Cinta Setelah Menikah - Bab 230 Perempuan Beracun (1)

“sedang apa?”

Tifanny Wen tentu saja tidak mungkin tidak mengetahuinya, dia tidak bergerak, tidak menghentikannya, tapi bertanya.

Dengan nada seakan mengerjai.

Yansen Mu yang mendengarnya, saat mengasihaninya bersamaan juga ingin mencekik perempuan ini.

Kesal!

Sedang apa?

Apakah masih perlu di katakan?

Hanya saja, Yansen Mu masih belum tahu jelas suasana hati Tifanny Wen, setelah tangannya mengelilingi badan perempuan ini, langsung bertanya: “Fanny, apakah boleh?”

Tifanny Wen berkata; “apakah kamu sedang menanyakan pendapatku?”

Yansen Mu:…

Apakah bukan?

Tifanny Wen berkata dalam hati: celana dalam yang ada di bawah rok tidurnya saja sudah di lepaskan, apakah sikap ini sedang menanyainya?

Jelas – jelas, setelah mendengar perempuan ini tidak mengantuk, dan bertanya lagi sudah tidak terdengar tulus.

Dan sekarang, dia masih belum menganggukkan kepala, lelaki ini sudah membalikkan badannya, mengangkat tangan perempuan yang tidak terluka itu ke atas pundaknya.

Memberitahunya: agar melepaskan baju lelaki itu!

Ini tentu saja Yansen Mu bisa melakukannya.

Tapi di hati lelaki itu sedikit menantikan, berharap gadis ini bisa lebih inisiatif dan semangat sedikit.

“Fanny….” Lelaki itu memanggil dengan lembut.

Akhirnya Tifanny Wen sepertinya tidak memberinya muka, dia melepaskan tangannya dari pundak lelaki itu, lalu dengan mudah keluar dari pelukannya.

Dan selanjutnya….

Dia membuka lampu!

Setelah lampu terbuka, dia sudah selesai memakai sandal, dan turun dari ranjang.

Yansen Mu:…..

Lelaki itu tercengang di atas ranjang, dahinya berkerut.

Ini?

Dia tidak bersedia?

Tapi dia mengira, saat perempuan ini masuk ke pelukannya, dan saat dia melepaskan baju perempuan ini dia juga tidak melarangnya, seharusnya perempuan ini bersedia.

Tapi sekarang….

Bukan hanya mendorongnya! Bahkan orangnya, juga sudah turun dari ranjang!

Apakah dia marah?

Tidak mungkin berencana untuk pisah ranjang dengannya bukan? Saat Yansen Mu sedang gusar, gugup, suasana hatinya menjadi tenang.

Dan, dalam kebingungannya, tiba – tiba terdengar suara langkah kaki.

Tifanny Wen kembali lagi!

Dan kembali naik ke ranjang!

Yansen Mu dengan bingung melihatnya, hatinya berpikir jika Tifanny Wen marah, mungkin dia akan menjaga jarak saat tidur, maka saat dia ingin memeluknya juga tidak praktis.

Siapa yang tahu, saat lelaki itu sedang gusar, dia, Tifanny Wen mendekatinya. Harum perempuan itu, tiba – tiba bersandar di dadanya, kakinya yang panjang juga ada di atas kaki lelaki itu, dan dadanya juga mengenai dada lelaki itu. lalu, menyandarkan badan, menundukkan kepala, dan berkata di sebelah telinganya, dengan ringan: “tadi pergi ambil kondom!”

Yansen Mu tercengang, badannya menjadi kaku.

“hanya saja….” Tifanny Wen bernafas, berkata: “sedang sakit, sepertinya begini kurang bagus….”

Perhatian Yansen Mu malam ini ditujukan kepada badan Tifanny Wen. Terutama saat perempuan ini tidak begitu marah, dia sudah merasa tidak begitu pusing, luka di pundaknya juga sudah tidak begitu sakit. Juga entah apakah karena sakit dan otaknya terganggu hingga dia melupakan kenyataan bahwa dia sakit, atau karena kehadiran perempuan ini sehingga dia tidak merasakan sakit apa pun, dan melupakan maslah ini.

Saat ini Tifanny Wen memberitahunya, Yansen Mu baru ingat kalau dia sedang sakit!

Dia adalah mantan tentara, penyakit kecil seperti ini seakan tidak ada.

Tiba – tiba lelaki itu teringat: flu, bisa tertular! Meskipun. flu nya bukan yang mengandung virus.

Maka, raut wajahnya berubah. Dia langsung mendorong Tifanny Wen.

“Fanny, turun, jauhi aku, bisa menular.”

Sial!

Sebelumnya mengapa dia tidak memperhatikan! Masih mencium perempuan ini!

“sekarang baru terpikirkan halau bisa menular?” perempuan ini menggerakkan kakinya, merasakan saat lelaki ini tegang, tiba – tiba tertawa kecil, bertanya: “hanya saja, menjauhi aku, apakah kamu rela?”

Yansen Mu tentu saja tidak rela. Tapi dia tetap menggigit giginya, mendorong Tifanny Wen. Dia sudah menghadap ke satu sisi, seakan tidak ingin hembusan nafasnya mengenai Tifanny Wen.

Sedangkan….

“meskipun kamu rela, aku… tidak rela!”

Tifanny Wen tiba – tiba berkata.

Dengan suara seksi, terdengar menggoda, “tuan Mu, aku mau dirimu!”

Suara Tifanny Wen memang termasuk menggoda, dengan aura perempuannya. Di tambah lagi di adalah aktris berbakat! Ucapannya benar – benar yang paling hebat di dunia entertainment. Apakah nadanya berubah menjadi menggoda atau tidak, semuanya hanya berdasarkan dirinya bersedia atau tidak.

Tifanny Wen selesai berbicara, bibirnya sudah mengelilingi telinga lelaki itu, sudah mengulurkan tangan dan membuka baju lelaki itu. gerakannya saat ini benar – benar termasuk inisiatif dan semangat. Terutama sepasang kakinya itu membuat Yansen Mu merasa kalau dia sudah di masak hingga matang, benar – benar sudah meleleh, melembut seperti “binatang tidak bertulang”.

Dia tercengang, Beberapa kali merasa tidak baik kalau sedang flu, tapi setiap dia mengangkat tangan, Akhirnya, ia tergoda oleh rasa posesif dan manis yang dibawa oleh cinta yang mendalam ini. Secara khusus, Tifanny Wen

jarang mengambil inisiatif. Pada saat seperti itu, dia jelas menghargai itu, dan rasa puasnya memenuhi hatinya…..

Baiklah? Yansen Mu mengakui, ujung – ujungnya dia tetap tidak bisa menahannya!

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu