Cinta Setelah Menikah - Bab 276 Fanny, Apa Kamu Suka? (2)

Setelah bertanya, dia memegang tangan Tifanny Wen, lalu meletakkannya di atas dadanya.

Tifanny Wen merasa dirinya seolah sedang memegang sebuah batu.

Benar-benar keras!

Tetapi, apa kamu suka?

Di dalam pikiran Tifanny Wen tiba-tiba terngiang saat Yansen Mu melepaskan baju, dan saat dirinya menyentuh otot-otot Yansen Mu. Perasaan seperti itu setiap kali selalu membuat dia merasa sedikit.............terkejut dan bergelora! jantungnya berdetak sangat cepat!

Apalagi, ini seperti meraba bentuk tubuh yang benar-benar sempurna dibandingkan dengan beberapa model pria....................

Raut wajah Tifanny Wen terlihat tidak puas.

Pemikiran dia ini melayang entah kemana..................

“Sedang memikirkan apa?” tanya Yansen Mu saat ini.

“Tidak memikirkan apa-apa.” jawab Tifanny Wen, tetapi pipinya sedikit memerah.

Tetapi setelah menjawab, dia menganggap rendah dirinya sendiri.

Dia adalah suaminya, hal apa yang tidak bisa dipikirkannya? dan juga, aneh kenapa jika wajahnya memerah? lagipula sudah menikah begitu lama.

Berpikir seperti ini, saat Tifanny Wen ingin menarik kembali tangannya, dia pun mempertimbangkan untuk tidak menarik kembali tangannya, dia mengelus dada Yansen Mu dengan hanya dibatasi oleh sehelai kemeja tipis berwarna putih, dia pun melihat ke dadanya, lalu balik bertanya: “Menurutmu aku suka tidak?”

Yansen Mu termangu sejenak, tiba-tiba tersenyum. Kemudian memegang tangan Tifanny Wen ke kancing kemejanya.

Tifanny Wen saat ini ingin menarik kembali tangannya, tetapi sudah terlambat. Sekalinya pria ini mendorongnya, dia pun langsung ditekan di depan pintu kamar, kepalanya menempel di pintu, matanya menghadap ke arah wajah pria tampan yang sempurna dan gagah ini.

Tifanny Wen merasa saat pria ini berdiri di hadapannya, tubuh pria ini seolah menghalangi sinar matahari yang menyinarinya. Di dalam dunianya ini, seolah hanya tersisa dia juga aroma hormon pada tubuhnya yang begitu menyengat.

“Ini di luar.”

Tifanny Wen melihat pria ini langsung memaksa tangannya untuk membuka kancing kemejanya, wajahnya memerah, dia pun tidak tahan ingin mengatakan sesuatu.

Dia sebenarnya tidak keberatan.

Tetapi...............disini, tidak cocok.

“Di lantai ini, jarang ada orang datang.” pada akhirnya Yansen Mu menjawab dengan sangat berterus terang.

Setelah menjawab, bibirnya sudah mencium bibir Tifanny Wen hingga memenuhi apa yang ingin dia katakan selanjutnya.

Sebenarnya, selain dia keberatan karena ini tidak cocok berada di luar.

Tifanny Wen sekarang masih ingin memanfaatkan waktu yang sangat sulit diluangkan ini untuk menanyakan secara jelas mengenai beberapa hal pada Yansen Mu.

Sebenarnya kenapa dia mematikan handphone hingga dirinya tidak bisa menghubunginya?

Dan juga, kenapa waktu itu tidak pulang ke rumah.

Meskipun dia percaya, tetapi dia tidak ingin masalah ini begitu tidak jelas.

Tetapi, sangat disayangkan. Pria ini tidak memberikan waktu untuk menjelaskan masalah ini padanya, dia malah memaksa mencium bibirnya dengan sangat bengis.

Tifanny Wen memang sudah lama tidak bertemu dengannya. Jika bertanya apakah dia merindukannya? dia yakin, jawaban dirinya pasti adalah rindu.

Saat ini dia dicium begitu saja, rasa bersalah, rasa rindu, juga rasa yang tidak bisa diluapkan oleh dirinya ini perlahan-lahan lenyap bersama beberapa kecurigaan di dalam hatinya. Perasaan yang lainnya sudah dia abaikan. Dia merasa sedikit tidak bisa mengendalikan reaksinya. Hingga pada akhirnya, seolah lupa ini dimana, juga tidak ragu untuk mengulurkan tangan dan langsung masuk kedalam kemeja pria ini dan meraba dadanya yang keras seperti batu itu.

Setelah merasakan reaksinya, Yansen Mu pun sedikit terkejut.

Fanny............sebenarnya dia bukan tidak ingin mendekatinya.

Jika tidak, bagaimana mungkin dia sengaja berpura-pura terjatuh di hadapan dirinya demi “Menghangatkan perselisihan”yang dikatakan olehnya itu? juga sengaja menyuruh dia memeluknya naik kedalam mobil?

Jika tidak, bagaimana mungkin hari ini begitu menurutinya datang kemari?

Tetapi................

Saat Fanny mendengar masalah Emi, perkataan dia terhadapnya itu.............

Setelah Yansen Mu berpikir, dia merasa...............mungkin Fanny sudah mengendalikan suasana hatinya dan mulai sadarkan diri. Dia juga tidak begitu menolak beberapa riwayat kejahatannya.

Pria ini waktu dulu terjerumus kedalam masalah yang tidak dapat dipecahkan, hingga sekarang dia masih belum bisa mengatasinya. Tifanny Wen waktu itu..............begitu lugu mengatakan kata rayuan.

Saat ini, Yansen Mu merasa Tifanny Wen tidak menolak dirinya, sudut bibirnya pun sedikit mencibir.

Terlihat jelas bahwa suasana hatinya sangat gembira.

Tetapi dengan sangat cepat, wajahnya langsung muram.

“Ini apa?”

Saat dia melepaskan Tifanny Wen, dia melihat tangan Tifanny Wen memegang sebuah benda. Benda itu barusan tidak sengaja diambil dari tubuhnya.

Tifanny Wen hanya membisikkan kata itu. Karena dia langsung melihat dengan jelas benda yang ada di tangannya ini dengan sangat cepat.

Berwarna hitam, juga keras. Ini adalah................pistol!

Tifanny Wen merasa sedikit aneh, tangannya yang sedang memegang pistol ini bergoyang sejenak, mata pun seolah sedikit bergoyang.

“Aku.............tidak menyangka benda ini.”

Dia segera berkata, intonasi bicaranya gagap.

Tetapi ekspresi wajah Tifanny Wen saat ini terlihat sudah mengerti.

Tentu saja dia tidak heran jika dia mampu mengambil benda ini dari tubuh Yansen Mu. Waktu itu dia juga pernah melihat benda ini.

“Fanny, kamu.......................”

Hati Yansen Mu bergetar melihat reaksi Tifanny Wen, tiba-tiba dia segera mengulurkan tangan untuk mengambil benda yang ada di tangan Tifanny Wen.

“Kenapa?” Tifanny Wen menengadahkan kepala, dia merasa Yansen Mu seolah ingin mengatakan sesuatu.

Ingin mengatakan sesuatu tapi malah diam? sikap seperti ini biasanya tidak pernah terlihat dari pria ini.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu