Cinta Setelah Menikah - Bab 287 Kamu Kembali Berani Mengancamku (1)

Tifanny Wen mulai berjalan-jalan di sini.

Tentu saja, dari dalam hati Tifanny Wen tahu, Jeremy Fan berani membiarkannya berjalan-jalan santai begini, pasti di sini tidak menyediakan alat apapun untuk menyambungkan dirinya dengan dunia luar. Tifanny Wen pun langsung tidak memperhatikan alat komunikasi yang ada.

Tetapi di sini tidak ada alat komunikasi sehingga dirinya tidak bisa menghubungi orang luar, kalau begitu apakah dirinya sendiri yang harus pergi keluar dari sini?

Itu tambah tidak mungkin lagi.

Tifanny Wen mengingat kembali ketika dirinya dibawa masuk ke dalam, pintu itu bisa disebut sebagai 'pelindung yang menyeramkan'.

Maka dari itu kalau dirinya ingin keluar, hanya ada satu cara, yaitu menyuruh Jeremy Fan sendiri yang membawanya keluar.

@(((

Hanya saja...

Apakah ini tidak sama dengan jalan keluar?

Mata Tifanny Wen berkedip pelan, meneliti seluruh ruangan. Tiba-tiba... Tifanny Wen melirik ke sebuah lemari di depan.

Lemari itu dikunci dengan kata sandi.

Tiba-tiba tatapan Tifanny Wen terpaku sebentar...

……

"Itu... bisakah aku bertanya? Kamarmu ini, apakah biasanya ada orang lain yang datang?"

Satu menit kemudian, tiba-tiba Tifanny Wen berjalan ke arah pintu toilet, bertanya dengan suara pelan.

Pintu di toilet terkunci. Saat ini Tifanny Wen hanya bisa mendengar suara guyuran air.

Di dalam kamar mandi, Jeremy Fan terkejut

"Hm?"

Jelas sekali Jeremy Fan belum tersadar dari Tifanny Wen yang tiba-tiba bertanya padanya dengan suara pelan tentang hal tersebut.

Beberapa lama kemudian, baru tertawa lalu berucap: "Kenapa? Sudah terpikirkan?"

"Kamu jawab dulu pertanyaanku." Ucap Tifanny Wen.

"Ini adalah tempat tinggal pribadiku. Pria bermarga Mu itu tidak akan bisa masuk. Selain aku sendiri dan orang yang membersihkannya, tidak ada yang bisa masuk ke dalam." Jawab Jeremy Fan.

Jeremy Fan kembali bertanya: "Untuk apa kamu bertanya hal ini?"

"Aku hanya penasaran dengan keberadaanmu di sini."

"Jadi, aku adalah orang luar pertama yang kamu bawa ke sini?" Tanya Tifanny Wen.

"Yah begitu." Mendengar nada suara Tifanny Wen membaik padanya, Jeremy Fan juga menjadi lembut.

Tifanny Wen tertawa lalu tiba-tiba bertanya: "Apa kamu sudah selesai mandi?"

"Kenapa? Kamu buru-buru?"

Jeremy Fan terkejut sebentar, tiba-tiba tertawa meringis, "Tunggu sebentar lagi."

"Aku lihat di sana kamu memiliki video game. Itu boleh dimainkan, kan?"

Saat ini Tifanny Wen bertanya lagi: "Itu alat yang kamu letakkan di atas sofa. Kamu asal meletakkannya, alat itu pasti hanya bisa memainkan permainan, kan?"

"Kamu bosan?"

"Hm." Tifanny Wen mengangguk.

Jeremy Fan berpikir, merasa kalau orang zaman sekarang meninggalkan ponsel dan hanya duduk, pasti sangat bosan.

Lalu Jeremy Fan kembali berpikir, video game?

Hm, ya benar. Itu adalah barang yang tidak tersambung ke internet. Jeremy Fan berani meletakannya karena tidak takut Tifanny Wen mengambilnya, akhirnya Jeremy Fan mengangguk: "Ambil dan mainkan saja."

"Kenapa bicara baik begitu?" Tiba-tiba Tifanny Wen menyemburkan tawanya, "Tiba-tiba aku merasa, kamu ini tidak begitu buruk dalam bersosialisasi."

"Itu... sikapku ini baik sekali. Jika kamu mengikutiku, pasti aku lebih baik dari si pendiam itu." Jeremy Fan berkata bangga.

Mendengar nada suara Tifanny Wen, Jeremy Fan merasa wanita itu seperti tidak menolak dirinya. Jeremy Fan teringat Tifanny Wen dimanfaatkan oleh dirinya, mungkin wanita itu juga tidak sadar.

Bagaimanapun juga, Jeremy Fan itu siapa? Ingin wajah tampan, dia memiliki wajah tampan. Ingin memiliki hubungan koneksi yang kuat, pria itu memilikinya. Dulu, Tifanny Wen bertemu dengannya, wanita itu langsung berinisiatif datang padanya. Hari ini Jeremy Fan langsung abai pada Tifanny Wen, membiarkan wanita itu mengikutinya. Seberapa menggoda hal ini bagi Tifanny Wen?

Jeremy Fan tidak percaya, Tifanny Wen sama sekali tidak tertarik.

Ditambah lagi... keluarga Mu sungguh tidak cocok untuk seorang aktris.

"Ya, kah? Kamu begitu percaya diri." Tifanny Wen kembali bertanya sambil tertawa.

Sebenarnya, tangan Tifanny Wen sudah memegang video game tersebut.

"Kenapa? Kamu tidak berpikir seperti itu?" Tanya Jeremy Fan.

"Tidak mengerti."

"Nah, apa kamu ingin mengertinya secara lebih dalam?" Tanya Jeremy Fan.

"Boleh."

Tidak disangka Tifanny Wen mengangguk, dengan pasti menjawab: "Tetapi, kamu harus setuju dengan satu persyaratanku. Beri aku waktu, aku harus menyiapkan hatiku."

Setelah mendengarnya, Jeremy Fan mematung, dengan cepat tersenyum dingin: "Aku pikir kamu sungguh sudah mengerti. Kenapa? Apakah kamu berpikir ide buruk lagi? Ingin menunda waktu? Kamu pikir aku akan tertipu? Tuan ini tidak akan memberimu kesempatan."

Lihat, pria ini brengsek sekali...

Diam-diam Tifanny Wen mengelap keringatnya, tiba-tiba membujuk, "Apakah ini sikapmu memperlakukan seorang wanita?"

"Masalahnya adalah kamu belum bilang ingin menjadi wanitaku." Ucap Jeremy Fan, "Jika kamu setuju, aku jamin sikapku akan baik padamu."

"Pria kasar sepertimu, bisa percaya kalau sikapmu berubah baik, baru itu aneh." Tifanny Wen kembali bicara, kali ini dengan nada kesal. Lalu setelahnya Jeremy Fan yang berada di toilet mendengar suara video gamenya dinyalakan.

"Kenapa video game ini ada kata sandinya? Berapa?" Tanya Tifanny Wen.

"013874." Tanpa banyak berpikir, Jeremy Fan langsung menjawab.

Itu hanya video game, tidak masalah memberi tahu Tifanny Wen kata sandi.

Setelahnya, dari luar toilet Jeremy Fan mendengar suara Tifanny Wen bermain video game...

……

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu