kasihan.

Infus Yansen Mu juga tidak begitu panjang. Setelah Tifanny Wen melakukan semua, kebetulan infus itu juga sudah selesai. Melepaskan obat dan jarum, Tifanny Wen juga bisa melakukannya. Setelah melepaskan jarum di badan lelaki itu, hanya mengatakan dua kata, “selamat malam”.

Tidak mengatakan betapa kesusahannya dia, hanya membuat lelaki semakin mengasihaninya.

Yansen Mu kembali berbaring di ranjang, Tifanny Wen juga sudah naik ke ranjang.

Hanya saja kali ini Yansen Mu tidak berani mendekati Tifanny Wen. Saat ini dia sangat ingin memeluk perempuan ini, tapi karena dia menyalahkan dirinya, dia juga ingin menghukum dirinya sendiri, merasa kalau kesalahannya ini dia tidak punya hak untuk mendekati Tifanny Wen.

Sebenarnya, menyalahkan diri seperti ini, sebelumnya juga sudah ada.

Hanya saja, sebelumnya, hasrat untuk ingin memeluknya lebih dari pada perasaan menyalahkan dirinya ini.

Sedangkan saat ini, nafsunya tetap ada, tapi dia juga lebih menyalahkan dirinya sendiri.

Sudahlah! Dia seharusnya menjauh, dengan begitu Fanny dapat menenangkan perasaannya, dan bisa beristirahat!

Yansen Mu melihat Tifanny Wen yang saat ini membelakangi dirinya sendiri.

Tapi dia sama sekali tidak mengantuk.

Hanya berpikir: setelah Fanny tidur, dia baru akan memeluknya diam – diam.

Tapi, saat dia diam – diam menatap belakang Tifanny Wen, saat ini Tifanny Wen membalikkan badannya.

Yansen Mu terkejut.

Selanjutnya, dia merasa badannya yang lembut masuk ke pelukannya. Tangannya yang satu memeluknya, dadanya sudah di jadikan bantal oleh perempuan itu.

Yansen Mu tercengang, dengan segera mengulurkan tangan dan menahan perempuan yang tiba – tiba datang. bersamaan, hatinya merasa senang.

“Fanny….”

Tifanny Wen tidak menjawab, mendengar dia memanggil langsung mengangkat kepala dan mengenai bibir lelaki itu.

Yansen Mu tidak terpikirkan akan seperti ini, terkejut hingga lupa merespons.

Tapi keharuman nyata yang berada di antara bibirnya, memberi tahunya kalau ini adalah nyata. Dia merespons dengan terkejut. Apa yang di namakan menyalahkan diri, dia akhirnya tidak bisa menahan nafsunya.

Otaknya pasti sudah salah! Baru menggunakan cara menjauhinya untuk menghukum diri sendiri!

Yansen Mu berpikir dengan cepat, hanya menggunakan pundaknya yang tidak terluka menarik Tifanny Wen dalam pelukannya, lalu membalikkan badan, meskipun terluka tapi gerakannya tetap lincah untuk membalikkan Tifanny Wen ke bawahnya, bibirnya tidak bisa menahan untuk mengelilingi semua badan perempuan itu.

Ini semacam perasaan terkutuk. Daya tariknya ini. Terlalu sulit dikendalikan!

Yansen Mu yang sulit di kendalikan bahkan sudah lupa kalau dirinya sedang sakit.

Tapi, dengan cepat, Yansen Mu dapat berhenti. Membalikkan badan dari atas Tifanny Wen, hanya memeluknya, tidak bergerak.

“kamu tidak menginginkanku?” Tifanny Wen curiga.

“Fanny, kamu…. Kenapa tidak memarahiku?” Yansen Mu berkata.

Pertama, bertanya pertanyaan yang tidak sesuai dengan sifatnya.

“kalau begitu apakah aku harus memarahimu?” Tifanny Wen bertanya.

“iya!” lelaki itu berkata.

“oh.” Tifanny Wen menjawab, “jadi…. Lepaskan aku! Aku tidak ingin mempedulikanmu.”

Yansen Mu terkejut, tidak rela melepaskan tangan, justru mempererat pelukannya, “tidak mau…. Fanny, ganti hukuman yang lain ya? Jangan menjauhiku. Aku…. Tidak bisa!”

“tidak menjauhimu kok.” Tifanny Wen tidak tahu harus berkata apa.

“kalau begitu, Fanny, jika aku…. Apakah kamu masih bersedia? ” Yansen Mu bertanya untuk mencari tahu.

“kamu apa?” dia tidak mengerti.

“Fanny, apakah kamu mengantuk?” Yansen Mu tiba – tiba mengganti pertanyaan lain. Seakan ingin berdasarkan pertanyaannya meneruskan ucapannya.

“tidak ngantuk.” Tifanny Wen menjawab.

Sudah datang tengah malam, dan melakukan “pekerjaan Rumah tangga”, melakukan begitu banyak hal meskipun mengantuk juga sudah hilang.

“aku juga tidak ngantuk.” Yansen Mu menjawab.

Tifanny Wen:….

Jadi?

“Fanny…..”

“iya…..”

Tangan Yansen Mu saat ini sudah berada di pita gaun tidur Tifanny Wen, ragu Beberapa saat, dan menyembunyikan tangannya Beberapa saat, tapi akhirnya tidak bisa menahan diri dan membuka pita gaun tidur Tifanny Wen. Bibirnya ada di antara rambut Tifanny Wen, nafasnya terdengar berat.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu