Cinta Setelah Menikah - Bab 73 Suatu Hari Nanti, Aku Bisa Membuat Kalian Bangga... (1)

Suara teguran ibu itu seketika itu juga mengejutkan semua orang dan membuat semua orang terdiam.

Semua orang dan Tifanny Wen, juga Wilson Xu, satu per satu melihat ke arah ibu itu, dengan cepat bisa menebak penyebab masalah ini dari perkataan ibu itu.

Melihat beberapa kemiripan diantara alis ibu itu dengan pria gemuk dan adiknya, Tifanny Wen dengan cepat menebak identitas ibu itu. Dia pasti adalah ibu dari pria gemuk itu.

Melihat suasana ini, sangat terlihat jelas kalau ibu ini tidak senang jika anaknya mengagumi artis. Terutama mengagumi Tifanny Wen yang begitu jahat.

“Ibu, kamu mau apa?”

Pria gemuk itu marah, wajahnya memucat sambil melihat 2 lembar foto yang telah ditandatangani oleh Tifanny Wen yang diinjak oleh kaki ibunya, dia mendorong ibunya, lalu menundukkan badan memungut 2 lembar foto itu.

Siapa yang tahu jika tindakan dia itu justru semakin membuat ibunya marah.

“Dasar tidak berguna, kamu coba berani memungut foto itu?”

Ibu itu menginjak 2 lembar foto yang telah ditandatangani oleh Tifanny Wen dengan penuh amarah, dia berjalan maju ke depan sambil marah melihat anak laki-lakinya masih memegang bunga yang masih belum sempat diberikan kepada Tifanny Wen, lalu dia merebut bunga yang ada di tangan anaknya.

Pria gemuk itu segera bersembunyi, “Bu, kamu mau apa? ini adalah bunga yang kami petik sendiri dan kami belajar keterampilan membungkus bunga ini sendiri.”

Pria gemuk itu marah, dia memegang erat bunga yang ada di tangannya, dan tidak mengijinkan ibunya merebut bunga itu darinya.

Kedua matanya memerah, alisnya menyatu dan tidak ada pilihan lain juga keras kepala, seolah merasa diremehkan.

Dia sudah sejak dulu sudah menjadi member Wens.

Saat dia kecil, saat melihat Tifanny Wen memerankan film fiksi anak-anak, dia sudah menyukai anak perempuan kecil luar angkasa itu di tontonan televisi.......beberapa tahun ini, dia sudah melihat semua film Fanny.

Bisa dikatakan, masa pertumbuhan Fanny dan masa dewasanya, semuanya dia lihat dari masa ke masa. Dan Tifanny Wen juga sepertinya mempengaruhi ingatan masa kecilnya sampai sekarang.

Dia mengagumi Tifanny Wen, ini hanya sekedar perasaan kagum seorang fans terhadap idolanya, seperti sebuah kepercayaan, membuat dia tidak ingin melepasnya.

Siapa yang tahu kalau hari ini dia sudah bersusah payah mendapatkan tandatangan Fanny, tapi malah bertemu dengan ibunya yang sangat membenci Tifanny Wen.

Sebenarnya, ibunya bukanlah orang yang melarang seseorang untuk mengagumi seorang artis. Hanya saja, orang yang dikagumi ibunya adalah Kevin Qin, setelah mendengar masalah Kevin Qin, dia menjadi sangat membenci Fanny.

Ini bukannya.............

Hari ini ternyata dia datang kesini membuat keributan.

Pria gemuk itu marah.

“Bu............”

Pria gemuk itu bernama Andy, adiknya bernama Anna. Anna melihat kakak dan ibunya mulai bertengkar, dia merebut bunga itu dan dengan cekatan menggunakan kesempatan ini, dia menundukkan badan, dia ingin memungut foto yang telah ditandatangani oleh Tifanny Wen yang dibuang ke tanah oleh ibunya.

Kedua bola mata anak perempuan itu mengalir air mata yang begitu deras.

Dia menundukkan badan, memungut foto yang sudah tidak jelas dan samar karena diinjak itu. Terutama tandatangan Tifanny Wen, sepenuhnya sudah tidak jelas dilihat.

Anak perempuan itu melihat ke arah Tifanny Wen, dia menyadari kalau saat ini Fanny sudah dikelilingi oleh banyak orang. Dia takut kalau sekarang sudah tidak mudah lagi untuk meminta tanda tangannya.

Kelopak mata anak perempuan ini memerah, dia menundukkan kepala melihat tandatangan yang ada di foto itu, dia menyimpan foto itu kedalam tasnya dengan pelan-pelan.

Kepala anak perempuan itu saat itu menunduk terlalu rendah, sangat rendah...........

Setelah dia menyimpan foto itu, dia ingin pergi melihat kakak dan ibunya apakah masih bertengkar atau tidak, tiba-tiba.........saat itu juga, didalam pandangan matanya yang menunduk itu terlihat sepasang sepatu berwarna coklat muda tiba-tiba lewat di depannya.

Kemudian...........

Sebuah tangan yang putih dan lembut terulur di hadapannya. Didalam tangan itu memegang erat 2 lembar foto yang telah ditandatangani oleh Tifanny Wen, lalu memberikan foto itu padanya.

Anna terkejut heran.

Dia mengangkat kepala, didalam bola matanya, dia melihat seorang wanita yang cantik dan menawan saat ini muncul di hadapannya.

Dia adalah Tifanny Wen.

“Aku akan berusaha, membuat semua para Wens bangga.”

Saat Tifanny Wen menyerahkan foto bertandatangan yang telah dia siapkan sebelumnya dari dalam tasnya, dia berkata dengan sungguh-sungguh.

Dia melihat ke arah para Wens yang sedang melihat ke arahnya, wajah cantiknya memancarkan sedikit rasa haru, kedua bola matanya berbinar, mengisyaratkan perubahan suasana hati yang tidak biasa.

Dia tahu, perkataannya ini, para Wens pasti mengerti...................

Sejak terjadi masalah 2 tahun yang lalu, dirinya disebut sebagai aktris jahat, para penggemarnya juga banyak yang diejek oleh orang di sekitarnya saat mereka menyebut dirinya adalah Wens.

Karena orang lain merasa kalau Wens mengagumi seseorang yang melanggar hukum, mereka menyebut Tifanny Wen sebagai orang jahat dan bodoh, sedangkan Wens disebut sebagai sekelompok orang idiot yang tolol, tidak punya otak dan tidak memiliki moral.

Banyak para kepala keluarga yang melarang anak-anaknya untuk mengagumi Tifanny Wen.

Di sekolah, di jalan raya, maupun di banyak tempat lainnya......semua orang boleh kurang ajar dengan orang yang menyebutkan idolanya siapa, idola mereka memiliki kemampuan dan sangat menginspirasi. Tetapi, para Wens dia, saat mereka mengatakan di depan umum kalau idola mereka adalah Tifanny Wen, mereka malah mendapat hinaan dan pelecehan dari semua orang. Karena Tifanny Wen pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Jika bukan karena luka Juwita Wen tidak parah, mungkin dia akan dipenjara karena kecelakaan ini.

“Terimakasih semuanya, tidak peduli aku mendapat kesulitan apapun, kalian masih tetap bertahan berada di sampingku. Tolong percaya padaku, suatu hari nanti, kalian para Wens pasti akan bangga berteriak: idolaku adalah Tifanny.”

Tifanny Wen berkata dengan suasana hati yang tenang, meskipun tatapan matanya berubah menjadi sedikit tidak biasa, tapi dia mengungkapkan suasana hatinya dengan tidak begitu gentar.

Saat itu Anna sudah menerima foto yang telah ditandatangani oleh Tifanny Wen yang diberikan padanya, dia memegangnya dengan sangat berhati-hati, air mata yang mengalir di matanya itu sudah menghilang sejak tadi.

Orang lewat di sebelahnya berdiri sambil melihat dia. Sekelompok orang yang mengelilingi Tifanny Wen semuanya adalah para member Wens.

Setelah mereka mendengar perkataan Tifanny Wen, mereka terkejut heran, hatinya terasa hangat, sudut matanya juga mulai terasa sangat pedih.

Fanny mereka ini...........apakah dia sedang menunjukkan bahwa dia menyayangi mereka?

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu