Cinta Setelah Menikah - Bab 403 Sherina Sadar.

Mereka juga tidak sadar Tifanny Wen sekarang sudah melarikan diri.

Tentu saja...

Ketika Tifanny Wen yang sebenarnya berdandan menjadi pelayan wanita, itu merupakan resiko yang paling besar. Walaupun kemampuan meriasnya sangat baik, tapi tidak ada Yansen Mu yang memberikannya peralatan rias untuk wajah palsu, wajahnya tidak mungkin diubah lagi. Bagusnya saat ini dia bisa memakai masker, ditambah lagi Tiara Han yang tadi memakai wajah palsu sebagai 'Febby Wen', ketika mendorong Tifanny Wen, dia mendorong kepala Tifanny Wen ke arah bawah dan pengawal tak bisa melihat wajahnya.

Tentu saja Tifanny Wen berani seperti itu, yang harus disalahkan nanti adalah pengawal wanita itu. Dia sudah memastikan 'Tiara Han' yang tadi berdiri di depannya adalah ' Tifanny Wen'.

Bagaimanapun juga mereka hanya berpikir kalau Tifanny Wen hanya bisa bertarung sendirian, mereka sama sekali tidak menyangka 'pelayan' wanita itu akan bekerja sama dengan Tifanny Wen.

Mereka pun tidak mengetahui identitas Tiara Han.

Setelah jatuh di lantai, Tifanny Wen berdiri. Lalu pengawal wanita itu berjalan di depan. Pengawal wanita itu tak banyak melihat, bahkan jika dia melihat, Tifanny Wen menjaga jarak dengannya. Dengan seperti itu, dia tidak akan melihat jelas wajah di balik masker tersebut. Terkait warna rambut... bagusnya saat itu di masa pelatihan, ada yang mengajarinya bagaimana mempersiapkan merubah imej seseorang. Contohnya rambut palsu dan sebagainya  tentu saja pengawal wanita itu pun pasti tidak mengenal satu pelayan wanita pun, dia tidak akan memperhatikan imej pelayan wanita itu dari awal. Dan bagusnya, ketika Tifanny Wen diculik, seluruh alat komunikasinya, tas dan barang-barang yang ada di badannya tidak seluruhnya diambil.

……

Setelah keluar dari kamar, Tifanny Wen tidak terburu-buru keluar dari istana kuno, Tifanny Wen malah mengambil mesin penyedot debu berpura-pura sebagai pelayan wanita yang membersihkan ruang tamu.

Tifanny Wen bukan Tiara Han, dia tidak mungkin kembali ke dapur. Bagaimanapun juga, begitu masuk ke lingkungan dapur, dia akan mudah dikenali.

Bagusnya...

"Kamu juga tak perlu kembali ke dapur. Setiap hari aku memberikan orang-orang dapur uang sogokan, mereka semua tahu cara bekerjaku. Aku sering sekali izin tidak bekerja, di hari biasanya aku juga tidak akan banyak melakukan pekerjaan. Surat izin pun aku tidak akan menulis dan memberikannya ke ketua bagian dapur. Mereka mengerti diriku. Tapi karena aku sering sekali memberi mereka uang yang banyak, mereka tidak akan peduli padaku. Mereka hanya tahu aku ke sini untuk belajar memasak, mereka tidak banyak menyuruhku bekerja. Dan juga mereka tidak akan memberitahukan hal ini pada si pria tua itu. Di keluarga ini, pelayan memiliki dunianya sendiri, ada ketua dari para pelayan-pelayan. Tapi dia juga tidak akan membicarakan masalah kecil seperti ini pada bos. Dia memiliki hak memecat dan aku memberinya uang. Dia tidak akan memecatku."

Tifanny Wen teringat ucapan yang tadi Tiara Han beritahukan padanya. Di dalam hati Tifanny Wen bersyukur Tuhan masih memperlakukannya dengan baik. Setidaknya di saat seperti ini dia bertemu dengan orang yang sangat baik. Hal ini bisa dikatakan sebagai bantuan di waktu yang tepat.

Walaupun alasan Tiara Han membantunya karena... Tifanny Wen mengancam Tiara Han menggunakan foto-foto itu.

Tetapi Tiara Han bisa mengungkap sedikit rahasia padanya, sebenarnya... Tiara Han memiliki sedikit hati yang tulus.

Tentu saja Tifanny Wen tidak ingin membuat Tiara Han mendapat bahaya menggantikan dirinya. Tifanny Wen hanya ingin yakin sebelum Yansen Mu datang, tidak ada bahaya yang datang pada Tiara Han. Dan ketika Yansen Mu datang, begitu identitas Tiara Han terungkap.. kemungkinan besar ada bahaya besar. Karena Elang Hitam masih bisa memperluas garis pertolongan!

Jika sampai saat itu tiba terjadi sesuatu, hal terburuknya... Tifanny Wen akan berinisiatif mempertaruhkan hidupnya untuk bertukar dengan Tiara Han.

……

Pelayan keluarga Henry juga tidak bisa sembarangan keluar dari istana kuno ini. Di hari biasa para pelayan tinggal di rumah khusus pelayan, ingin keluar harus ada persetujuan dari kepala pelayan. Walaupun jumlah pelayan ada banyak dan rumah untuk pelayan tidak seluas istana kuno, tapi tempatnya cukup mewah.

Walaupun kamar pelayan cukup kecil, tapi semuanya memiliki kamar pribadi. Ketika semua orang tidak memperhatikannya, Tifanny Wen mengambil kesempatan pergi ke wilayah pelayan dan masuk ke kamar Tiara Han untuk tidur semalam.

Di hari kedua, Tifanny Wen bangun lebih pagi dari pelayan yang lain. Setelah itu Tifanny Wen mengambil alat bersih-bersih.

Bagusnya, di tempat ini besarnya sama seperti istana sungguhan. Pelayannya banyak sekali, tempat yang harus dibersihkan juga sangat banyak, banyak sekali pelayan yang tidak saling mengenal. Oleh karena itu, melihat di sudut ruangan ada seorang pelayan sedang bersih-bersih, tidak ada orang yang bertanya 'halo sepertinya kamu terlihat asing'. Dan Tifanny Wen juga sudah menyiapkan masker.

Bahkan jika ada yang bertanya, Tifanny Wen akan menggunakan kata-kata 'aku orang baru' lalu pergi.

Ada banyak keuntungan di sini. Untuk sementara, Tifanny Wen aman berbaur di sini selama beberapa jam.

Hanya saja....

Dia tidak boleh terus seperti ini!

Dia harus keluar!

Tapi jika ingin keluar, dia harus bilang kepada ketua pelayan, baru bisa mendapatkan izin keluar.

Ketika Tifanny Wen sedang berpikir bagaimana berkomunikasi dengan ketua agar diperbolehkan keluar dari sini, tiba-tiba Tifanny Wen mendengar suara panggilan:

"Semua minggir sebentar."

Tifanny Wen mundur ke belakang lalu melihat jalan yang dia sedang bersihkan tiba-tiba didorong sebuah ranjang pasien. Yang berucap minggir kebetulan adalah seorang suster yang mendorong ranjang tersebut.

Saat ini yang membersihkan jalan tidak hanya Tifanny Wen sendiri. Mendengar ucapan tersebut, para pelayan langsung menyingkir, lalu ranjang pasien tersebut langsung melintas. Ketika melewati Tifanny Wen, tanpa sengaja Tifanny Wen melirik ke ranjang pasien tersebut.

Tifanny Wen juga hanya melirik sebentar saja.

Tak disangka, setelah melihat sekilas, tubuh Tifanny Wen menjadi kaku di tempat. Jika bukan karena suster tersebut mendorong pasien itu pergi, pasti suster itu akan curiga melihat tatapan Tifanny Wen saat ini.

Perasaan tak percaya, terkejut, tak menyangka, ragu... bercampur jadi satu!

Tifanny Wen mengambil penyedot debu, jemarinya masih sedikit kaku.

Ketika menunduk, Tifanny Wen melihat ke arah suster yang berjalan ke arah ruang tamu.

Sherina!

Itu dia?

Sherina terbaring di atas ranjang pasien? Dan tadi Tifanny Wen melihatnya dengan mata terbuka lebar dan kesadaran penuh. Walaupun Tifanny Wen tidak memperhatikan dirinya sendiri, tapi Tifanny Wen melihatnya dengan sangat jelas. Tidak disangka itu Sherina! Sherina yang asli! Wanita yang Tifanny Wen lihat di kamar Alan, perasaan yang dirasakan Tifanny Wen berbeda. Tapi wanita yang dia lihat tadi, perasaannya berbeda!

Dan juga Tifanny Wen tahu wanita yang berada di kamar Alan. Wanita itu dikunci di kamar yang jaraknya tidak jauh dari kamarnya dan ada yang menjaga wanita tersebut. Tidak mungkin wanita itu berbaring di ranjang pasien lalu didorong oleh seseorang.

Maka dari itu--

Yang tadi baru dia lihat... sungguh Sherina?

Bagaimana bisa di dunia ini ada orang dua yang mirip?

Jadi Sherina... sungguh masih hidup?

Dan dia berada di kediaman keluarga Henry?

Demi mencari bukti, Tifanny Wen perlahan-lahan berjalan ke arah ruang tamu. Tentu saja dia tidak berani mendongakkan kepalanya terlalu tinggi, setiap langkah Tifanny Wen harus berhati-hati. Ketika datang ke ruang tamu, Tifanny Wen juga hanya berdiri di sudut ruangan, kembali berakting sebagai pelayan yang sedang bersih-bersih.

"Tuan, ini nona Sherina. Tak diduga hari ini beliau sadar! Berdasarkan perintah anda, begitu dia sadar, beliau harus dibawa ke mari, jadi aku membawanya."

Suster itu juga berada di sini.

Saat ini, Tifanny Wen melihat ke arah ruang tamu tengah, pria tua itu sedang duduk di sofa sambil menyesap kopi.

Sherina....

Begitu mendengar nama tersebut, Tifanny Wen memicingkan matanya.

"Sadar?"

Jika sekarang Tifanny Wen bisa melihat jelas ekspresi pria tua itu, Tifanny Wen yakin pria tua itu pasti sangat antusias sekali.

Di rawat bertahun-tahun, pria tua ini selalu berpikir kapan wanita ini sadar. Walaupun dokter sedari awal bilang cepat atau lambat wanita ini akan sadar, tapi pria tua ini tak menyangka, Sherina sadar di saat yang tepat, tiba-tiba dan cepat.

"Baik baik baik!"

Akhirnya dia bisa bertanya pada pria tengik itu, Alan. Apakah dia sungguh menginginkan Sherina yang asli atau dengan wanita peniru Sherina atau rasa cintanya sudah dipindahkan ke aktris itu. Intinya, begitu dia tahu keinginan cucunya, dirinya bisa melakukan pilihan selanjutnya.

Sekarang Sherina sudah sadar, dirinya bisa percaya diri membicarakan masalah ini dengan anak tengik itu.

"Tubuhmu bisa kembali sehat?"

Saat ini pria tua itu sudah berjalan ke depan ranjang pasien. Sorot matanya melihat ke Sherina yang juga sedang melihat ke arahnya. Tapi Sherina selalu diam dan ucapan pria tua itu ditujukan kepada suster.

"Tuan, jangan khawatir. Tubuhnya sedang pulih. Dirawat selama setahun, dia akan kembali normal." Jawab suster tersebut.

"Hm hm hm." Pria tua tersebut mengangguk, terlihat sangat senang.

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Bisa bicara?" Kali ini dia bertanya pada Sherina.

Jelas sekali wanita di atas ranjang pasien itu masih belum beradaptasi, tiba-tiba dia sadar dan melihat dunia. Sepasang mata Sherina selalu berputar. Ketika mendengar pertanyaan, lama sekali, Sherina baru menjawab dengan suara rendah, "Kamu siapa? Ini di mana?"

"Hahahaha...."

Pria tua itu tertawa keras, "Aku? Mungkin aku kakekmu, mungkin juga aku... bahaya untukmu!"

Ucapan pria tua itu sungguhan.

Jika di hati Alan masih ada wanita ini, dia akan setuju Alan dengan anak ini.

Jika sudah tidak, wanita peniru itu, aktris yang mencintai orang lain itu dan Sherina... akan mati! Mereka tak perlu tetap ada!

Dan jika hati Alan masih berada Sherina... yang akan mati adalah wanita pengganti Sherina!

Tentu saja. Sherina tidak mengerti ucapan pria tua ini, suster juga tidak mengerti.

Tapi Tifanny Wen mematung di tempat. Matanya menyorotkan pertanda buruk.

"Pria tengik itu hari ini bekerja. Seharusnya pekerjaannya sudah selesai. Aku bisa menelponnya." Ucap pria tua itu.

Alan memiliki sebuah kebiasaan. Ketika dia bekerja, Alan tidak akan mengangkat panggilan pribadi. Ini juga alasan pria itu belum berada di sini. Mungkin Alan yang selalu berada di gunung untuk mengambil video, sama sekali tidak mengerti bahwa seseorang dan Tifanny Wen sudah dibawa pergi.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu