Cinta Setelah Menikah - Bab 135 Tuan Mu Kembali (1)

Mana mungkin Tifanny Wen tahu kalau balasan 'tidak pulang' maksudnya pria itu tidak bisa kembali saat jam 12 malam.

Karena Tifanny Wen ingin memberikan tuan ini sebuah kejutan, maka dari itu Tifanny Wen tidak memberi petunjuk apapun bahwa hari ini adalah ulang tahun pria itu.

Tifanny Wen menerima pesan tersebut setelah dia selesai menyiapkan segalanya.

Saat membaca pesan tersebut, Tifanny Wen termangu, setelahnya rasa marah bergejolak di hatinya dan tumbuh rasa ingin menghancurkan kue yang berada di tangannya.

Tifanny Wen benar-benar marah!

Tidak pulang lagi?

Sebelumnya, saat dirinya tidak pernah pulang ke rumah, Tifanny Wen sudah pernah menjelaskan pada Yansen Mu dan selalu berkomunikasi dengannya.

Sebenarnya pria ini baik, tapi tidak disangka pria ini tidak pulang lagi ke rumah. Di hari ulang tahunnya tidak kembali ke rumah, pria itu ingin merayakannya dengan siapa?

Dia bilang ingin menemani klien? Ada acara makan malam?

Di hari ulang tahunnya, dia berencana merayakan dengan siapa?

Semakin kesini semakin Tifanny Wen merasa ada yang janggal. Tiba-tiba dia teringat ketika suatu malam tiba-tiba seseorang tidak pulang ke rumah, dirinya menelpon Yansen Mu tapi selalu tidak tersambung. Setelahnya pria itu menelponnya, tapi nada suaranya sangat aneh.

Apa yang sudah terjadi?

Tifanny Wen ingat. Hari itu... sepertinya hari dimana dia pingsan di lokasi syuting. Malam itu seseorang mulai bersikap tidak biasa.

Tetapi, Tifanny Wen benar-benar tidak tahu hal apa yang dia lakukan sampai membuat Yansen Mu marah. Tifanny Wen melihat makanan di atas meja dan kue yang selesai dibuat, menunggu sampai tengah malam, ketika yakin bahwa Yansen Mu berkata tidak akan pulang sesuai dengan pesan yang diberikan, pipi Tifanny Wen memerah marah sampai merasa sangat ingin menghancurkan Yansen Mu sampai hancur tak berbekas.

Tapi Yansen Mu tidak berada di hadapannya. Terpaksa Tifanny Wen pergi ke kamar mandi, setelahnya naik ke ranjang dengan hati yang muram.

……

"Tuan, ini terlalu cepat."

Di jalan tol, Aji memiringkan bibirnya menatap pria yang berwajah tenang tapi sebenarnya terburu-buru, Aji tak kuasa mengingatkan tuannya.

Di hari biasa ketika Aji ada, tuan Mu biasanya tidak menyetir, hari ini sebenarnya Aji yang menyetir. Tapi menyetir ya menyetir saja, untuk apa menyetir dengan cepat? Kecepatan melampaui batas maksimal, mobil-mobil di belakang dikejar untuk mendapatkan surat pelanggaran, tapi tuan Mu masih lanjut berkendara.

Nyonya juga tidak akan hilang di rumah.

Saat ini, Aji sungguh tidak mengerti obat apa yang diminum tuan ini sebenarnya. Selama tiga hari tidak pulang ke rumah, selalu mengambil ponsel seperti ingin menghubungi nyonya, lalu berekspresi kalut dan tidak jadi menelpon. Ekspresi itu... seperti tuan ingin bicara pada nyonya tetapi tidak tahu harus bicara apa.

Seseorang benar-benar mengabaikan peringatan dari Aji.

Perjalanan yang harusnya ditempuh satu jam, dengan hanya setengah jam sudah sampai rumah.

Ketika Yansen Mu sampai ke rumah, waktu sudah menunjukkan jam 00.12. Yansen Mu turun dari mobil dan memberikan mobil pada Aji, tanpa menunggu Aji, dengan langkah besar Yansen Mu langsung naik ke atas.

Ketika Yansen Mu naik ke atas, Tifanny Wen sudah naik ke ranjang. Yansen Mu menebak saat ini Tifanny Wen sudah tidur, tapi Yansen Mu tidak tahan untuk membuka pintu kamar sedikit.

"Tuan..."

Baru melangkah masuk ke ruang tamu, Yansen Mu langsung melihat bibi Lin menengok kemari sambil seringkali menghela napas. Melihat Yansen Mu tiba-tiba masuk, bibi Lin memanggil dengan nada sangat terkejut: "Tuan, bukankah anda tidak pulang?"

"Hm?" Yansen Mu termangu. Dia mengatakannya kalau kemarin dia tidak pulang. Bukankah hari ini sudah hari kedua?

"Tuan, selamat ulang tahun, tapi maaf mengucapkannya sedikit terlambat. Ulang tahun tuan kan kemarin." Begitu melihat, bibi Lin tahu bahwa Yansen Mu lupa dengan hari ulang tahunnya sendiri.

Yansen Mu terkejut. Ulang tahun?

Tiba-tiba Yansen Mu teringat sesuatu. Pria itu menaikkan alisnya terkejut. Baru teringat hari ini hari apa. Tapi respon pertama setelah Yansen Mu sadar bukanlah apakah dirinya ingat atau tidak, tapi apakah gadisnya.... menyiapkan hadiah untuknya.

Tentunya tuan Mu bukannya kekurangan hadiah. Terkait kenapa tiba-tiba dirinya teringat Tifanny Wen, eum... ya inilah sifat yang dimiliki orang-orang yang gengsi.

"Tuan, hari ini nyonya belum makan malam dan sudah tidur." Nada suara bibi Lin tiba-tiba berubah mengadu: "Nyonya selalu menunggu anda pulang, tuan."

Bibi Lin ingin membicarakan persoalan Tifanny Wen yang turun sendiri ke dapur untuk memasak kepada Yansen Mu.

Yansen Mu mengernyit. Gadis itu belum makan?

Sebenarnya bibi Lin tidak melebih-lebihkan. Tifanny Wen hari ini benar-benar belum makan. Karena insiden kecelakaan mobil itu, Tifanny Wen kesal bukan main, suasana hati wanita itu tidak begitu baik. Setelahnya Tifanny Wen selalu menunggu seseorang, ketika seseorang berkata tidak akan pulang, Tifanny Wen semakin marah dan tidak berniat untuk makan. Wanita itu langsung membalikkan tubuh sembari memberi tahu bibi Lin untuk membereskan semuanya lalu langsung masuk ke kamar.

Jangankan makan malam, makan siang saja Tifanny Wen hampir tidak menyentuhnya.

"Tuan, nyonya selalu menanti anda pulang. Anda juga kenapa tidak menelpon ke rumah? Raut wajah nyonya beberapa hari ini semakin memburuk." Jelas sekali bibi Lin tidak menganggap Yansen Mu sebagai orang luar. Banyak pemimpin yang takut dengan Yansen Mu, tapi tidak dengan bibi Lin yang langsung memberikan pelajaran seperti kepada anaknya sendiri ke Yansen Mu.

Yansen Mu meminta maaf, sikapnya sebenarnya sopan dan ramah. Bibi Lin sudah ikut dengan keluarga Mu beberapa tahun, bagi Yansen Mu, bibi Lin bukanlah seorang pelayan, tetapi keberadaan bibi Lin sudah seperti tetua. Maka Yansen Mu tidak pernah membantah ucapan bibi Lin.

Dan mendengar bibi Lin bercerita, Yansen Mu merasa.... dirinya sungguh salah.

"Bibi istirahat saja. Aku akan memanaskan makanan dan memanggilnya untuk makan."

Yansen Mu teringat dengan sikap gengsi Tifanny Wen yang tidak bisa tidur bila tidak makan. Yansen Mu mengerutkan dahinya pasrah. Setelah berucap, pria itu langsung berlari ke toilet.

Sepuluh menit kemudian...

Yansen Mu keluar dari toilet, kebetulan bibi Lin masih belum pergi, malah muncul wajah tidak biasa dari bibi Lin, "Tuan, anda kenapa? Tadi aku mendengar suara muntahan. Apakah anda sakit?"

"Tidak apa." Yansen Mu menggeleng dengan wajah pucat.

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu