Cinta Setelah Menikah - Bab 40 Direktur Mu, Apakah Kamu Pernah...? (2)

Sebenarnya, biasanya Yansen Mu bisa mengendalikan suasana hatinya dengan mudah. Tapi hari ini, karena ia sudah dibuat kesal oleh Kevin Qin bahkan sampai sekarang ia masih merasa api masih membara dalam hatinya, Yansen Mu akhirnya tidak bisa berpikir rasional seperti biasanya.

Sebenarnya, awalnya Yansen Mu terpikir untuk keluar kamar mandi sekarang. Tapi sekarang, ia terpikir untuk memarahi Tifanny Wen dan pada akhirnya tidak beranjak keluar. Sebaliknya, Yansen Mu melepas pakaian dalam Tifanny Wen dengan satu tangan. Tifanny Wen yang terkejut langsung gemetar sesaat, namun ia juga tidak berani memarahi pria yang terbakar amarah di hadapannya ini!

Tifanny Wen juga tidak tahu mengapa, tapi dulu ia merasa dirinya sendiri sangat mendominasi saat masih mengurus Tianhua entertainment.

Tapi setiap kali berada di hadapan Yansen Mu, Tifanny Wen selalu merasa dirinya sedikit kalah dari pria ini. Saat pria itu mulai marah, dirinya entah mengapa merasa takut.

Jadi pada akhirnya, pakaian perempuan yang malang itu dilucuti begitu saja dan tubuhnya direndam di dalam bathtub.

Memar memang menghiasi tubuh Tifanny Wen, namun tidak ada luka terbuka. Itu sebabnya tubuhnya bisa berendam di dalam air.

Tapi pergelangan tangannya... Karena tergores oleh rerumputan dan pepohonan, darah pun mengalir. Luka terbuka tidak cocok terendam di dalam air.

Yansen Mu menyadarinya. Ia mengernyitkan alis dan langsung meletakkan tangan Tifanny Wen di pinggiran bathtub lalu berkata: “Aku bantu kamu mandi, tidak boleh memasukkan tanganmu kedalam air.”

Wajah Tifanny Wen memerah seperti apel. Di dalam air tidak ada penghalang apapun dan di bawah air yang jernih, seluruh tubuhnya terpampang dengan jelas di mata pria itu. Tentu saja ia merasa sedikit tidak nyaman.

Namun ternyata, Yansen Mu sudah membantunya menggosok bagian punggung.

Akan tetapi saat Tifanny Wen menolehkan kepalanya, ia pun menyadari bahwa... Dibalik gerakan Tuan Mu yang begitu tegas dan yakin, wajah dan daun telinga pria itu sebenarnya terlihat cukup memerah.

Bahkan... Tidak kalah dengan dirinya sendiri!

Tifanny Wen terdiam.

Hal ini membuat hatinya sangat gembira. Paling tidak, ini membuat dirinya menjadi sedikit lebih percaya diri dan diam-diam menertawakan Tuan Mu di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, Tifanny Wen pun tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, “Tuan Mu, dulu kamu... Pernah melakukan dengan berapa wanita?”

Biasanya, wajah seorang buaya darat tidak mungkin memerah saat melihat pemandangan seperti ini.

Pria ini, sepertinya tidak memiliki pengalaman apapun di bidang ini.

“Tidak ada.” Yansen Mu langsung menjawab: “Kamu adalah yang pertama.”

Tifanny Wen kembali terdiam.

“Mana mungkin?”

“Dulu aku adalah kepala pasukan, sebagian besar waktuku dihabiskan di luar negeri untuk melaksanakan misi rahasia. Bahkan saat kembali ke tanah air juga berkumpul bersama-sama pria dewasa lainnya, mana ada waktu untuk berpacaran? Ditambah lagi, dalam waktu tiga tahun aku mengetahui bahwa aku sudah punya tunangan.” Yansen Mu menjawab dengan pasti.

Begitu mendengar pria itu tahu bahwa ia punya tunangan, Tifanny Wen malah bertambah bingung.

“Kalau begitu sebelum kamu memiliki aku sebagai tunanganmu, kamu tidak pernah menyukai seorang perempuan manapun? Dengan keadaanmu, pasti ada segerombol wanita yang mengelilingimu.”

Pertanyaan ini...

Yansen Mu pun sedikit berpikir-pikir. Ia menatap daun telinga Tifanny Wen yang sedikit memerah, jakunnya tiba-tiba bergulir. Sorot matanya terpaku bengong untuk beberapa saat sebelum kemudian dengan sedikit serak ia berkata, “Empat tahun yang lal... Aku pernah menyukai seorang perempuan.”

“Hm?” Tifanny Wen mematung, “Kalau begitu, apakah kamu belum pernah memulai dengannya?”

“Tidak pernah. Didalam hatinya sudah ada pria lain.” Sorot mata Yansen Mu terlihat sedikit kecewa, di dalam nada bicaranya tersirat kecemburuan.

“Benar-benar buta.” Tifanny Wen menilai, “Perempuan itu tidak bisa menyukaimu, singkatnya ia benar-benar buta.”

Begitu mendengar perkataan wanita itu, Yansen Mu menaikkan alisnya. Tiba-tiba ia berjongkok sampai dahinya berada di hadapan wanita itu dan membuat Tifanny Wen melihat dirinya, “Kalau kamu? Apakah sudah buta? Sudah menyukaiku, belum?”

“Hah?”

Tifanny Wen tidak menyangka Yansen Mu akan membawa topik itu berputar begitu cepat dalam sekejap.

Bagaimana tiba-tiba bisa tertuju pada dirinya sendiri.

Tifanny Wen menengadah dan baru menyadari bahwa sorot mata pria itu sedang menatap lekat padanya. Hatinya pun memaku saat melihat ekspresi Yansen Mu saat ini... Sedikit serius, namun juga tampaknya mengandung sinar harapan.

Apakah itu hanya ilusinya saja?

“Aku...”

Tifanny Wen membuka mulutnya, tampak seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi saat kata-katanya berada di ujung lidah, Tifanny Wen menyadari bahwa ia benar-benar tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Yansen Mu.

Kalau diberi waktu, Tifanny Wen merasa dirinya bisa mencintai pria ini.

Tapi sebelumnya ia sudah ada Raymond Jiang dan belum beberapa hari lamanya setelah mereka berpisah. Kalau begitu mudahnya perasaannya berubah, maka awalnya hatinya tidak mungkin sehancur itu terhadap Raymond Jiang.

Tifanny Wen yang diam membuat Yansen Mu yang sedang menatapnya menahan pupil matanya. Ia mengerjapkan mata dan sudut matanya menyapu kesepian yang tersembunyi di bawah bulu mata yang panjang.

Tiba-tiba saja hati Yansen Mu merasa sedikit kesal...

Ada sedikit... Rasa cemburu terhadap pria itu!

“Aku...” Saat Tifanny Wen baru saja mau bicara, ia menyadari raut wajah Yansen Mu sedikit berbeda. Sepertinya ada yang salah dengan pertanyaannya, karena pria itu terlihat sedikit kesal dan dengan tiba-tiba menyangga bagian kepalanya, membuat pikiran Tifanny Wen tertegun saat menerima... Sebuah sentuhan lembut dan hangat di bibirnya.

“Hmph...”

Tifanny Wen mengerang pelan. Saat mulutnya sedikit terbuka ingin mengatakan sesuatu, rongga mulutnya sudah dimasuki oleh lidah panjang seperti ular naga milik Yansen Mu dan dengan sembarangan lidah itu menyerang daerah kekuasaannya.

Rongga mulut Tifanny Wen tiba-tiba terasa kering. Ia merasa ciuman pria itu seperti membawa sebuah rasa hukuman, intimidasi yang kuat, sedikit tegas, dan juga sedikit kasar...

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu