Cinta Setelah Menikah - Bab 291 Tuan Mu, Ada Yang Mengerjai aku (2)

Ini maksudnya….

“guru Wang, maksudmu kamu memintaku untuk membersihkan aula?” Tifanny Wen bertanya.

“iya. Apakah ada masalah? Lagi pula kamu ketinggalan banyak pelajaran, kamu kelas hari ini juga tidak akan terkejar, karena sedang tidak sehat, banyak bergerak mungkin akan lebih baik.” Hendra Wang berkata.

Tifanny Wen:….

Apalagi yang bisa dia katakan?

Bagaimanapun dia adalah guru pendampingnya, jika dia ingin menjadi murid normal, maka sebaiknya dia mendengarkan kata gurunya.

Maka, dia menganggukkan kepala, menahan emosinya tanpa mengatakan apa pun.

Hanya saja, Tifanny Wen baru saja menganggukkan kepala, melihat Lanny dengan rambut emas, tertawa “pu”.

Tifanny Wen:….

Dia bisa melihat dari tatapan Lanny.

Artis internasional ini, sejak awal sudah mengenalinya.

Sebelumnya saat mereka Bertemu di kolam renang, dia muncul dengan wajah “Febby” ini.

Dan, dia juga sudah mengetahui hubungannya dengan Yansen Mu.

Saat ini, melihat dirinya di sini, dia tidak terkejut, justru hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun kepada dirinya.

Tifanny Wen berpikir, seharusnya Yansen Mu sudah mengatakan kepadanya bukan.

Bagaimana pun, dia ingin menjadi siswa biasa di sini. Karena ingin menjadi biasa saja, dia tidak bisa berhubungan dengan “tuan Mu dari Sentrum Group pacar Tifanny Wen”.

“aduh, orang itu… apakah baik – baik saja? Hatimu… apakah sakit?”

Tifanny Wen bersiap untuk pergi, mendengar Lanny berbisik.

Mendengar kata ini, Tifanny Wen mengerti Lanny sedang berbicara kepada Yansen Mu atas sikap Hendra Wang kepada dirinya. dia mengusap bibirnya, tidak membalikkan kepala dan melihat raut wajah orang itu. hanya merasa….. seakan ada pandangan yang melihatnya dari belakang?

“tuan Mu, nona Lanny, itu adalah murid buruk yang tidak patuh, tidak usah di lihat.”

Saat ini, Hendra Wang menyadari pandangan Yansen Mu dan Lanny, melihat ke arah luar, tiba – tiba mengatakan dengan tersenyum.

Dia juga tidak mengeti maksud perkataan Lanny tadi, masih berpikir apakah tuan Mu ini sedang tidak enak badan.

“murid yang tidak patuh?” Lanny mengerutkan dahi.

“iya. Dia tidak kelas selama satu bulan. Hehe, murid seperti ini seharusnya lebih banyak bekerja.” Hendra Wang berkata: “lihatlah, hari ini mau membatalkan cuti sekolahnya, dia masih datang jam 10.”

“a! siang ini, kelas Bahasa tidak ada kelas bukan.”

Akhirnya, Hendra Wang tidak terpikirkan, tuan Mu yang dari tadi tidak banyak berbicara, tiba – tiba mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan.

Hendra Wang:….

“ini…. Tu… tuan Mu, bagaimana kamu tahu?” bagaimana dia tahu kelas Bahasa siang ini tidak ada kelas?

“pu…” Lanny tiba – tiba tertawa.

Hendra Wang tidak tahu apa yang dia tertawai, hanya melihat tuan Mu, melihatnya dengan tatapan dingin, tidak membalas ucapannya, lalu berdiri dan mengatakan: “paman, Lanny, di sini terlalu bosan, aku keluar jalan sejenak, nanti aku temani kalian ke aula.”

Setelah itu, dia melangkah besar, dan pergi keluar.

Hendra Wang tercengang, tiba – tiba merasa, sebaiknya dirinya berhati – hati, jangan berbicara kepada tuan Mu lebih baik, dia sangat dingin.

Hanya saja….

Ternyata tuan Mu begitu akrab memanggil sutradara Ken sebagai “paman”. Dilihat seperti ini, hubungan mereka sangat baik.

Ken tidak mengerti apa pun. Dia hanya ingin berjalan – jalan melihat sekolah. Hanya saja, dia ingin berpesan kepada Hendra Wang mengenai masalah Audisi. Jadi, saat ini dia tidak berdiri, membiarkan Yansen Mu pergi sendiri, dia berbicara dengan Hendra Wang.

Sebenarnya, jika dia tidak merindukan sekolah, tidak ingin meninggalkan jejak dirinya di karya terakhirnya. Masalah ini, dia tidak perlu mengurusnya sendiri.

“pu….” Lanny yang ada di sebelahnya, kali ini tidak tahu sedang menertawai apa.