Cinta Setelah Menikah - Bab 253 Tidak Boleh Pulang (2)

Kali ini, saat Tifanny Wen berpikir, Yansen Mu berpikir lebih banyak dari padanya.

Lelaki itu sekarang setelah menatap Jeremy Fan, terlihat tenang, tapi sebenarnya, hatinya sudah tegang.

Dia menggumpalkan tangan, jika sekarang bukan karena sedang memegang ponsel, pastis udah bertengkar dengan Jeremy Fan.

Sialan!

Orang ini, mengapa memberi tahu kepada Tifanny Wen.

Yansen Mu terpikirkan kemarin malam Tifanny Wen yang di pelukannya terasa dingin dan bergetar.

Dia sedang berpikir apakah kemarin saat dia menembak, membuat Fanny terkejut.

Hari ini, Jeremy Fan berkata seperti itu, Fanny mungkin akan sangat terkejut.

Tifanny Wen orang seperti apa? Seorang perempuan normal yang tumbuh besar dengan kasih sayang orang tuanya. Perempuan seperti ini, melihat suaminya tiba – tiba menembak dan membicarakan persyaratan dengan mafia, bagaimana bisa tenang?

Jika tidak terkejut setengah mati baru aneh!

Ini baru tebakan Yansen Mu dari hatinya saja.

Jadi, dia selalu tidak ingin sisi ini di lihat oleh Fanny.

Sayangnya, hal itu tidak sesuai kemauannya….

Saat ini, Yansen Mu sedang berpikir, Tifanny Wen mungkin akan merasa dirinya terlalu menyeramkan, terlalu jahat.

Gadis itu! sudah pasti sangat baik, benar – benar adalah kriteria “orang baik”.

Orang seperti ini, bagaimana bisa tahan melihat hal seperti ini….

“iya! Aku sangat tidak suka! Kenapa kamu tidak memberi tahuku dulu?”

Kali ini Tifanny Wen membalas ucapannya, pertama kali nadanya terdengar tidak baik.

Bukan terdengar seperti menyembunyikan emosinya, melainkan dengan nada seperti perempuan yang langsung melampiaskan emosinya.

Sekarang Tifanny Wen benar – benar sudah sangat marah.

Entah mengapa, saat ini dia begitu terpikirkan Yansen Mu tidak memberi tahu dirinya dan melakukan hal yang mengotori tangannya, dia merasa kasihan hingga ingin langsung memarahinya. Dan juga…. Lelaki ini menyembunyikan banyak hal darinya, membuat dia yang awalnya merasa kurang aman ingin marah. Katanya suami istri, tapi dia justru diam – diam menyembunyikan banyak hal darinya!

Mungkin karena masalah kemarin membuat Tifanny Wen merasa Yansen Mu tidak begitu tidak cinta pada dirinya. rasa semena – mena perempuan itu kembali, emosinya kembali, langsung marah : ”lelaki sialan, aku membencimu…..”

Nadanya terdengar kemarahan dan manja,

“Fanny…. Aku….”

“pembohong! Tidak ingin berbicara denganmu, tidak boleh pulang, aku tidak ingin Bertemu penipu!”

Setelah kalimat ini, perempuan yang marah langsung mematikan teleponnya.

Tapi, Yansen Mu justru mendengar kekesalan dari nadanya, justru karena dia sembarangan berpikir, langsung mengabaikan kalimat “aku membencimu” yang terdengar manja.

Tapi dengan segera, ponsel Yansen Mu kembali terdengar, dan Tifanny Wen yang meneleponnya.

“beri tahu marga Fan itu, beri tahu adik ketiganya, jangan mengganggu Gina Si, kalau ganggu dia lagi, potong saja.” Tifanny Wen berkata.

Selesai berbicara, dia mematikan ponselnya.

Yansen Mu memegang ponsel, belum kembali tersadar.

Sedang berpikir kata “penipu” dari perempuan itu, “tidak ingin berbicara denganmu” “tidak boleh pulang lagi” dan “aku membencimu”…..

Suasana hati lelaki itu, menjadi sedih.

“weh weh weh, kenapa bengong? Jeremy Fan justru dapat melihatnya, dengan pandangan aneh melihat ke arah Yansen Mu, lalu berkata : “perempuan mu ini, benar – benar sangat hebat. Sulit menghadapinya bukan.”

bruk….

Akhirnya, selesai berbicara, matanya terkena tinjuan. Yaitu Yansen Mu yang sudah meletakkan ponselnya dan meninjunya.

“weh weh weh….” Jeremy Fan terkejut, “kenapa kamu tiba – tiba memukul orang?”

“kelak tidak boleh menelepon dengan Tifanny Wen lagi.” Yansen Mu berkata.

Jeremy Fan begitu melihat raut wajah Yansen Mu yang hitam, langsung mengerti, karena dirinya memberi tahu Tifanny Wen kalau masalah itu membuat lelaki ini marah.

Tapi….

Reaksinya ini terlalu besar bukan?

Lelaki ini, tidak mungkin sama sekali tidak bisa mendengar nada perempuan itu, sedikit “marah dengan cinta” bukan?

Telepon tadi, Jeremy Fan sudah mendengarnya. Tifanny Wen mengatakan apa terhadap Yansen mu, dia mendengarnya dengan jelas. Bahkan, saat mendengar perkataan itu merasa sedikit malu, merasa perempuan terlalu jijik. Sambil mengatakan “membencimu” “penipu” “tidak boeh pulang”, masih harus menggunakan nada manja, dan cinta…..

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu