Cinta Setelah Menikah - Bab 41 Rencana Keluarga Mu (1)

Sedikit kejam, juga sedikit biadab.

Tifanny Wen sekalinya gemetar, sudut keningnya langsung muncul beberapa garis hitam yang tidak terlukiskan.

Entah kenapa dia merasa Yansen Mu sekarang seperti sedang marah.

Dia barusan……..sepertinya tidak mengganggu dia.

Saat itu, tubuh mereka berdua hanya dibatasi oleh tembok kamar mandi.

Cahaya lampu didalam kamar mandi sangat transparan, embun dari gemuruhnya air menutupi pernapasan, gemuruh air didalam kamar mandi pun mereda, suara saling menghirup napas perlahan-lahan memecahkan keheningan didalam ruangan.

Pipi Tifanny Wen memerah, dia tidak bisa menahannya.

Meskipun dia tidak terbiasa, tapi dia tidak menolak ciumannya.

Didalam lubuk hatinya sangat merasa berhutang budi karena kebaikan dia terhadapnya, jadi dia juga tidak ingin selalu mendorong orang jauh hingga beribu mil.

Teringat hari ini dia menolongnya, Tifanny Wen berusaha sekuat mungkin menahan rasa malu di hatinya, dia mengulurkan tangannya yang putih itu melingkar di leher Yansen Mu, mencium bibirnya perlahan.

Gerakan dia seperti ini anggap saja sebagai balasannya, Yansen Mu sedikit terkejut, dia berhenti sejenak karena merasa tidak menyangkanya, ciuman paksaan malah justru berbalik menjadi ciuman yang mesra, dia hanya pelan-pelan menggambarkan bentuk bibirnya, tangannya yang menahan punggungnya perlahan-lahan tenaganya berkurang.

Tetapi, justru semakin sedikit tidak terkendali. Setelah mencicipi rasanya, dia tidak hanya merasa puas, rasa enggan didalam lubuk hatinya malah berbalik semakin berat.

Tangannya gemetar, tidak dapat mengendalikan tangannya yang menyentuh tubuhnya didalam air. Sentuhan ini, Yansen Mu merasakan tubuh yang dia sentuh itu gemetar, telapak tangannya terasa licin dan lembut seperti setelah menyentuh batu giok.

Dia menghirup napas dalam-dalam, dia merasa temperatur udara di sekelilingnya semakin lama semakin menaik, air yang disentuh tangannya pun seperti panas mendidih, semakin lama semakin panas.

Tatapan mata Yansen Mu semakin lama semakin dalam, perlahan-lahan membelalakkan kelopak matanya, garis pandangan matanya yang terlihat setengah terbelalak itu melihat kea rah Tifanny Wen yang saat itu kedua matanya setengah terbelalak, memikirkan nampak ekspresi wajahnya.

Setelah melihat ini, tangannya berhenti bergerak, dia mengedipkan mata, setelah menutupi matanya yang sedikit muram, tiba-tiba dia melepaskan Tifanny Wen.

Dia tidak bisa melihat penolakan dari mata Tifanny Wen, bahkan tidak ada………..dia juga sama seperti dia begitu berharap dan senang.

Dia menerima, hanya karena suaminya atau harga dirinya sendiri.

Tetapi, Yansen Mu sangat serakah, hal ini………..sangat tidak cukup…………

Tetapi faktanya membuktikan, seseorang yang terlalu serakah, pasti tidak akan mendapatkan hasil yang baik.

Seperti misalnya Yansen Mu saat ini, berusaha keras membangkitkan semangat, sengaja tidak gentar mengambil handuk untuk mengusap tubuh Tifanny Wen, didalam lubuk hatinya…….secara sederhananya dia memiliki rasa ambisi yang akan berkobar.

Rasa ini…………seorang pria biasa benar-benar tidak akan mampu menahannya!

“Kamu……………..”

Pikiran Tifanny Wen masih benar-benar sangat kacau, beberapa orang seperti ini berpikiran apakah hari ini dirinya bersiap untuk dihabisi, tetapi seorang pria tiba-tiba melepaskan tangannya dan membuat dia sedikit tidak menyangka.

“Kamu tidak mungkin………..”perkataannya sampai di mulutnya, tetapi ditelannya kembali.

Tifanny Wen saat itu sudah hampir selesai mandi, melihat Yansen Mu tiba-tiba berbalik bada mengambilkan handuk untuknya, dia sebenarnya tidak bisa menahan rasa penasaran di lubuk hatinya, melirikkan mata melihat kedua kaki Yansen Mu……..mengarah pada sebuah bagian.

Diam-diam berpikir: Dia tidak mungkin, tidak bisa kan?

Bukan Tifanny Wen benar-benar berharap terjadi sesuatu. Dia hanya benar-benar penasaran. Penampilan fisiknya sepertinya juga tidak begitu jelek, suasana barusan sudah terlihat jelas seperti itu, suatu daerah seorang wanita yang tidak seharusnya disentuh pun malah sudah disentuh olehnya, tak disangka dia begitu cepat memutuskan untuk melepaskannya.

Ini mau tidak mau membuat dia menduga apakah beberapa orang memiliki masalah dari segi kekuatannya.

Yansen Mu kebetulan menengok ke belakang melepas handuk, kebetulan saat itu dia melihat ke arah sebuah bagian tubuh Tifanny Wen yang ditutupi handuk, hatinya terhenti seketika................

Raut wajah Yansen Mu tiba-tiba memerah, dalam hatinya tidak mengingat seberapa banyak tekanan yang dialaminya.

Dia langsung berjalan ke hadapan Tifanny Wen, setelah langsung memeluk dia, dia menggunakan handuk untuk mengelap hingga kering sisa air di tubuhnya, lalu mengenakan piyama untuknya, kemudian dia langsung menggendong dia masuk kedalam kamar. Dia menelepon rumah sakit, menyuruh seseorang untuk menelepon dokter kemari dan membawakan obat terbaik untuk Tifanny Wen. Saat itu, dia merasa............memiliki kewajiban untuk memanggil dokter pribadi.

Setelah selesai menelepon, Yansen Mu berlari masuk ke kamar mandi.

Dia sekarang sangat membutuhkan air dingin untuk mandi!

Saat menunggu dia keluar dari kamar mandi, kebetulan dokter sudah tiba, memeriksa Tifanny Wen, setelah memberikan dia obat luar, dokter pun langsung pergi.

Pagi hari mengalami masalah seperti itu, Tifanny Wen keesokan paginya merasa sangat lelah, setelah mengoleskan obat, dia langsung berbaring di kasur.

Yansen Mu sepertinya memiliki kebiasaan tidur siang juga, dia pun ikut berbaring bersamanya.

Hanya saja Tifanny Wen merasa tubuh Yansen Mu sangat dingin, dia merasa sedikit mengerti seketika, teringat kejadian tadi di kamar mandi.

Orang seperti dia, ternyata bukan tidak memiliki cara.

Tifanny Wen merasa sedikit bersalah dan takut, dia mengatakan kalimat ini sembarangan, “Kamu adalah suamiku, aku ingin.............aku seharusnya mempersiapkan mental.”

Kalimat ini.........menjelaskan karena dia merasa bersalah dan tiba-tiba menghentikan gerakan tuan Mu, dia juga takut Yansen Mu didalam hatinya merasa bersalah, pada akhirnya tidak ada keinginan untuk tidur siang, dia pun masuk ke kamar mandi untuk mandi air dingin.

Tifanny Wen: ...........................

....................................

Pada saat ini.

Di rumah Keluarga Mu.

“Benar-benar terjadi masalah semacam ini?”

Kakek Mu duduk di hadapan Putri Bai dengan wajah menggosipnya, dia bertanya: “Anak perempuan Keluarga Wen yang kamu bilang itu benar-benar menampar Kevin Qin adik kandung Kenny Qin? sekali tampar langsung 2 tamparan?”

Nenek Mu duduk di samping Kakek Mu, dia juga merasa terkejut sambil melihat ke arah Putri Bai menantunya itu.

Meskipun 2 orang itu sudah tua, tetapi sangat kekanakan. Hobi biasanya.............yang pertama adalah: Menggosip! yang kedua adalah: mengejar para aktris.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu