Cinta Setelah Menikah - Bab 159 Senior Pria Tifanny Wen (1)

"Eee..." Tifanny termangu.

"Kenapa kemejamu lebar sekali?" Melihat Tifanny Wen, Gina Jing langsung bertanya, "Dan juga apakah badanmu sudah baikan?"

Kemarin malam Tifanny Wen tidak pulang, tidak mungkin Gina Jing tidak tahu. Tapi gadis ini jelas sekali sangat kaku, Gina Jing hanya berpikir apakah kemarin malam Tifanny Wen sakit maka pergi untuk diinfus? Atau karena perutnya yang terlalu sakit hingga malas untuk kembali ke asrama dan langsung pergi menuju ke rumah sakit lalu mencari sebuah hotel di sekitar sini dan menginap?

Lagipula sebelumnya Tifanny Wen selalu seperti ini. Ketika malas berjalan, dia akan mencari hotel yang dekat, bermalam di sana dan baru mengabari.

Terkait kenapa Gina Jing bangun pagi sekali... kebiasaan Gina Jing memang seperti ini, selalu bangun lebih pagi dari orang biasanya.

"Mana baju militermu?" Tanya Gina Jing.

Saat bicara, sepasang mata Gina Jing masih memperhatikan Tifanny Wen. Semakin melihat pakaian Tifanny Wen, semakin Gina Jing merasa aneh

Saat ini Tifanny Wen sudah berjalan masuk ke dalam kamar asrama sembari menutup pintu asrama. Melihat pintu kamar tertutup, tiba-tiba Gina Jing mengulurkan tangan dan menarik kemeja Tifanny Wen: "Besar sekali. Dilihat pun terlihat aneh dan tidak nyaman."

Saat itu juga Tifanny Wen langsung mundur . Tapi sudah terlambat, kerah kemejanya sudah ditarik oleh Gina Jing.

Gina Jing tiba-tiba terkejut, sepasang mata wanita itu mengedip-ngedip penuh penasaran lalu bertanya pada Tifanny Wen: "Kenapa di tubuhmu ada banyak sekali bekas ciuman dan gigitan?"

Sebagai mahasiswa S2, Gina Jing sudah lama tumbuh dewasa, tentunya Gina Jing tahu apa itu 'bekas merah' tersebut. Baru saja menarik Tifanny Wen, Gina Jing langsung membuka kedua kancing kemeja teratas milik Tifanny Wen. Begitu melihat... bekas gigitan merah itu tidak hanya satu atau dua, tetapi ada banyak, bekasnya berwarna ungu muda, terlihat menakutkan. Bahkan jika orang yang tidak berpengalaman dalam hal ini, begitu melihat jejak ungu di tubuh Tifanny Wen, mungkin juga akan membayangkan bahwa kemarin malam terjadi banyak kekerasan.

"Sialan, tidak mungkin kan kamu diperkosa? Laporkan saja!" Gina Jing terkejut bukan main. Sepasang matanya membelalak lebar, sangat penasaran dan kaget.

Sial!

Sudah tumbuh sebesar itu tapi belum pernah melihat tubuh wanita yang disetubuhi dengan begitu kasar?

Dia menakjubkan!

Tapi ketika orang normal melakukan hal ini, mana mungkin  mementingkan kelembutan? Hanya saja kemungkinannya....

Tifanny Wen diperkosa?

Aaaaaahhhh!!!!

Tiba-tiba wajah Gina Jing memucat. Gina Jing merasa dirinya akan menyakiti Tifanny Wen dengan memikirkan berbagai kemungkinan. Bagaimanapun juga kemarin dirinya tidak menunggu Tifanny Wen. Ketika wanita itu tidak pulang, Gina Jing juga tidak mencari.

Gina Jing gugup. Tiba-tiba wanita itu maju ke depan Tifanny Wen dan menarik kemeja putih Tifanny Wen, ingin melihat kondisi tubuh Tifanny Wen dengan semakin jelas.

Begitu menarik...

Hasilnya, Gina Jing termangu, tiba-tiba sangat terkejut seperti menyadari sebuah rahasia besar, lalu berteriak: "Ya Tuhan! Kamu memakai kemeja pria? Atasan ini adalah kemeja putih milik pria, roknya juga menggunakan kemeja pria yang diikat. Sial, ka...kaa...kamuuu..."

Gina Jing menunjuk Tifanny Wen. Saat itu juga ucapan atas rasa terkejutnya tidak mampu keluar, "Kaa...ka..kaamuuu... setelah diperkosa, kamu tidak mungkin memakai baju pemerkosa itu, kan?"

Tifanny Wen: .....

Tifanny Wen yang selalu geram walaupun sedang tidak menghadapi Yansen Mu pun, tiba-tiba menjadi tak bisa berkata-kata.

Wajah Tifanny Wen memerah. Diam-diam dalam hati berkata, 'Hal yang kemarin dilakukan tuan Mu... bukankah pria itu hampir memperkosanya?'

Berpikir seperti itu, Mulut Tifanny Wen langsung ingin menjelaskan, "Aku..."

Hasilnya, belum sempat Tifanny Wen bicara, Gina Jing kembali berbicara sendiri, "Brengsek, pria itu benar-benar mesum. Bukankah kamu sedang menstruasi? Pria itu tidak melepaskanmu?"

Selesai bicara, Gina Jing kembali menemukan sesuatu yang aneh, tiba-tiba berkata: "Tidak! Bukankah kemarin kamu dibawa oleh pelatih? Ada pelatih di sana, tidak mungkin pelatih membiarkanmu celaka. Kecuali..."

Mata Gina Jing langsung membesar. Sambil menunjuk Tifanny Wen, suara teriakan itu hampir membuat kaget gendang telinga Tifanny Wen, "Aaaaaah!!! Si mesum itu bukan pelatih, kan? Aaaaah Tifanny!! Ummmppph...."

Kata-kata setelah 'Tifanny' tidak bisa dikatakan karena Tifanny Wen sudah menutup mulut Gina Jing: "Kamu terlalu banyak berpikir."

Setelah itu Tifanny Wen kembali berkata: "Apakah aku tidak bisa melakukan sedikit hal panas dengan kekasihku?"

Selesai bicara, Tifanny Wen baru melepaskan tangannya lalu berbalik. Tifanny Wen mengambil bajunya lalu masuk ke kamar mandi dan berganti baju.

Hanya sisa Gina Jing yang berada di sana. Setelah dalam waktu lama masih merasa bingung dan kacau, tiba-tiba Gina Jing berteriak: "Ha? Aaaah... kamu sudah punya kekasih? Kkaaa...kaa...kamu... tidak ku sangka kalian bermain dalam permainan yang sengit, sudah begitu panas sekali permainan kalian. Tifanny, apakah kamu tahu itu tidak baik untuk tubuhmu? Kamu bisa mendapatkan berbagai macam penyakit yang aneh. Katakan lah bahwa kekasihmu mesum, tapi dia tidak mungkin suka seks yang menyakiti pasangannya, kan? Dan juga kekasihmu kasar sekali! Aku rasa dia..."

Di dalam kamar mandi, diam-diam Tifanny Wen menutup kedua telinganya...

……

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu