Cinta Setelah Menikah - Bab 261 Lelaki Angkuh (2)

15 menit sudah berlalu, mobil Yansen Mu berhenti. Adalah tempat di sekitar bioskop Nanqiong yang mau Tifanny Wen kunjungi.

Tifanny Wen turun dari mobil. Ingin berkata sesuatu terhadap lelaki yang mengantarnya. Tapi setelah turun dari mobil, pintu mobil sudah tertutup, tiba – tiba dia tercengang, matanya terlihat curiga, tapi dia sangat tegang hingga tidak bisa mengatakan apa pun.

Dengan cepat, Tifanny Wen membalikkan kepala, dan pergi.

Setelah dia pergi tidak lama.

Mobil yang baru melaju 20 meter, tiba – tiba berhenti.

“turun!” dalam mobil, Yansen Mu berkata terhadap Gu yang ada di belakang.

“Yansen, apakah kamu masih termasuk lelaki?”

Bagaimana pun Gu memberi tahu dirinya untuk tetap bersikap elegan, tapi sekarang dia sudah tidak bisa menahan diri.

Dia tidak pernah Bertemu dengan lelaki berhati dingin seperti ini!

Saat menganggap orang itu adalah orang sendiri, entah syarat apa yang di keluarkan, dia akan setuju tanpa mengatakan apa pun.

Tapi saat menganggap orang itu adalah musuhmu, juga tidak akan dingin hingga tahap seperti ini.

“aku sudah bilang tidak mengantarmu.” Yansen Mu berkata.

“kamu sudah pergi begitu jauh. Aku bukan ke arah sini. Kamu membawa ku ke arah sini, apakah tidak perlu tanggung jawab?” Gu berkata.

“kamu yang naik sendiri.” Yansen Mu berkata.

Gu terdiam.

Searah, searah dari mana!

Tadi dia tetap diam tidak membongkar kebohongan Yansen Mu yang angkuh. Tujuannya, bukankah agar Tifanny Wen merasa Yansen Mu sedang mengantar dirinya, membuatnya menderita?

Yansen Mu lelaki ini, jelas sudah yakin dirinya tidak akan membongkarnya.

Gu marah.

Tapi saat ini, dia hanya bisa turun dari mobil. Tidak mungkin tetap di sana hingga di Tarik turun bukan?

Setelah dia turun dari mobil. Lelaki yang bersikap dingin itu? tidak melihatnya, memutar mobil, dan menuju ke arah tempat parkir bioskop.

Dia, tidak kembali? Bersiap menunggu Tifanny Wen di tempat parkir?

Gu melihat ke arah pengendara, tiba – tiba matanya merasa sedikit panas, tidak Manahan diri untuk mengelus hidungnya.

Mengapa, dia begitu baik terhadap perempuan itu!

Yansen, apakah, aku dan kamu, sudah tidak memungkinkan?

Tapi… aku benar – benar, tidak bisa merelakanmu!

“nona Gu, kamu tinggal di mana?”

Saat Gu sedang sendiri, saat ini, dari belakangnya terdengar suara Tifanny Wen!

Gu terkejut membalikkan badan, tidak percaya mengedipkan mata.

Melihat di depan matanya, Tifanny Wen yang seakan sudah pergi, entah mengapa tiba – tiba muncul di sini.

“kamu masih belum pergi!” Gu terkejut.

Tifanny Wen turun dari mobil, tapi masih di dekat sini?

Kalau begitu, tadi Yansen Mu mengusir dirinya, dia…. Juga sudah melihatnya?

“nona, naik mobil. Aku akan mengantarmu ke mana pun, nona Wen sudah membayarnya.” Saat ini, yang menjawab adalah seorang sopir taksi yang muncul di sebelah mereka.

Sopir itu di minta oleh Tifanny Wen untuk datang.

Dia punya tindakan seperti ini, jelas karena melihat Yansen Mu mengusir Gu dari mobil.

Gu marah hingga wajahnya hampir meledak.

Taksi?

Perempuan itu mencarikan taksi untuknya? Apa identitasnya? Untuk naik taksi?

“kamu sudah menebaknya, jadi belum pergi?” kemarahan Gu dalam hati, raut wajahnya sangat buruk, tapi dia masih dengan kuat memberi tahu dirinya agar tetap bersikap elegan.

Elegan, entah dalam situasi apa pun, setidaknya, saat berbicara tidak boleh di pengaruhi oleh emosi apa pun.

“menurutmu?” Tifanny Wen tersenyum: “Yansen jika benar ingin mengantarmu kembali, apakah perlu menunggu begitu lama?

“itu karena kita mengobrol sebentar lalu waktunya tertunda sedikit.” Gu berkata: “jika tidak, mengapa dia turun? Mengapa dia membawaku keluar?”

Gu langsung memutar topik, menegaskan permasalahan tadi.

Tifanny Wen tersenyum lagi, tiba – tiba mendekatinya, menaikkan ujung bibirnya dan meliriknya.

Tatapan itu… terlihat sedikit merendahkan dirinya.

Seperti Yansen Mu melihat dirinya sebelumnya.

Suami istri ini, mempunyai tatapan mata yang sama.

“nona Gu, kamu mengundang banyak reporter membuatku malu, masih pura – pura terluka karena menabaraku, ingin membuat mertuaku mempunyai kesan buruk terhadapku, aku tidak membongkarnya, juga tidak membalasnya, tidak berarti aku tidak bisa menebaknya. Aku tidak membela diri juga tidak menjelaskan, karena tindakanmu ini, tidak bisa melukaiku, aku juga tidak takut.”

“tapi, aku malas membalas tindakanmu, tidak berarti aku akan selalu sopan terhadap orang yang melukaiku. Jadi, aku mengatakannya dengan buruk, kamu juga jangan merasa aneh. Aku dan Yansen mengalami sedikit masalah, membuatnya marah, kesal. Saat dia berkata mau turun untuk mengantarmu, aku juga merasa sedikit kesal, tapi, ini hanyalah emosi yang wajar seorang wanita, karena aku tidak ingin melihatnya dan kamu bersama. Tapi bukan berarti aku akan salah paham terhadap kamu dan dia ada hubungan yang spesial.”

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu