Cinta Setelah Menikah - Bab 137 Jeratan Lembut (1)

Yansen Mu sangat tidak menyangka, bahkan saat Tifanny Wen berada di bawah perlindungannya, masih ada orang yang berani menipu Tifanny Wen.

Gu, apakah kamu sungguh berpikir dengan kekuatan keluarga Gu kamu bisa bersikap semaumu?

Gu, apakah kamu masih berpikir kalau aku masih mengingatmu sebagai penyelamatku?

Saat Gu pernah menyelamatkannya, itu merupakan hal yang selalu disesali oleh Yansen Mu. Karena demi menyelamatkannya, Gu sampai terluka dan membuat wanita itu mandul.

Mandul, bagi seorang wanita, terlebih lagi bagi wanita satu-satunya penerus keluarga Gu, luka itu sangat besar, tidak ada orang yang lebih memahami jelas lebih dari dirinya.

Maka penyesalan Yansen Mu bisa dibayangkan. Tapi ketika Gu kecelakaan, Yansen Mu sangat ingin menggunakan hidupnya untuk membayar budi kepada Gu dan beberapa tahun ini Yansen Mu benar-benar melakukan segala hal untuk membayar semuanya pada Gu.

Hanya... Tifanny Wen yang tidak mengetahui rahasianya.

Yansen Mu bisa mentoleransi segala perbuatan Gu, tapi sampai mengganggu Tifanny Wen. Jangankan karena Gu telah menyelamatkannya dan menjadi mandul, bahkan jika karena Gu telah menyelamatkannya dan mati, Yansen Mu juga tidak akan merasa berterima kasih pada Gu.

Karena baginya, orang yang menyerang Tifanny Wen, sama saja artinya 'harus mati'.

Setelah Yansen Mu mengerti jelas apa yang terjadi sore tadi, pria itu kembali membuka berita klarifikasinya di Instagram. Setelah memastikan isi berita seperti yang dia perkirakan, Yansen Mu baru melepaskan ponsel.

Sekarang Yansen Mu tidak terlalu yakin apakah Tifanny Wen sudah melihat video terkait klarifikasi darinya.

Bagaimanapun juga, orang biasa pun yang mengalaminya setelah melihat berita tersebut menjadi malas melihat Instagram lagi.

Yansen Mu mengingat masalah ini ke dalam hatinya. Tetapi jika ingin menyelesaikannya, bukan saat ini juga. Saat ini sudah dini hari.

Saat ini yang terpenting adalah perut dan suasana hati gadis ini.

Saat ini perasaan Yansen Mu juga memburuk. Ucapan-ucapan untuk membujuk, Yansen Mu sudah malas memikirkannya. Harusnya Yansen Mu membuat jalan keluar yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah.

Yaitu... Yansen Mu dengan kekuatan besar langsung membalikkan tubuh Tifanny Wen dan menggendongnya, tidak peduli wanita itu melawan, "Tifanny, makan dulu."

Yansen Mu juga tidak mengatakan omong kosong lagi. Setelah mengangkat Tifanny Wen, pria itu langsung bersiap membawa Tifanny Wen ke ruang tamu.

"Aku tidak makan."

Tifanny Wen mengernyit, ingin lompat dari pelukan pria itu lalu dengan kemarahan hebat berkata: "Untuk apa kamu pulang? Bukankah kamu sedang menemani wanita lain?"

Tentunya ucapan ini adalah ungkapan kemarahan dari Tifanny Wen. Walaupun kecurigaan Tifanny Wen semakin parah karena pernah dikhianati sekali, tapi Tifanny Wen tidak berani memastikan apakah Yansen Mu benar-benar melakukan hal yang membuatnya kecewa.

Di kondisi biasa, jika tidak ada bukti yang meyakinkan, Tifanny Wen tidak akan bertanya seperti ini.

Pertanyaan yang keluar dari mulutnya saat ini, murni hanya ekspresi ketika wanita itu marah, berbicara dengan kasar dan tidak masuk akal.

"Jangan peluk aku. Tubuhmu bau sekali. Bau parfum wanita lain."

Wanita ini mulai tidak masuk akal, sesuai dugaan, Tifanny Wen mulai takut kepada makhluk apapun. Tifanny Wen berkata omong kosong... bahkan fungsi hidung wanita itu juga tidak bekerja.

Bau parfum?

Anggap tidak ada bau parfum di tubuh Yansen, tapi jika sekarang ada bau parfum di tubuhnya, tapi baru saja Yansen Mu selesai mandi. Dari mana ada bau parfum?

Yansen Mu merasa sangat tidak berdaya. Saat ini pria itu sangat yakin bahwa Tifanny Wen tidak melihat klarifikasi di Instagram. Yansen Mu tebak, wanita ini masih marah dengannya karena gosip tentang dirinya dan Gu.

Yansen Mu merasa sangat bersalah dengan pasrah menjelaskan, "Mana ada wanita lain? Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku pergi untuk mengurus persoalan perusahaan? Gu muncul di sana karena ayahnya ada di sana."

Wanita... di rumah Yansen Mu sudah memiliki satu wanita yang sering membuat kepalanya sakit, bagaimana bisa dia masih mencari yang lain?

Yansen Mu merinding memikirkannya.

Saat ini Tifanny Wen melotot menatap Yansen Mu, melihat ekspresi jujur dan tulus pria itu, Tifanny Wen tidak bisa melihat ada keraguan dari pria itu. Pengkhianatan yang dulu membuat Tifanny Wen tidak berani mempercayai ucapan Yansen Mu, tapi hatinya sangat mempercayai pria itu.

Tifanny Wen tidak lagi berontak, hanya melotot pada Yansen Mu, memperhatikan pria itu dengan teliti. Setelah memperhatikan dengan teliti sangat lama, Tifanny Wen baru dengan nada serius berkata: "Tuan Mu, aku pernah dikhianati sekali."

Suaranya dingin sekali. Ketika berucap samar-samar matanya memperlihatkan luka.

Luka karena dilukai. Bahkan jika setelah itu berangsur-angsur lupa, bekas luka itu masih tetap ada. Tifanny Wen bisa tidak mencintai Raymond Jiang lagi, tapi sulit menghilangkan rasa pengkhianatan yang dulu.

Karena pernah dikhianati, Tifanny Wen lebih sensitif kepada pria, lebih dari wanita manapun.

Yansen Mu tercengang. Waktu seakan membeku di pupil mata Tifanny Wen yang terlihat tajam. Di kepala Yansen Mu muncul kilasan masa lalu Tifanny Wen... dadanya seperti dihantam rasa sakit dan muncul perasaan menyesal di mata Yansen Mu.

Beberapa lama kemudian Yansen Mu menjawab: "Tifanny, aku tidak akan mengkhianatimu. Di dalam kamusku, tidak pernah ada kata khianat." Tidak peduli dirinya sebagai seorang tentara ataupun seorang suami. Di dalam kamusnya tidak pernah ada kata tersebut.

Tifanny Wen mengangkat kepala, menatap tuan Mu, melihat pria itu berkata begitu, tubuh Tifanny Wen tiba-tiba tegak dan kaku, terlebih lagi suara pria itu terdengar sungguh-sungguh, seperti sebuah drama dimana seorang tentara yang sedang berdiri tegak dan mengucap ikrar sebagai seorang tentara.

Tiba-tiba Tifanny Wen merasa kekecewaannya berangsur-angsur menghilang setelah Yansen Mu bicara.

Hanya saja, rasa perih di sudut matanya lebih perih dari sebelumnya.

Tifanny Wen tersenyum lalu meluncur beberapa bulir mata dari ujung mata. Tubuhnya dia sandarkan. Tiba-tiba rasa gengsi sebelumnya sudah terlepas. Tifanny Wen mengulurkan tangannya melingkari leher Yansen Mu, menyandarkan kepala ke bahu pria itu lalu berkata: "Tentu saja, wanita suka mendengar kata-kata yang manis. Tidak peduli itu ucapan sungguhan atau tidak, wanita selalu tidak tahan dengan godaan ini." Ucap Tifanny Wen.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu