Cinta Setelah Menikah - Bab 38 Direktur Yansen yang Marah (1)

“Turun.”

Setelah Kevin Qin memarkirkan mobilnya, ia langsung menyeret Tifanny Wen yang ada di kursi belakang.

“Mmph...”

Tifanny Wen membelalakkan matanya. Ia hanya melihat hamparan padang rumput, tidak ada bangunan tinggi apalagi gedung kecil yang biasa, tidak ada apapun. Terpencil dan tidak berpenghuni, hanya ada suara desiran angin yang meniup daun dan rerumputan.

“Mmph...”

Tifanny Wen langsung dapat menebak, sepertinya pria ini membawa dirinya ke daerah pinggiran terbelakang yang berjarak jauh dari pusat kota.

“Perempuan brengsek, coba kulihat apakah kamu masih memiliki nyali untuk menentangku.”

Kevin Qin menggotong Tifanny Wen diatas bahunya dan langsung melemparkannya ke atas tanah rumput yang gersang. Tifanny Wen hanya dapat merasakan kulitnya sedikit sakit karena tergores rumput dan kayu yang berserakan, selanjutnya ia melihat tubuh Kevin Qin yang besar menghampiri dan menindihnya.

“Aku sudah menyuruhmu membuka harga tapi kamu tidak mau. Tidak ada cara lain, hanya bisa dengan cara ini untuk mendapatkannya secara gratis.”

Kevin Qin menundukkan kepalanya dan melihat Tifanny Wen yang memelototinya dengan geram, ia pun tertawa, “Bukankah dengan pilihan tempat seperti ini membuatmu menjadi sentimen? Aku paling suka seperti ini, menstimulasiku untuk tidak bicara dan juga sangat tenang. Dan yang lebih penting adalah, setelah urusanku selesai aku bisa langsung membuangmu disini, dan akan kucarikan beberapa pengemis untuk menghampirimu.”

Benar-benar pria brengsek!

Saat ini Tifanny Wen mengumpat didalam hatinya.

Sejujurnya ia tidak menyangka Kevin Qin ternyata bisa berbuat jahat sampai sejauh ini.

Bukankah ia hanya memberinya dua buah tamparan?

Tentu saja...

Bagaimana mungkin Tifanny Wen tahu bahwa seumur hidup Kevin Qin ia sama sekali belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya.

Ditambah lagi, pria itu sudah banyak melakukan hal semacam ini...

Tentu saja, masih ada satu alasan lagi... Juwita Wen penah berkata, semakin ia bisa membuat Tifanny Wen sengsara, ia akan mendapatkan lebih banyak imbalan.

Kevin Qin menundukkan kepala, ia juga tidak melepaskan tali yang mengikat erat tubuh Tifanny Wen. Ia hanya menyapu pandang sekilas tubuh wanita itu.

Hari ini Tifanny Wen mengenakan kemeja yang dipadupadankan dengan rok mini. Kakinya yang jenjang terjulur keluar, membuat Kevin Qin langsung bersemangat begitu melihatnya. Ia tidak peduli dengan Tifanny Wen yang meronta dan langsung mencengkeramnya dengan kasar.

Mata Tifanny Wen mulai memerah, ia hanya merasa seumur hidupnya ia tidak pernah menerima penghinaan seperti ini. Ia ingin meronta, namun ia tidak berdaya karena tangan dan kakinya diikat. Ia benar-benar tidak bisa berkutik. Saat ini ia merasa sedikit menyesal kenapa sebelumnya ia tidak meningkatkan kewaspadaannya. Tubuhnya gemetar dan pada saat Kevin Qin menindihnya, ia masih dapat merasakan sentuhan yang terasa dingin di pucuk dadanya.

“Sayang, kamu ada dimana...”

Saat ini terdengar suara seperti itu di dalam hati Tifanny Wen.

Tifanny Wen masih ingat, hari ini Tuan Yansen memberikannya alat pelacak. Pria itu bilang kalau ia membawa alat itu, ia pasti bisa menemukannya.

Suara gelisah saat sebelumnya ia ditangkap, seharusnya dapat terdengar oleh Tuan Yansen.

Hanya saja, Kevin Qin melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Jarak kantor Yansen Mu dan posisinya begitu jauh, apakah pria itu bisa keburu menyelamatkannya?

Tifanny Wen tidak berani memeluk harapan yang begitu besar. Ia menahan rasa jijiknya dan memelototi tangan Kevin Qin yang sedang melepas kancing kemejanya sendiri, sorot keputusasaan sudah bergejolak di matanya... Akhirnya ia hanya bisa dengan perlahan memejamkan kedua matanya, keinginannya untuk perlahan perlahan-lahan memudar dari matanya.

Bzz bzz bzz...

Lalu tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara bising yang tidak sesuai di atas langit yang semakin lama semakin mendekat.

“AARGH!!”

Suara bising yang datang itu diiringi dengan suara Kevin Qin yang tiba-tiba memekik.

Tifanny Wen langsung membuka matanya, keputusasaan di matanya terganti dengan tatapan terkejut dan tertegun.

Ia hanya melihat... Dari tangan Kevin Qin yang ada di hadapannya, mengalirlah dengan deras darah segar. Pria itu menutup tangannya dan dengan kesakitan yang amat sangat melihat kearah datangnya suara di langit. Ia hanya melihat...

Sebuah helikopter, yang dengan perlahan mendarat.

Sedangkan tangannya, baru saja ditembus oleh suara pistol!

Ssss...

Pistol!

Siapa yang memiliki pistol? Bahkan berani menembak Kevin Qin?

Kevin Qin tidak dapat mempercayainya, Tifanny Wen juga sama. Tifanny Wen membelalakan matanya dan tertegun, kedua matanya yang memerah tiba-tiba mengalirkan butiran-butiran kristal... Sebelumnya tidak sedikitpun buliran itu turun, tapi saat ini, begitu melihat sosok pria yang tiba-tiba turun dari helikopter, Tifanny Wen pun tidak dapat menahannya lagi. Air matanya pun mengalir dengan deras.

Saat ini Yansen Mu masih mengenakan jas yang ia kenakan saat kerja. Tangan pria itu, yang sebelah menggenggam pistol dan yang sebelah lagi memegang ponsel. Ia menghentakkan kakinya dengan dalam, dengan langkah besar-besar ia berjalan menghampiri kearah Tifanny Wen.

Sepasang mata yang arogan dan dingin pria itu saat ini tidak terkalahkan. Sudut mata yang dalam dan kelam itu penuh dengan amarah. Sekujur tubuhnya saat ini menguarkan aura yang dingin seperti es yang agung. Walaupun Tifanny Wen masih berjarak cukup jauh darinya, tapi ia bisa merasakannya.

Hembusan napas pria itu saat ini sama seperti binatang buas, sangat teramat berbahaya!

Tifanny Wen tahu, bahwa biasanya saat Yansen Mu ada di hadapannya, pria itu akan selalu berusaha untuk menyembunyikan dan meredam aura dingin dan agungnya.

Tapi ia tidak menyangka ternyata pria itu punya sisi yang begitu menakutkan seperti ini... Yansen Mu sama seperti binatang buas yang memasuki medan perang, raja berdarah dingin yang menginjak mayat tak terhitung jumlahnya di hadapannya. Aura kuat yang menguar dari sekujur tubuhnya itu, dalam sekali lihat dapat membuat nyali orang lain menjadi ciut berperang.

Wajah Kevin Qin memucat, tubuhnya menciut ke belakang.

Walaupun ia tidak mengenal Yansen Mu, tapi saat ini, ia juga dapat merasakan Yansen Mu datang demi Tifanny Wen.

Kalau tidak... Kenapa pria itu harus menembaknya?

Rasa takut yang besar langsung menjalari Kevin Qin. Saking takutnya, kakinya pun menjadi tidak berdaya dan lupa untuk kabur. Saat kesadarannya kembali, Yansen Mu sudah berdiri di hadapannya, sebelah kaki pria itu langsung menginjaknya dengan kasar!

“AARGH!!”

Setelah jeritan melengking Kevin Qin, terdengar suara “KREKK!” dari depan dadanya, itu adalah suara tulang rusuknya yang patah.

Namun Yansen Mu tidak berhenti sampai disitu. Pria itu kembali menginjaknya dan kembali terdengar suara “KREKK!” dari tubuh Kevin Qin yang tulangnya menjadi remuk sekarang.

“Tuan, masalah kecil seperti ini serahkan saja pada kami.”

Saat ini, ada delapan orang pengawal yang mengikuti di belakang Yansen Mu. Diantara mereka ada beberapa yang pernah menjadi tentara dibawahnya, sedangkan beberapa yang lain adalah orang-orang yang dulu pernah direkrut.

“Ikat pria itu dan naikkan ke helikopter.”

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu