Cinta Setelah Menikah - Bab 196 Apa Yang Di Namakan Manja (1)

“Suamiku….”

Tifanny Wen memanggilnya sekali lagi, hatinya sedikit berkeringat dingin.

Mengapa dia selalu melakukan hal yang bisa membuat marah lelaki ini?

Sebenarnya dia juga tidak ingin begitu lemah.

Tapi setiap kali yang bersalah adalah dirinya, apalagi yang bisa di lakukannya?

Yansen Mu mendengar suara “suami” ini menghentikan jemarinya, tetap tidak berbicara, terus berpura – pura.

Tifanny Wen mengerutkan dahinya, mulutnya terdiam pasrah, berpikir: sudahlah…. Sebaiknya biarkan amarahnya reda dulu baru ajak berbicara.

Maka, dia duduk tegap, tidak terus menempel dengan Yansen Mu, sama memejamkan mata seperti lelaki itu, berpura – pura, masuk ke dalam mode “perang dingin”.

Yansen Mu:…..

Hati lelaki ini saat ini langsung ingin mencekik Tifanny Wen!

Hanya begini saja?

Hanya memanggilnya “suami” lalu menghiraukannya?

Yansen Mu tiba – tiba membuka mata, akhirnya menyadari Tifanny Wen memejamkan mata sedang beristirahat, sama sekali mengabaikan dirinya yang sedang marah.

Maka….

Tuan yang awalnya pura – pura marah ini, sekarang menjadi benar – benar marah. Yansen Mu menggertakkan giginya, berpikir jika gadis ini adalah makanan, maka dia sudah pasti akan memasukkannya ke mulut dan menghancurkannya dengan kejam.

Apakah dia tahu bagaimana menjadi perempuan?

Apakah sangat sulit jika lebih lembut dan bermanja di depannya?

Yansen Mu melirik Tifanny Wen, menyadari perempuan itu tidak membuka matanya. Akhirnya, dia tetap tidak menahan diri dengan keadaan “jauh” seperti ini, tiba – tiba mendekati Tifanny Wen, badannya tiba – tiba membungkuk ke atas kepalanya, seperti ingin “membuktikan keberadaannya” dia menggigit bibir perempuan itu, tangan kirinya memegang pinggang perempuan itu, tangan kanannya memegang kepalanya, gerakan ini sangat kuat menyerang bibir perempuan ini.

Dia tidak percaya, perempuan ini masih mengabaikannya!

Sedangkan, untuk memberi tahu perempuan ini kalau dia sedang marah, Yansen Mu sengaja memperkuat tenaganya, seakan ingin membuatnya terluka. Membuat perempuan itu tahu kalau dia sedang marah, tidak boleh mengabaikan keberadaannya!

Tentu saja, tuan ini sangat ke kanak – kanak kan, dia tidak akan mengatakannya dan tidak akan menunjukkannya ke siapa pun. Jika tidak ke manakah akan dia taruh mukanya sebagai lelaki yang lebih tua dari pada gadis ini?

Jadi….

Pandangannya harus dingin, gigitannya juga harus kejam, tangannya harus lebih kuat… harus memberi tahu gadis ini kalau dia sedang marah!

Saat ini….

Tifanny Wen kesal. Mengerutkan dahi dan mengeluarkan suara teriakan. Bagaimana pun juga sangat sakit….

Lelaki ini, begitu marah langsung mem- bully nya!

Awalnya, di saat seperti ini, Tifanny Wen merasa sebaiknya dia menurut saja. Bagaimana pun… ini ada di dalam mobil! Masih berhenti di tengah jalan.

Meskipun tidak ada yang melihat di sekitar, tapi jika tiba – tiba ada yang melihat kejadian ini, dia akan merasa kalau dirinya dan lelaki ini sangat tidak bermoral…. Terutama, Aji pergi ke toko seberang untuk membeli bebek panggang. Seharusnya sudah akan kembali bukan?

Tifanny Wen ingin berbicara, tapi bibirnya sudah di tutup. Terpikirkan Aji, dia langsung mendorong Yansen Mu.

Yansen Mu di dorong, memandang Tifanny Wen dengan tatapan yang “semakin benci”. Dia saja sudah memulai dulu, apakah perempuan ini masih tidak bisa manja sedikit untuk “meredakan emosinya”?

Pemikiran Yansen Mu di penuhi dengan pemikiran untuk mencekik Tifanny Wen si “bukan perempuan” ini.

Akhirnya, saat dia baru berkomentar dalam hatinya, tiba – tiba melihat tangan perempuan yang mendorongnya ini memegang tangannya, dengan wajah pasrah melihatnya, dan berkata dengan kasihan: “kamu menggigitku hingga sakit…..”

Saat berbicara, masih menggunakan tangan lelaki ini dan menyentuh bibirnya yang saat ini memerah.

Kalimat itu baru di katakan, dia langsung mengambil tangan lelaki yang satunya lagi, dan di taruh di depan dadanya yang tadi di tekan oleh dada lelaki yang keras ini, “dan, sini, sini juga sakit karena di tekan…..”

“katanya sayang dan mencintaiku, kenapa kamu tidak pernah lembut denganku?” Tifanny Wen memarahinya. Lalu tatapan gadis ini……

menggunakan tatapan seksi yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, dari tatapan itu tersembunyi kepasrahan, kasihan dan rasa malu dari perempuan, nada bicaranya, terdengar manja dan malu, lembut dan menggoda….

Yansen Mu yang melihatnya, dan mendengarnya, melihat bibir dan dada yang sedang di pegangnya, akhirnya…. Dia menyadari, dia sudah terbujuk!

Bahkan menyadari dirinya, saat perempuan ini bermanja, saat ini mungkin jika perempuan ini memintanya untuk mengambilkan bintang di langit dia juga akan melakukannya.

Benar – benar….

Seumur hidupnya ini dia tidak akan menang dari sikap manja perempuan ini!

Yansen Mu memarahi dirinya karena sudah kalah dari perempuan ini, bersamaan dia tidak bisa menahan dirinya dan ke arah perempuan itu, kali ini dia menciumnya dengan lembut, jelas – jelas dia ingin berpura – pura marah tapi sekarang dia sudah tidak bisa, tangannya mengelus badan perempuan ini lalu berpindah ke kepalanya, lalu dengan kalimat… yang sangat lembut, “apakah masih sakit?”

“sakit…..”

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu