Cinta Setelah Menikah - Bab 278 Kamu Kembali Mengancamku.... (2)

Beberapa waktu kemudian.

Jeremy Fan mengenakan gaun mandi, membuka pintu toilet lalu keluar.

Ketika keluar, Jeremy Fan melihat Tifanny Wen saat ini sedang memegang video game sambil bersandar di sofa, bermain dengan antusias.

"Apakah seru?" Tanya Jeremy Fan.

Jeremy Fan sudah berjalan dengan langkah besar ke arah Tifanny Wen.

Lalu Jeremy Fan duduk di sebelah sofa, berjongkok, melihat Tifanny Wen bermain video game.

"Lumayan." Jawab Tifanny Wen.

"Kamu sangat tenang. Bagaimana? Sudah memikirkannya?"

Jeremy Fan mendongak, melirik wajah elok Tifanny Wen. Begitu melihat, sadar pandangannya tak teralihkan dari wajah itu.

Wanita ini... sial, cantik sekali!

Dulu Jeremy Fan berpikir Yansen Mu mencari seorang wanita yang jelek...

"Sudah ku pikirkan." Sambil bermain game sambil Tifanny Wen menjawab.

"Jangan main lagi. Serius sedikit, oke? Sebenarnya kamu sudah memikirkannya atau belum?" Tanya Jeremy Fan, lalu Jeremy Fan berubah pikiran: "Ah tidak, kamu sudah memikirkannya atau belum, hasilnya tetap sama. Hari ini aku harus mengambil dirimu."

Saat berucap, di otak Jeremy Fan terbesit bayangan yang mengacaukan otaknya, tidak disangka wajah Jeremy Fan menjadi panas. Tatapan Jeremy Fan yang melihat ke arah Tifanny Wen sudah berubah sembarangan dan buram.

Setelahnya tangan besar itu menarik Tifanny Wen masuk ke dalam sebuah dekapan.

Tiba-tiba Tifanny Wen menjatuhkan video gamenya, terduduk di atas sofa lalu menggenggam tangan Jeremy Fan sambil tersenyum cerah dan melemparkan tatapan menggoda: "Sedari awal aku sudah memikirkannya. Aku pikir, tidak ada hasilnya aku menentangmu, ya kan? Jadi..."

Jeremy Fan tersenyum. Melihat Tifanny Wen tiba-tiba juga mendekat ke arahnya. Jeremy Fan memikirkan ucapan dan juga tatapan wanita itu, lalu menebak seharusnya... yang diucapkan Tifanny Wen bukanlah hal bohong.

Karena, wanita ini sangat pintar.

Tifanny Wen tidak mungkin tidak tahu, bahkan jika bergantung pada kemampuannya yang 'tidak bisa apa-apa', Tifanny Wen merasa masih bisa memukul seorang sampah yang lebih muda darinya, tapi memukul pria ini dengan tiga pukulan.... Tifanny Wen tidak bisa.

Terlebih lagi, dari tatapan Tifanny Wen, tidak terlihat jejak 'kebohongan' apapun.

Jadi, Tifanny Wen harusnya...

"Maka dari itu, aku ingin kamu membawaku keluar, ketua Fan!"

Lalu, di detik selanjutnya pupil mata Tifanny Wen berubah tajam...

Jeremy Fan terkejut!

Senyum di sudut bibir Jeremy Fan dalam sekejap menghilang tanpa jejak!

"Tifanny..." suaranya seperti menggertakan gigi, "Sial, kamu berani menghadapkan pistol padaku!"

Ya! Di tangan wanita yang berada di hadapannya, entah kapan Tifanny Wen memiliki pistol. Pistol itu sekarang sudah diarahkan ke pelipis Jeremy Fan.

Tadi Jeremy Fan sama sekali tidak memiliki pencegahan.

Tidak!

Jeremy Fan memiliki tindakan pencegahan. Hanya saja Tifanny Wen dengan cepat menyerangnya dengan keterampilannya di bagian vitalnya.

Mana terpikirkan kalau wanita tidak memiliki gerakan yang cepat.

Tifanny Wen hanya mengangkat tangan lalu mengarahkan pistol ke kepala Jeremy Fan.

Jeremy Fan terkejut... wanita ini, dari mana mendapatkan pistol?

Tifanny Wen tidak mungkin memiliki pistol, juga tidak mungkin wanita itu mengambil pistol dari Jeremy Fan.

Karena, setelah Jeremy Fan selesai mandi, pria itu sama sekali tidak membawa benda itu.

Jadi, hanya mungkin kalau...

Tiba-tiba muncul sebuah jawaban dari kepala Jeremy Fan: "Benda ini, kamu mengambilnya dari lemariku yang ada kata sandinya!"

Ketika Jeremy Fan masuk ke dalam rumah, dirinya masih membawa pistol. Tapi begitu akan mandi, Jeremy Fan meletakkan pistol tersebut.

Ini adalah rumah pribadinya, biasanya Jeremy Fan tidak memasang perlindungan yang tinggi, maka dari itu Jeremy Fan langsung menaruh pistol di dalam lemari biasa yang memiliki kata sandi.

Bahkan jika di kunci di sana, Jeremy Fan tidak menyangka kemungkinan Tifanny Wen mengambilnya.

Enam angka kata sandi, beberapa hari pun tidak cukup untuk mengatur kombinasi kata sandi itu.

Tapi bagaimana bisa Tifanny Wen memikirkannya? Jeremy Fan berpikir sebentar, lalu tiga detik kemudian menebak jawabannya!

"Tifanny, sialan. Kamu berani mengancamku lagi?"

Jeremy Fan menggertakan gigi: "Ketika aku mandi, kamu mengambil video game untuk menjebakku, ya kan?"

"Ya. Kamu bilang ini tempat rahasiamu. Biasanya tidak ada bahaya, jadi aku pikir kata sandinya pasti mudah diuraikan." Ucap Tifanny Wen: "Kebetulan juga karena video game ini. Kamu juga tidak akan membuat kata sandi yang membuat dirimu sulit lupa dan rumit."

Selesai berucap, Tifanny Wen tersenyum: "Biasanya, orang  yang sangat tidak peduli pada sesuatu akan menggunakan kata sandi yang sama untuk semua hal. Kamu bilang ini tempat pribadimu, keamanannya kuat. Lemari  yang memiliki kata sandi itu pasti bukan tempat yang kamu pedulikan, kan? Kamu membuat kata sandinya sama dengan video game milikmu, kemungkinan... sangat besar! Kata sandi ini, mungkin juga ada di kartu bank yang tidak kamu pedulikan itu atau di sosial mediamu serta akunmu yang lainnya. Fakta membuktikan, keberuntunganku masih baik. Aku menggunakan kata sandi video game milikmu untuk mengambil pistol ini."

"Jadi, tadi kamu berada di luar pintu toilet dan berbicara lembut lama sekali padaku, demi memecahkan fokusku?" Jeremy Fan menggertakan gigi.

Tifanny Wen tidak mengaku, malah membalas: "Jangan bicara hal yang tak berguna. Bawa aku keluar, kalau tidak..."

"Hehe. Kamu berani menembakku?" Jeremy Fan mengejek.

"Menurutmu? Bahkan jika aku tidak berani membunuh orang, tetapi... mencampakkanmu di sana atau membuatmu cacat, aku pikir aku mampu melakukannya." Ucap Tifanny Wen: "Ditambah lagi, bahkan jika kamu melaporkanku, aku bisa dianggap sedang mempertahankan diri. Terlebih lagi identitasmu... apakah pantas untuk melaporkanku?"

"Wanita ini, kejam sekali!" Jeremy Fan menggertakan gigi.

Akhirnya, Jeremy Fan hanya bisa mengakui kekalahannya. Di bawah desakan Tifanny Wen, Jeremy Fan mulai membawa Tifanny Wen pergi keluar, "Kamu mau pergi kemana?"

"Pakai ponselmu. Telepon tuan Mu dan suruh dia kemari menjemputku."

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu