Cinta Setelah Menikah - Bab 165 Cemburu? Masih Harus Menjelaskan? (1)

Lalu setelah itu

Satu bantal terbang ke arahnya.

Lalu lagi.

Dia mengambil bantal itu, dan melihat kejadian di ranjang itu…

Gina Jing:…

Dia membuka matanya lebar, menutup mulutnya, hampir terjatuh karena terkejut. Bahkan sampai lupa berteriak.

Hanya saja dia tahu kalau langkah kakinya pasti bersuara, dan suara di pintu juga tidak kecil.

Tapi… sepasang orang di ranjang itu, tetap tidak mengetahui keberadaannya, tetap melakukan kegiatan mereka.

Ini ini ini…

Gina Jing tidak tahu harus berbicara apa, dia berdiri di tempat. Tapi setelah dia tersadar dia menyadari kalau tidak baik mengganggu mereka berdua, maka dia keluar dengan hati – hati. Lalu, dia menemukan kursi yang tidak jauh dari pintu.

Baiklah, mereka sedang fokus, bahkan dia masuk saja tidak sadar, sebaiknya tunggu mereka selesai dulu saja.

Astaga!

Pelatih dan Tifanny Wen?

Gila!

Dalam hati Tifanny Wen: “pacar” Tifanny Wen yang di maksud, apakah pelatih?

Tiba – tiba dia mengingatnya, kemarin malam, Tifanny Wen juga di bawa oleh Yansen Mu, semalaman belum kembali. Dapat dibilang, ini benar.

Astaga! Ternyata pelatih adalah orang aneh yang “pertempuran darah”!

Gina Jing terdiam dengan segala pikirannya….

….

Dalam kamar pasien.

Sebenarnya saat ini sedang penuh dengan “asap”, berapi – api.

Kedua orang dengan perasaan marah, yang satu kejam, yang satu menahan, keduanya menggunakan cara mereka masing – masing untuk melampiaskan. Tapi setelah ciuman itu berakhir. Saat bibir Yansen Mu lepas dari bibir Tifanny Wen, perempuan itu mengelap bibirnya, kepanasan ini, membuat matanya terbuka lebar, sedangkan satu tangannya memegang kerah lelaki itu, langsung berkata: “Yansen Mu, jika kamu seperti ini lagi, sudah satu minggu aku tidak bisa Bertemu siapa- siapa.”

Bibir Tifanny Wen membengkak.

Kemarin bibirnya sudah sangat bengkak, untung saja dia termasuk “orang yang pemulihannya cepat”, setelah bangun tidur. Hingga saat ini juga tidak terlalu terlihat jelas. Tapi saat ini, sudah bengkak lagi. masih ada bekas di badannya…. Hari ini saat keluar, dia juga mengenakan kerah yang tinggi. Bukankah ini karena lelaki yang semakin kejam ini?

“tidak bisa Bertemu siapa – siapa lebih bagus, kelak tidak usah keluar lagi.” Yansen Mu memandanginya hingga dia tidak bisa membalasnya.

Orang ini… sebelumnya selalu menurutinya. Tapi sekarang setiap marah akan selalu seperti ini.

Tifanny Wen marah, “kamu sendiri tidak tahu malu, sudah memukul orang, masih punya alasan?”

Yansen Mu melihatnya, menggunakan satu tangannya untuk menarik kerah perempuan ini, hatinya kesal, tapi justru pasrah menghadapi situasi seperti ini. Dia menundukkan kepalanya, dengan keras menggigit wajahnya, saat lepas terlihat bekas gigitannya lalu berkata: “kalau begitu menurutmu saat itu aku harusnya bagaimana?”

“kamu…” Tifanny Wen semakin marah, pandangannya kesal.

Yansen Mu memegang tangan perempuan itu erat, pandangannya tiba – tiba menjadi pasrah dan sedih, “saat tidak bisa menahan diri, kamu mau aku bagaimana?”

Tifanny Wen tercengang.

Yansen Mu berkata: “saat itu aku bukan hanya ingin memukul orang, masih ingin langsung mematahkan tangannya.”

Selesai berbicara, dia menundukkan kepalanya, lalu menghela napas di sebelah telinga Tifanny Wen, “Tifanny, aku ingin semua orang di dunia tahu kalau kamu adalah nyonya Mu.”

Pandangan Tifanny Wen kosong, saat mengangkat kepala, dia menyadari pandangan Yansen Mu yang tidak biasa ada di wajahnya…. Pasrah!

Iya!

Tifanny Wen saat ini melihat kepasrahan di wajah lelaki ini. Seperti kalau dia yang menyelingkuhi lelaki ini.

Tifanny Wen mengedipkan mata, pandangannya menjadi tidak natural. Dia mendorong lelaki ini, tidak ingin ribut lagi, berkata: “ayo, pulang.”

Yansen Mu baru melepaskannya, dan berdiri.

Tifanny Wen langsung duduk, merapikan pakaiannya, mencari sepatunya. Setelah itu melihat Yansen Mu berjongkok, melihat perempuan itu menaruh kakinya, dia langsung mengambil sepatu dan memakaikannya kepada perempuan itu.

Gerakannya seperti ini tidak seperti mencari perhatian. Karena gerakannya ini terlihat sangat alami. Sebelumnya saat Tifanny Wen ada di Rumah dia juga seperti ini. Sekarang seharusnya karena kebiasaannya bukan.

Tifanny Wen tiba- tiba merasa aneh.

Akhirnya Yansen Mu melihatnya sekilas, menaruh sepatunya, lalu berkata: “masuklah.”

“a?” Tifanny Wen merasa terkejut, “masuk?”

Apa maksudnya?

Apakah ini dikatakan untuknya?

Atau di depan pintu ada orang.

Setelah itu Tifanny Wen melihat Gina Jing berjalan ke depan pintu, dengan tatapan aneh melihat ke arah mereka, “pe… pelatih, kamu… kamu tahu aku ada di depan ya….”

Saat ini hati terdalam Gina Jing seperti tersambar petir.

Sial!

Gila!

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu