Cinta Setelah Menikah - Bab 103 Hiburlah Tuan Mu (2)

Saat ini, Tifanny Wen mendengar suara ponselnya berbunyi. Ponselnya, saat ini ada di dalam kamar mandi. Tifanny Wen tidak mempunyai kebiasaan untuk mengangkat telepon sebelum menyelesaikan sesuatu. Setelah dia mengelap tangannya, dia tidak peduli apakah sudah selesai mandi, langsung mengambil ponsel yang ada di sebelahnya.

“halo…. Helen.”

Telepon ini, adalah dari Helen Mu.

“Tifanny, apakah kamu bisa membantuku. Bisakah kamu berbicara dengan kakakku, memintanya untuk memberi investasi kepadaku? Penelitian aku dan temanku, benar – benar membutuhkan investasi. Kamu tahu, dalam bagian penelitian, memerlukan uang. Tetapi kakakku itu, sangat pelit sedikit pun tidak memberiku. Heh….”

Begitu Helen Mu mendengar suara Yansen Mu, dia langsung menjadi marah, “kakak pelit, jika dia bisa memberiku sedikit uang jajannya, tetapi dia tidak mau. Lalu orang keluargaku, juga tidak mau memberiku. Tifanny, betapa sedihnya aku menjadi Keluarga Mu, jelas – jelas Keluargaku mempunyai banyak uang, tetapi sedikit uang untuk penelitian saja tidak ada. Kata kakak, yang aku lakukan hanyalah penelitian, sedikit makna pun tidak ada, menurutmu, apakah penelitian ini tidak bermakna?”

“masih ada. Sebenarnya… jelas – jelas kemarin aku sudah mengomentari kakakku, dia memutuskan untuk memberiku sedikit investasi. Tetapi saat aku meneleponnya hari ini, dia membatalkannya lagi. lalu, aku meneleponnya lagi, dia juga tidak mengangkatnya.”

Helen Mu semakin kesal, “Tifanny, saat aku dan kakakku telepon, aku menyadari suaranya sedikit aneh. Apakah kamu bertengkar dengannya? Lagi pula aku tidak peduli, jika kamu memang sahabatku sebaiknya kamu urus dia.”

Helen Mu berbicara sampai akhir, langsung bermanja, “Tifanny, kamu harus membantuku mengurusnya, aku hanya bisa bersandar padamu. Jika tidak…. Jika tidak aku tidak mau menjadi sahabatmu lagi. huh….”

Tifanny Wen tidak menjawab satu kata pun, Helen Mu justru berbicara panjang lebar, membuat Tifanny Wen menjadi sangat pusing.

Apakah tidak menjadi sahabatnya lagi adalah ancaman?

Tentu saja Tifanny Wen tahu kalau Helen Mu hanya bercanda. Hanya saja jika sahabat ada kesulitan, maka dia pasti akan membantunya.

Investasi?

Bahkan untuk investasi Tifanny Wen, juga berasal dari Yansen Mu.

Tifanny Wen pusing hingga memijat kepalanya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menaklukkan lelaki itu.

“Helen, kakakmu… hari ini tidak mem-pedulikanku.”

“tidak mem-pedulikanmu? Apakah kamu mengganggunya?” Helen Mu tercengang, selesai berbicara, dia melanjutkan lagi: “ini hanya hal kecil, bermanja saja, akan dengan mudah terselesaikan. Terutama kakakku. Tifanny, kamu tenang saja, kamu gunakan kecantikanmu, kamu pasti akan menaklukkannya. Lalu…. Kamu sekalian membicarakan masalah penelitian, tolonglah. Dengan begini, kamu pasti akan menaklukkannya. Bye, besok aku tunggu kabarmu. Malam.”

Selesai berbicara, Helen Mu mematikan teleponnya.

Tifanny Wen:….

Gila!

Begitu saja?

Kesusahan dalam hatinya saja dia belum menceritakannya.

Menggunakan kecantikannya untuk menaklukkan Yansen Mu? Apakah dia punya kemampuannya?

Tifanny Wen tiba – tiba terpikirkan ucapan Nara Gu kepadanya hari ini. Orang hanya ingin menggunakan dirinya sebagai pengganti. Dia menggunakan kecantikannya? Apakah dapat berhasil?

Terpikirkan kata “pengganti” ini, Tifanny Wen tiba – tiba memonyongkan mulutnya, hatinya merasa tidak terima.

Hatinya yang tidak terima ini, benar – benar ingin mencoba seberapa pentingnya dia di hati Yansen Mu.

“tuan Mu….”

Di tengah kekacauan ini, Tifanny Wen tiba – tiba berteriak dari kamar mandi.

Selesai berteriak, dia justru merasa sangat kacau.

Bahkan dia saja tidak mem-pedulikannya, dia teriak, untuk apa?

“iya.” Tidak disangka, Yansen Mu menjawabnya, “ada masalah?”

Suaranya dingin, datar….

Begitu Tifanny Wen mendengar suara Yansen Mu yang datar ini, sesaat menjadi marah. Kekacauan dalam hatinya semakin parah.

Sial! Kesesalan dalam hatinya tidak bisa di ucapkan. Perasaan yang aneh ini, membuatnya tidak enak.

Tifanny Wen menggigit bibirnya, memutuskan untuk keluar, berteriak ke arah luar kamar mandi, “aku sangat lelah, bisakah kamu membantuku memijat punggungku.”

Setelah Tifanny Wen selesai berbicara, wajahnya menjadi merah.

Biasanya dia sangat diam. Hal yang menyentuh kulit, biasanya adalah pihak lelaki yang berinisiatif. Sedangkan, meskipun dia dan lelaki ini sudah mengalami banyak hal, tetapi sampai sekarang, masih ada hal yang tidak dapat dengan mudah ditunjukkan di depan lelaki ini.

Di luar, Yansen Mu tercengang.

Suara dalam kamar mandi, terdengar suara air.

Tifanny Wen bermain air, seakan menggunakan air itu untuk menutupi kalimat yang dikeluarkan tadi.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu