Cinta Setelah Menikah - Bab 227 Fanny, Kepalaku Pusing, Elus Aku (2)

Tifanny Wen dengan terkejut berteriak, setelah mendengar kata “sakit”, dia langsung melihat ke wajah Yansen Mu.

pandangan lelaki ini, juga melihat ke arahnya. Tifanny Wen saat ini hanya memperhatikan, kalau lelaki ini mengerutkan dahinya, seakan sangat sakit.

“dokter, cepat periksa dia.”

Tifanny Wen tidak berpikir banyak, langsung memapah lelaki ini.

Dia begini, keadaannya tentu saja harus di obati. Sedangkan jika mau mengobati luka di pundaknya, dia harus di papah.

Tifanny Wen saat ini hanya berpikir seperti ini, dia tidak berpikir banyak lagi.

“sakit?” dokter Rans justru tercengang.

Mengambil kotak obatnya dan berjalan ke arah Yansen Mu, dengan curiga mengatakan kalimat itu.

Sakit?

Kenapa sebelumnya saat dia menanyakan lelaki ini sakit atau tidak, dia bilang tidak sakit?

Sedangkan, dia seorang lelaki berteriak sakit, juga tidak merasa malu.

Dokter Rans hanya merasa Yansen Mu hari ini sangat aneh. Melihat dia sekarang tidak menolak untuk di obati, justru diam saat di papah oleh Tifanny Wen, seakan sudah bisa di obati, dia baru lebih tenang. Berjalan ke depannya dan membuka kotak obat.

“gadis muda. Bantu dia lepaskan bajunya.” Dokter Rans lalu memberi tahu Tifanny Wen.

Tifanny Wen hanya menganggukkan kepala, tentu saja tidak akan menolak di saat ini. Langsung membuka kancing kemeja Yansen Mu. begitu dia lepaskan, Yansen Mu juga tidak berbicara apa pun, hanya terdiam, juga tidak bergerak, seperti satu robot yang bisa di atur oleh Tifanny Wen.

Tapi bajunya…. Tifanny Wen sulit melepaskannya.

Karena, bahan di bajunya ini, membuat lukanya langsung menempel.

Hanya saja, ini, Tifanny Wen tidak memperhatikannya sejak awal. Langsung menarik bajunya, kerutan di dahi lelaki itu semakin dalam, dan dia jelas tahu saat tangannya menggunakan banyak tenaga, darah di pundak lelaki itu mengalir semakin deras, dia baru mengerti.

Pakaian itu menempel di badan lelaki itu, dia tidak memperhatikannya, menariknya menggunakan tenaga, sepertinya sudah merobek kulitnya.

Tifanny Wen tersadar, lalu dia melihat, tiba – tiba sepertinya di pukul dengan pali, melihat ke luka di pundak Yansen Mu, wajahnya memerah tapi tidak tahu harus berbuat apa.

Hal seperti ini, dia benar – benar tidak tahu harus berbuat apa!

“sakit tidak?” saat dia berbuat kesalahan, dia bertanya kepadanya.

Tifanny Wen benar – benar mengucapkan kata itu Secara langsung, tanpa memikirkannya.

Tidak terpikirkan lagi, Yansen Mu sangat serius menjawab pertanyaan ini:

“sakit!” lelaki itu berkata.

Ucapan itu keluar, dokter Rans langsung memutar bola matanya, lalu memegang kepalanya.

Merasa kepala Yansen Mu sedikit panas, dokter Rans berkata dalam hati: iya iya! Panasnya memang parah! Kalau begitu, tidak di ragukan jika dia mengatakan hal yang aneh.

Lagi pula otaknya juga tidak normal!

Sakit?

Tifanny Wen semakin tidak tahu harus berbuat apa karena ucapannya. Sesaat tidak tahu harus berkata apa, hanya melihat ke arah lelaki itu. baru menyadari lelaki itu juga melihat ke arahnya, wajahnya terlihat sangat kesakitan.

“aku tidak sengaja.” Tifanny Wen yang melihatnya, gusar, lalu memijat dahinya, mengatakan dengan perasaan bersalah.

Selanjutnya, dia meniup ke arah luka di pundak Yansen Mu. seperti berpikir, siapa tahu dengan begini bisa mengurangi rasa sakitnya.

“demamnya tinggi!” saat ini, dokter Rans berkata.

Tifanny Wen tercengang, terpikirkan mereka yang mengatakan kalau Yansen Mu demam, maka dia mengulurkan tangan dan memegang keningnya.

Ternyata, memang demam!

Sangat panas!

Raut wajah Tifanny Wen semakin aneh. Benar – benar demam.

Dia sedang khawatir, menyimpan pandangannya, hanya melihat ke dokter Rans yang sedang mengobati luka di pundak Yansen Mu, sedikit tercengang, dan tidak mengeluarkan suara.

Lagi pula, dia juga tidak bisa membantu mengobati pasien.

Kali ini, Tifanny Wen tiba – tiba merasa pinggangnya di pegang oleh seseorang. Dia dapat merasa kalau itu adalah Yansen Mu. sepertinya agar dia bisa duduk lebih stabil, baru memegang baju di pinggangnya.

Tapi tangannya yang besar ini, membuat Tifanny Wen bergetar, bibirnya sedikit gemetar, merasa suasana hatinya sekarang sangat aneh.

“harus infus, baru mudah meredakan demamnya. Bisakah kamu mengganti infus?” saat ini, dokter Rans bertanya kepada Tifanny Wen.

Saat ini, luka di pundak Yansen Mu, sudah selesai di obati. Darah sudah berhenti, dan di bungkus. Tapi di badan lelaki itu masih ada bekas darah, masalah mengelap badan, tentu saja dokter Rans tidak akan mengurusnya, juga tidak mem-pedulikannya.

Lagi pula, dalam Rumah masih ada perempuannya. Masalah ini pasti bisa di urusnya.

“bisa.”

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu