Cinta Setelah Menikah - Bab 54 Pasangan Suami Istri Bermain Mahjong (1)

Keluarga Mu pertama kali ini melihat Yansen Mu menarik tamu duduk di ruang tamu, bagaimana tidak terkejut.

Apalagi, tamu ini masih lawan jenis.

Yansen Mu tidak mem-pedulikan tatapan gosip dari satu Keluarga, langsung mengambil sumpit dan menjepitkan sayuran untuk Tifanny Wen.

Semua ini adalah hasil buatannya. Lelaki ini tau cita rasa perempuan ini, semuanya di sesuaikan dengan cita rasanya.

Tifanny Wen tadi pagi tidak bangun, saat siang langsung datang ke sini, jadi dia tidak sarapan. Saat ini melihat satu meja makan ini penuh makanan kesukaannya, dia tidak dapat menahannya, melihat Keluarga Mu juga sudah mulai makan, dia langsung menyantap makanan.

Hanya saja, tidak peduli apa pun yang di jepit Yansen Mu, dia juga hanya makan, sekalian mengucapkan “terima kasih” karena melihat tatapan gosip dari Keluarga Mu, lalu tidak melihat lelaki itu lagi.

Ini membuat Yansen Mu makan dengan tidak berselera, awalnya dia sangat senang, tapi sekarang menjadi kesal.

Apa yang terjadi dengan perempuan ini?

Yansen Mu sejak pagi tidak mengobrol dengan Tifanny Wen.

Jika membuatnya marah, juga berarti setelah dia datang ke Keluarga Mu.

Tetapi perempuan ini datang ke Keluarga Mu, juga dia tidak tahu. Ini juga tidak terduga, seharusnya bukan karena masalah ini.

Jangan – jangan, karena kemarin?

Yansen Mu langsung yakin dengan tebakannya.

Mungkin karena Tifanny Wen menyesal memberikan dirinya untuk lelaki ini.

Mungkin juga karena lelaki ini mengerjainya dengan sangat hebat, perempuan ini marah.

Terpikirkan sampai sini, lelaki ini benar – benar sangat susah. Ingin menghibur istri ini benar – benar sulit.

Maka…. Selama makan ini, Yansen Mu juga tidak makan banyak. Melainkan Tifanny Wen, motto hidupnya adalah: jika suasana hati tidak baik maka makan! Jadi, dia makan lebih banyak daripada biasanya.

Tapi, selama makan ini, perhatian Yansen Mu terhadap Tifanny Wen, semuanya dilihat oleh Keluarga Mu, saat mengagumi diam – diam, tiba – tiba terpikirkan mengenai pacar Yansen Mu…

Ehek, ehek…. Ini tidak baik bukan!

Sudah punya pacar masih seperti ini!

Tujuan awal mereka adalah, ingin menggunakan Kedatangan Tifanny Wen, untuk memaksa Yansen Mu, memaksa dia untuk melakukan sesuatu terhadap pacarnya.

Bukan untuk sekali mendayung dua pulau terlampaui.

Kali ini Keluarga Mu, diam diam memikirkan apakah Yansen Mu sudah diajar yang tidak baik oleh Kenny Qin.

Jadi, sudah menjadi romantis.

Lalu sudah mencicipi rasa perempuan, dan menyukai perempuan cantik?

Begitu terpikirkan sampai sini, kakek Mu dan nyonya Mu menjadi sangat tidak senang, bahkan merasa kesal. Mereka tidak ingin cucu Keluarga mereka menjadi lelaki yang tidak benar.

Aduh!

Mengapa menjadi seperti ini! Hasilnya tidak seperti yang di duga!

Maka, dari mulai makan hingga selesai, orang satu meja makan ini mempunyai pemikirannya masing – masing.

……

Selesai makan, Tifanny Wen dengan serius duduk di ruang tamu dan berdiskusi dengan Putri Bai mengenai karakter Erin Leng, dengan sangat serius hingga meminta pendapatnya.

Saat Putri Bai berbicara, dia masih mencatatnya.

Melihat wajahnya yang serius, membuat Putri Bai merasa sedikit bersalah. Karena meskipun seluruh hatinya ada di sini, tapi pemikirannya justru tidak ada di sini.

Saat Putri Bai dan Tifanny Wen berdiskusi mengenai masalah karakter Erin Leng, Yansen Mu juga tidak berdiam diri, dia dipanggil kakek Mu dan nenek Mu untuk main mahjong.

Nenek Mu, kakek Mu, ditambah lagi seorang tante yang di undang Secara mendadak oleh nenek Mu, kebetulan dengan Yansen Mu membuka satu meja.

Jangan melihat Keluarga Mu sebagai Keluarga tentara bisnis dan politik, di Rumah juga biasanya sering bermain Mahjong. Terutama saat nenek Mu ada di Rumah, jika tidak bermain Mahjong rasanya sangat bosan, karena itu, kakek direktur dari Sentrum Group ini yang sudah tidak mengurus pekerjaan, juga menemani nenek bermain Mahjong.

Mengenai Yansen Mu, dia sepenuhnya karena terpaksa.

Sebenarnya dia ingin pergi mendengar drama…

“benar tujuh kecil, wah….”

Kakek Mu sekali lagi membuka mahjong miliknya yang sudah tersusun rapi, dengan tatapan bahagia melihat Yansen Mu yang perhatiannya tidak ada di sini, mengulurkan tangan dan mengambil Beberapa kertas merah yang ada di depannya, “cucu, kamu sudah mau meledak, hahah…”

Suasana hati Kakek Mu sangat baik.

Ini sudah ketujuh kalinya kakek Mu mengambil kertas merah Yansen Mu.

Dan lagi, setiap kartunya sangat besar.

Situasi ini, benar – benar pertama kali.

Dulu setiap satu meja dengan Yansen Mu, lelaki ini tidak pernah kalah.

Kakek Mu sambil menghitung kertas merah sambil melihat ke arah jendela… matahari tidak terbit dari barat bukan? Hari ini cucu serigala ini tidak menang sama sekali?

Mereka bertiga kali ini, yang menang banyak.

Yansen Mu tidak terlalu bersemangat, melihat kertas merah yang ada di depannya tinggal selembar, baru ingin bicara kalau sudah tidak ingin main, tiba – tiba mendengar suara hak tinggi dari belakang.

“eh! Yansen, mengapa kamu hari ini kalah banyak?”

Di belakangnya, Putri Bai sedang menarik Tifanny Wen datang.

Tadi saat Putri Bai mengobrol dengan Tifanny Wen di sofa, juga sekilas mendengar kegiatan di sini. Meskipun tidak datang melihat, tapi dapat mendengar suara ketawa kakek Mu: “empat orang, tiga orang mendapat untung, satu orang kalah.”

Siapa yang kalah, ternyata adalah Yansen Mu yang biasanya tidak pernah rugi sedikit pun.

Putri Bai melihat Yansen Mu sekilas, menyadari dia mengerutkan dahinya, sepertinya sedang ada pemikiran. Dapat diketahui: orang ini hatinya tidak ada di sini, tidak ingin bermain.

“sudah tidak ingin main? Bagaimana jika kamu berdiri, biarkan Tifanny Wen mencobanya?”

Putri Bai langsung berbicara.

Permainan Mahjong ini, dia juga tidak begitu tertarik.

“eh? Aku tidak bisa main.”

Tifanny Wen langsung menolaknya. Dia benar tidak pernah memainkan permainan ini.

“aku mengajarimu.”

Yansen Mu yang tadi tidak bersemangat, tiba – tiba memalingkan kepalanya, melihat ke arah Tifanny Wen yang ada di belakangnya.

Tidak menunggu dia mengangguk, dia langsung menarik lengan baju perempuan itu, menariknya dengan tenaga, ke sebelahnya.

Sekarang Yansen Mu sudah berdiri, membiarkan Tifanny Wen duduk di tempatnya. Dia sendiri juga sudah menarik kursi untuk duduk di sebelahnya.

Suasana hati Tifanny Wen bingung, melihat meja mahjong di depannya hanya tersisa satu kertas merah, jika dipikir-pikir, duduk saja, lalu memelototi Yansen Mu, dan berkata: “kamu menarikku kesini, nanti jika kalah, uangnya kamu yang bayar?”

Tentu saja bukan karena Tifanny Wen kekurangan uang.

Hanya saja, dia hanya ingin memancing emosi lelaki ini.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu