Cinta Setelah Menikah - Bab 249 Benar-Benar Mengajukan Lamaran? (1)

Tifanny Wen tersenyum, senyumannya menyiratkan ekspresi yang sedikit ramah.

Dia tahu jika Gina Si sedikit takut dan tidak berani mendekati Tifanny Wen yang berstatus sebagai pemain film ini.

Tetapi, bagaimana dengan teman sekamar dia yang bernama Fanny?

“Fan............Fanny.............” Gina Si termangu di tempat dia berdiri, dia membelalakkan mata dengan perasaan sulit percaya.

Tifanny Wen menengokkan kepala ke arah Yansen Mu sambil melambaikan tangan, dia menghiburnya dengan senyuman yang terlihat manja, barulah dia berbalik badan, lalu memegang tangan Gina Si berjalan masuk kedalam sekolah.

“Fan........................Fanny, kamu.............kamu jangan berjalan bersamaku. Tuan Mu, dia...........” Gina Si merasa sensitif, barulah dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Tifanny Wen. Dia seketika itu juga merasa gemetar, lalu menengokkan kepala ke arah mobil Yansen Mu, dia terkejut hingga mengeluarkan keringat dingin, “Tuan Mu, dia................”

“Tidak masalah. Biarkan dia tinggal sendiri di rumah.”

Tifanny Wen bisa menebak pikiran Gina Si, dia memegang tangannya seolah menenangkan hatinya, setelah itu, berjalan ke arah depan gerbang sekolah tanpa mempedulikan ekspresi wajah Gina Si yang terlihat gelisah.

Di sepanjang jalan, Tifanny Wen menjelaskan rahasia dari identitas dirinya. Dia merasa dirinya sudah mengenal Gina Si dalam waktu yang lumayan lama, dia juga mengalami banyak hal bersamanya, bisa dikatakan bahwa sekarang mereka diikat bersama, Tifanny Wen pun sementara ini tidak begitu perhitungan untuk memberitahu identitasnya pada Gina Si.

Setelah Tifanny Wen pergi, mobil Yansen Mu yang sedang berada di depan gerbang Universitas Nanqiong ini masih tetap berhenti dan belum bergerak sedikit pun.

Dia masih memikirkan masalah barusan tubuh Tifanny Wen menggigil.

Apa firasatnya salah?

Yansen Mu tiba-tiba menelepon Kenny Qin.

“Halo, Yansen.............”

“Menurutmu................” Suara Yansen Mu berhenti sejenak, setelah mempertimbangkannya, tiba-tiba dia berkata: “Menurutmu, apakah seorang wanita akan merasa takut saat melihat suasana pembunuhan?”

“Wanita seperti apa? Jika dia adalah pembunuh dan sebagainya, maka tentu saja dia tidak akan takut. Jika dia belum pernah mengalami hal itu, maka tentu saja dia akan merasa takut, hal yang kamu tanyakan ini bukanlah omong kosong kan. Bagaimana mungkin makhluk seperti wanita ini tidak akan merasa takut.” Kenny Qin menjawab, “Kenapa? untuk apa kamu menanyakan ini.”

Lawan bicaranya, yaitu Yansen Mu malah tidak menjawab.

Setelah selang beberapa lama, barulah dia berkata sambil bergumam, “Aku mungkin................menakuti Fanny.”

“Hah?” Kenny Qin termangu.

Tetapi saat dia menanyakannya lagi, Yansen Mu malah sudah memutuskan sambungan telepon itu sejak tadi.

Yansen Mu yang barusan memutuskan sambungan telepon itu, sekarang dia mulai memikirkan perkataan pria tadi, dia teringat saat dia sebelumnya berada di markas elang hitam, Tifanny Wen melihat dirinya mengambil pistol, lalu tiba-tiba dirinya merasa gelisah sambil menepuk kepalanya sendiri.

Tidak mungkin jika hal itu benar-benar menakuti Fanny!

Jika tidak, kenapa dia menggigil?

Meskipun karakter Fanny terbilang mandiri, tetapi dia hanyalah seorang wanita muda yang belum pernah melihat suasana seperti ini.................

Yansen Mu tidak merasa heran jika Tifanny Wen bisa tetap terlihat tenang. Masa lalunya hingga saat ini tidak terbilang terlalu gemilang. Tetapi sejauh ini, dia belum pernah memperlihatkan tindakannya ini di hadapan Tifanny Wen, tetapi sekarang..................

Pikiran pria ini tidak bisa menyelesaikan masalahnya ini, saat ini dia lupa jika dirinya masih berada di jalanan, dia malah berpikir sembarangan hingga mengarah ke hal yang buruk. Saat menunggu dia kembali sadarkan diri dengan kenyataannya, dan berencana mengemudikan mobilnya, pada akhirnya teleponnya berdering.

“Yansen....................” Lawan bicara dari teleponnya kali ini adalah suara seorang pria.

Ini adalah suara Baim Su, teman baiknya yang satunya.

“Kenapa?” tanya Yansen Mu.

“Kalau kamu benar-benar sahabat baikku, maka temani aku minum hingga mabuk, tidak boleh pulang kalau tidak mabuk.” Suara Baim Su terdengar seolah sedang mabuk.

Yansen Mu: ............................

Apa yang terjadi?

Minum bir? kenapa suaranya terdengar seolah sedang mabuk?

Ditambah lagi, mengatakan tidak boleh pulang kalau tidak mabuk! dirinya sedang berada di pulau Nanqiong, dia sedang berada di hinterland, bagaimana mungkin mereka berdua bisa minum bir bersama?

Sangat terlihat jelas bahwa ini adalah perkataan orang mabuk.

“Yansen, besok aku akan datang ke pulau Nanqiong, ayahku memaksaku datang kesana untuk dijodohkan dengan seorang wanita. Aku tidak tahu kenapa mereka memaksa aku untuk menikah. Entah anak perempuan keluarga Jiang apa, aku bahkan belum pernah menemuinya. Jaman apa ini.”

Pada akhirnya, Baim Su yang biasanya lembut dan lemah ini, saat ini intonasi bicaranya sedikit marah.

Biarpun dibatasi oleh jarak sambungan telepon, Yansen Mu bisa menebak seberapa mabuk dia dari intonasi bicaranya. Dilihat dari intonasi bicaranya, dia langsung menduga bahwa Baim Su sedang mabuk, dia meminum bir ini dengan kapasitas yang tidak sedikit.

“Sedang minum bir?” tanya Yansen Mu.

“Hanya minum sedikit.” jawab Baim Su.

“Besok pagi setelah bangun tidur, kamu telepon aku lagi.”

Yansen Mu tidak menjadikan perkataannya ini sebagai kata sungguhan.

Datang ke pulau Nanqiong untuk dijodohkan dan sebagainya ini mungkin hanyalah kata-kata yang diucapkan oleh orang mabuk. Lawan bicaranya ini sedang tidak sadarkan diri, tentu saja dia tidak percaya.

Cara mudahnya adalah menelepon asistennya, setelah memerintahkan asistennya untuk menyuruh dia jangan terlalu banyak minum, Yansen Mu pun memutuskan sambungan teleponnya.

Setelah memutuskan sambungan telepon, Yansen Mu mencibirkan mulut.

Masalah kacau apa ini!

Bahkan sahabat dekatnya pun menelepon tanpa sebab dan membuat dia gelisah.

Yansen Mu memegang kepala, dia tiba-tiba merasa sakit kepala. Dia menginjak akselerator sambil menggoyangkan kepala, lalu memutuskan untuk tidak berpikir sembarangan, dia pun dengan cepat langsung mengendarai mobilnya.

...............................................

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu