Cinta Setelah Menikah - Bab 154 Membelikanku Baju (1)

“lain kali jangan terlambat. Kembalilah istirahat.”

Gina Jing tercengang, sedikit tidak mengerti mengapa pelatih ini tiba – tiba begitu mudah di ajak berbicara. Bukankah tadi masih dengan sikap dinginnya memintanya untuk lari 30 putaran? Dalam sekejap, 2 putaran saja sudah cukup, ternyata masih bisa mengucapkan kalimat lembut seperti ini.

Gina Jing tidak tahu, maksud Yansen Mu ini adalah…. Kembalilah istirahat, jangan mengganggu di sini.

Tentu saja, Gina Jing tidak mengerti maksud perkataan orang ini, bertanya: “pelatih, kalau begitu push up? Apakah masih perlu?”

“tidak perlu.”

“terima kasih pelatih. Aku sudah tahu kamu tidak begitu kejam.”

“kembali.”

“eh?”

“sudah malam, pergi istirahat.” Yansen mu mengulang.

“a?” Gina Jing baru menyadari. Memintanya kembali dulu? “tapi, pak pelatih aku masih perlu menunggu temanku.”

“dia sakit perut, kondisi seperti ini tidak bisa latihan dengan baik. Nanti aku bawa dia ke dokter, lalu memberinya obat, melihat kondisinya seperti apa. Kamu kembali dulu.” Yansen Mu berkata.

Gina Jing tercengang. Wah wah wah, pelatih ini begitu baik? Masih bisa membawa murid ke dokter?

Hanya saja, kondisi Tifanny Wen hari ini, sepertinya memang lebih baik mencari dokter, jika tidak kondisinya besok akan semakin parah.

Setelah berpikir, Gina Jing berkata: “kalau begitu nanti aku pergi bersama.”

“akan sangat malam, tidak istirahat dengan baik apakah besok kondisimu tidak baik masih harus menerima hukuman?” Yansen Mu balik bertanya.

“a… pak pelatih, aku akan kembali. Sampaikan kepada Tifanny Wen, aku kembali dulu. Setelah dia melihat dokter ingat kembali dengan cepat, hanya saja aku tidak menunggunya lagi. bye pak pelatih.” Gina Jing langsung pergi.

….

Setelah Tifanny Wen lari satu putaran, melihat di lapangan hanya ada Yansen Mu, sudah tidak melihat Gina Jing lagi. merasa sedikit bingung, hanya saja dia akan bertanya setelah menyelesaikan putaran kedua.

Sedangkan satu putaran tinggal Beberapa langkah lagi, Yansen Mu tiba – tiba menahannya.

Tifanny Wen terdiam, tiba – tiba merasa tangannya di tahan oleh seorang lelaki.

“apa yang kamu lakukan?”

“tidak usah lari lagi.”

“bukankah katanya dua putaran? Aku baru satu putaran.”

Yansen Mu melihat ke arah perempuan itu, wajahnya sangat pucat, tidak terlihat ada aliran darah. Bajunya sudah keringatan sejak awal. Udaranya sebenarnya tidak terlalu panas, sedangkan dia baru lari satu putaran, dan sekelilingnya masih dengan angin yang kencang.

Tifanny Wen bukan orang yang mudah keringatan. Dia berkeringat begitu banyak, hanya Yansen Mu yang menyadarinya, perutnya sudah sangat sakit. Setiap perempuan ini sakit karena menstruasi, pasti keringatnya tidak berhenti.

Dia mengganti topik, bertanya: “tidak sakit?”

Tidak sakit baru aneh.

Tifanny Wen berkata dalam hati. Hanya saja karena lelaki ini berkata kalau tidak perlu lari lagi, dia juga tidak perlu bertahan lagi. langsung berkata: “urusan kita nanti saja baru bicarakan lagi.” selesai berbicara dia bersiap untuk pergi.

Saat ini Tifanny Wen sangat ingin pergi dari sini. Karena, perutnya sudah sangat sakit. Dia ingin kembali untuk mandi, lalu minum air hangat dan berbaring.

Karena itu, dia sudah tidak punya suasana hati untuk berbicara dengan lelaki ini lagi.

Mengenai Gina Jing, Tifanny Wen tidak bertanya juga sudah mengetahui kalau dia sudah pergi dahulu.

Tifanny Wen ingin pergi, hanya saja tangannya tidak bisa dilepaskan dari genggaman Yansen Mu. dia marah, saat dia ingin melampiaskannya, lelaki ini tiba – tiba menahannya, tangannya yang satunya lagi ada di pinggang perempuan ini.

Tifanny Wen tidak menyadarinya, mengedipkan mata dan menyadari kalau dirinya sudah ada di pelukan lelaki ini.

“lepaskan aku.” Tifanny Wen memberontak, “ini adalah sekolah.”

“maksudmu, kalau di sekolah tidak boleh?” Yansen Mu bertanya.

Tifanny Wen tentu tidak bermaksud seperti ini. Karena dia sudah mengajukan perceraian, bagaimana pun juga tidak boleh berhubungan lagi dengan lelaki ini. Hanya bisa mengabaikannya, jika mengabaikannya juga harus dengan tuntas. Di pikir – pikir, dia langsung berkata: “Yansen Mu, kamu tahu mengapa aku tidak bisa bersamamu. Sherina ada di atas, bagaimana mungkin aku bisa bersamamu? Mengatakan ingin bercerai adalah aku yang tidak bertanggung jawab. Tapi selain pilihan ini, bagaimana bisa aku terus berhubungan denganmu? 4 tahun yang lalu kamu memilih melaksanakan tanggung jawab, demi misi baru memutuskan untuk menghiraukan nyawa Sherina, tapi Sherina menggantikanku untuk di tangkap orang itu, dia adalah temanku yang paling berharga, kamu bisa mengabaikannya, tapi aku tidak bisa, juga tidak punya hak untuk mengabaikannya.”

Tifanny Wen mengucapkan kalimat ini sedikit sulit, otaknya tiba – tiba terpikirkan senyuman Sherina yang ceria. Dia memejamkan matanya, lalu membukanya lagi, mengedipkannya lagi, dengan lampu di lapangan, melihat wajah lelaki ini dengan jelas menjadi semakin kaku.

Ternyata! Bukankah alasan ini?

Yansen Mu akhirnya sudah yakin!

Tapi 4 tahun lalu…….

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu