Cinta Setelah Menikah - Bab 267 Apakah Dia Tidur Disini (1)

“Jangankan foto, video pun ada.” ucap salah seorang dari mereka.

“Heboh! berita ini pasti akan heboh! Tifanny Wen faktanya menggunakan trik berpura-pura agar memikat hati seorang konglomerat dan menggendongnya naik kedalam mobil, sangat hebat nasib dia ini.”

................................

Orang-orang yang berbicara ini adalah sekelompok paparazzi. Saat ini, mereka berbicara sambil melihat kembali hasil potret mereka.

“Karya” ini berhasil dia potret sejak dia sebelumnya mengikuti Tifanny Wen hingga ke tempat parkir.

“Kamu lihat, Tifanny Wen ini, dia awalnya pergi ke tempat parkir. Ini membuktikan bahwa dirinya membawa mobil.” ucap salah satu dari mereka.

@(((

“Dia membawa mobil, tetapi dia malah tidak langsung masuk kedalam mobilnya. Justru setelah melihat Tuan ini, dia segera berjalan keluar dari tempat parkir dan kembali ke tempat tadi. Ini membuktikan............dia sengaja menunggu Tuan ini di lorong pintu ini. Dia pasti mengenal Tuan ini, lagipula, dia terlihat seolah ingin naik kedalam mobil Tuan ini.”

“Benar. Kalau tidak, kenapa dia tidak mengendarai mobilnya sendiri?”

“Lagipula, ini terlihat jelas adalah sebuah pancingan. Barusan ternyata sengaja menambah riasan wajahnya.” ^#$$

“Lagipula, barusan dari posisi kita ini dapat melihat dengan jelas bahwa Tifanny Wen sengaja terjatuh. Hal ini sering dijadikan sebagai trik seorang wanita dalam memancing perhatian seseorang. Barusan ekspresinya terlihat sangat kasihan, jika aku adalah seorang pria, aku pasti tidak tahan ingin memeluk dia saat aku melihat dia seperti ini.” tambah satu orang yang lainnya.

“Tetapi, Tifanny Wen pasti mengenal Tuan tadi. Menurut dugaanku, Tifanny Wen pasti sudah tahu sebelumnya bahwa Tuan ini akan datang menjemput Tuan yang satunya, lagipula, dia memiliki perasaan terhadap Tuan yang datang menjemput itu, sehingga dia sengaja berpura-pura akting bagai ‘Penggoda’”.

“Iya, cepat selidiki identitas Tuan itu. Tetapi, masalah ini sebaiknya jangan dibocorkan terlebih dahulu. Langsung dibocorkan saat wawancara terbuka para reporter saja, buat dia terbebani, juga buat dia tahu bagaimana akibatnya menghina seorang artis pulau Nanqiong kita.”

.........................

Tifanny Wen bahkan tidak mengetahui masalah dirinya benar-benar dipotret secara diam-diam oleh paparazzi mengenai kondisi percintaannya, juga membuat paparazzi itu salah paham.

Saat ini, dia sudah naik ke dalam mobil, tetapi dia tidak berbincang dengan Yansen Mu.

Yansen Mu pun mengendarai mobil dengan sikap yang serius, raut wajahnya pun masih tetap tidak memperlihatkan ekspresi apapun.

“Jadi, kamu datang ke pulau Nanqiong untuk dijodohkan?” Tifanny Wen bertanya pada Baim Su.

“Iya.”

“Sudah bertemu dengan orang yang dijodohi dengan kamu belum?”

“Belum.”

Tifanny Wen: ..........................

Masalah dijodohi ini adalah alasan untuk merahasiakan dari ayahnya bahwa dia datang kesini untuk liburan kan?

“Hari ini juga tidak ketemu?”

Baim Su menganggukkan kepala, “Aku sejak awal memang tidak pergi ke area penonton untuk mencari Nona Jiang itu.”

Tifanny Wen pun tidak bisa berkata apa-apa.

Dia bahkan belum menemui orang yang dijodohi dengannya, tidak heran jika tidak mematuhi perintah ayahnya untuk menyuruh Nona Jiang mengantar dia pulang.

Tifanny Wen di dalam hatinya mengerti dengan jelas identitas Baim Su, yaitu penumpang yang sedikit menyebalkan.

Hanya saja..................

Yansen Mu datang menjemputnya?

Tifanny Wen melirik Yansen Mu sekilas, mengetahui jika Yansen Mu selalu tidak mengakui jawaban ini, dia pun kemudian mencibirkan mulut dan terdiam.

Baiklah, dirinya dijemput dia hanya karena kebetulan searah dengannya saja. Dia menerima sebutannya ini!

Sedangkan Baim Su, malam ini juga tinggal di Sentum hotel. Apalagi, besok dia memiliki rencana untuk menemani ayah Mu.

Setelah mereka bertiga turun dari mobil, Baim Su langsung kembali ke kamarnya.

Sedangkan Tifanny Wen?

Karena “Kakinya terluka”, tentu saja dia kembali ke kamar sambil digendong Yansen Mu.

Saat Yansen Mu mengantar Tifanny Wen kembali ke kamar, dia hanya mengatakan bahwa dia meminta kartu kamarnya, setelah tiba di depan kamar, dia pun langsung membuka pintu dan masuk kedalam. Selain itu, dia bahkan tidak mengatakan hal lain, tetapi terlihat jelas bahwa dia malam ini tidak berniat untuk pisah ranjang dengan Tifanny Wen.

Setelah menggendong Tifanny Wen kembali ke kamar, Yansen Mu langsung duduk di sofa, Tifanny Wen malah merasa suasana hatinya semakin lama semakin buruk.

Karena, Yansen Mu...........ternyata hingga saat ini dia tidak menjelaskan apapun.

Apa maksudnya ini?

Dia sengaja terjatuh agar menyuruh dia menggendongnya adalah termasuk inisiatif yang dikeluarkan dia untuk mendekatinya. Hal berikutnya, bukankah seharusnya dia menjelaskan sesuatu?

Tifanny Wen merasa kesal sambil mencibirkan mulut, di dalam hatinya sebenarnya sangat marah. Tidak mengerti sebenarnya beberapa hari ini pria ini kenapa.

Tetapi, dia saat ini benar-benar tidak ingin memulai perbincangan terlebih dahulu dengannya.

Sikap Tifanny Wen memang begitu. Jika dia merasa bahwa tindakannya ini sangat tidak masuk akal, maka dia akan mengaku salah kepada orang itu. Tetapi..........tidak pulang ke rumah, juga mematikan handphone agar dia tidak bisa menghubunginya? hal ini menjelaskan bahwa ini kesalahan Yansen Mu, dia terjatuh adalah sebuah alasan yang tepat untuk membuat mereka berdua semakin dekat, tetapi pria ini...........justru menghiraukannya.

Hal ini membuat Tifanny Wen merasa gagal.

Sedangkan Yansen Mu saat ini?

Pergi ke kamar mandi, dia langsung membiarkan Tifanny Wen disini dan tidak mempedulikannya.

Tifanny Wen duduk di sofa sambil diam-diam marah, dia sangat ingin melihat handphone Yansen Mu kenapa selalu mati dan tidak bisa dihubungi. Tiba-tiba pintu kamar mandi sudah terbuka.

Yansen Mu berjalan mendekatinya.

“Apa yang kamu lakukan?” Tifanny Wen tiba-tiba menyadari dia mendekatinya dan memeluknya.

“Mandi.” Yansen Mu berkata: “Aku sudah menyiapkan airnya.”

“Aku bisa mandi sendiri, lagipula aku juga bukan anak kecil.” Tifanny Wen bergumam, intonasi bicaranya terdengar seperti seorang wanita yang sedang marah.

Kemudian dia menurunkan kedua kakinya yang telanjang itu dari atas sofa, dia pun langsung berlari ke kamar mandi.

Pada akhirnya, dia tiba-tiba termangu seolah mengingat sesuatu.

Sudah menyiapkan air?

Pria ini ke kamar mandi hanya untuk menyiapkan air untuknya? bukannya dia tidak peduli dengan dirinya?

Tifanny Wen termangu sejenak.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu