Cinta Setelah Menikah - Bab 162 Duet, Kecemburuan (2)

Bagaimana pun juga, lagu militer, sering dinyanyikan oleh para tentara.

Tidak di sangka, lagu percintaan ini, setelah dinyanyikan pelatih, ternyata bisa menjadi gaya yang berbeda. Saat dia menyanyikan lagu militer, sangat tegas, suaranya keras. Sekarang di dengar, para penonton hanya merasa suaranya, terdengar kesedihan, awalnya suaranya memang bagus, saat ini di tambah perasaan dan juga kelembutan, membuat jantung perempuan yang mendengarnya berdegup kencang, hingga wajah mereka memerah.

Selanjutnya, suara Luna Jiang yang manis terdengar:

[perempuan tidak membalikkan kepala melihatmu

Tidak berani lagu lagi

Hanya mengatakan maaf dalam hati]

Suara Luna Jiang. Manis, dan lembut. Saat bernyanyi, terasa lebih manis dari penyanyi aslinya. Tidak terdengar kesedihan, hanya membuat orang yang mendengarnya merasa enak di dengar, terdengar imut, mirip orangnya.

“bagus, bagus!” dengan segera, semua orang memujinya.

Kenyataannya, banyak orang yang hadir tidak bisa bernyanyi, yang tidak merdu juga banyak. Tidak di sangka pelatih ini dan Luna Jiang, terlihat seperti artis yang sedang duet.

Tifanny Wen mengangkat gelas bir, lalu meminumnya, mendengar suara yang terus masuk ke telinganya:

[lelaki: langit setelah kamu pergi

Mulai hujan

Membuat hatiku menangis

Perempuan: jangan salahkanku tidak berperasaan

Menyalahkanku tidak setia

Aku tidak bisa memaksakan diri lagi

Bersama: cinta sudah menjadi helaan napas

Cinta sudah menjadi air mata

Lelaki: sakit dalam hatiku

Mengapa tidak bisa bersama

Bersama: cinta sudah menjadi helaan napas

Cinta sudah menjadi kenangan

Lelaki: aku mengerti perasaanmu

Bersama: tidak akan melupakanmu

Lelaki: tidak terpikirkan kamu akan meninggalkanku

Di malam yang dingin ini

Perempuan: tidak berani melihatmu

Tidak berani ragu lagi…

….]

Lagu ini, tidak panjang, hanya saja Tifanny Wen merasa lagu ini terdengar sangat lama.

Selama lagu ini, dia juga tidak tahu sudah minum berapa gelas bir. Begitu mengangkat kepala, sedang melihat Yansen Mu dan Luna Jiang sedang bertatapan, dan menyanyikan kalimat terakhir lagu itu.

Sesaat dia menutup mulutnya, berkata dalam hati: geli sekali, liriknya tidak terdengar indah, tidak enak di dengar!

Kenyataannya, suaranya sangat enak di dengar, mengatakan tidak enak di dengar, hanya karena Tifanny Wen tidak suka mendengarnya saja.

Menunggu Luna Jiang dan Yansen Mu selesai bernyanyi, murid yang di sebelahnya langsung mengejek, “pelatih, Luna Jiang, suara kalian sangat bagus, bagaimana jika kalian bernyanyi satu lagu lagi. satu lagu lagi, benar – benar sangat bagus.”

Akhirnya kali ini Luna Jiang mendengar, berkata: “aku tidak boleh memakai mikrofon terus bukan. Bagaimana jika, kita memilih satu lagu lagi, dan dua orang mencobanya? Siapa tahu di kelas kita, masih ada orang yang jago bernyanyi.”

Sebenarnya Luna Jiang sebelumnya sudah bernyanyi Beberapa lagu. Meskipun dia Ulang tahun, tapi dia tahu tidak boleh memakai mikrofon sendiri.

Tapi… bukankah kelak akan banyak kesempatan seperti ini?

Setelah Luna Jiang mengatakan itu, Yansen Mu sudah meletakkan mikrofon dan kembali ke tempat duduknya. Selama itu, juga tidak mengatakan apa pun kepadanya lagi.

Entah apakah Luna Jiang halusinasi, tadi dia merasa, kalau tadi saat pelatih itu melihat ke arahnya… sepertinya, bukan sedang melihatnya, seperti melihat ke arahnya, dan melihat ke orang lain.

Tentu saja, mungkin masalah pencahayaan, mungkin tadi tidak benar, juga tidak banyak berpikir, mungkin hanya perasaannya saja.

Intinya, lelaki ini sangat aneh. Jadi saat ini dia tidak banyak berpikir, Luna Jiang masih dengan senyum manisnya. Saat ingin memberikan mikrofon ke orang lain, tiba – tiba melihat Johnny Gu dan Tifanny Wen, melihat mereka berdua sedang duduk bersama, Luna Jiang tiba – tiba tersenyum, berkata: “bagaimana jika, ketua kelas kita Johnny Gu, kamu dan Tifanny Wen nyanyi bersama?”

Meskipun mereka baru masuk sekolah tidak lama, juga masih tidak terlalu akrab.

Tapi karena Johnny Gu adalah ketua kelas, sebelum masuk sekolah karena urusan kelas, sudah akrab dengan anak – anak kelas lainnya.

Banyak orang yang mungkin tidak mengenal Tifanny Wen, juga tidak akrab dengannya, tapi mungkin karena memperhatikan Johnny Gu, sekarang, juga dapat melihat kalau sikap Johnny Gu kepada Tifanny Wen tidak biasa.

Johnny Gu sudah tidak diam – diam suka, sudah terlihat jelas. Jika masih tidak bisa melihatnya, maka sudah bodoh.

Ide Luna Jiang ini, membuat orang – orang langsung mengganti topik, dan berkata: “benar benar! Johnny Gu, duet bersama Tifanny Wen. Cepat cepat, cepat pilih lagu….”

Urusan semacam ini, selalu menjadi topik utama para siswa.

Meskipun mereka tidak punya hubungan, tapi jika ada sedikit hubungan yang tidak normal, mereka sudah mulai mengejeknya.

Apalagi, Johnny Gu ini sudah terlihat jelas menyukai Tifanny Wen. Mereka merasa Ketua kelas ini sangat baik. Berhubung sedang berkumpul – kumpul, membantunya mendapat kesempatan juga lumayan baik.

Johnny Gu tersenyum, justru tidak merasa malu, langsung menyetujuinya, “aku tidak masalah. Hanya saja Tifanny, apakah kamu bisa bernyanyi?”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu