Cinta Setelah Menikah - Bab 115 Pesta Ulang Tahun Ayah (1)

Walaupun dikatakan bahwa para pebisnis terkenal dalam negeri popularitasnya pasti tidak bisa dibandingkan dengan artis. Tapi Nelson Wen memulai semuanya dari awal, dalam waktu sepuluh tahun sudah sampai ke tahap ini. Hanya bergantung dengan hal ini, popularitas Nelson Wen sudah bisa menekan pebisnis kaya yang ada di atasnya.

Bagusnya, Perusahaan Wen adalah lima puluh besar perusahaan terkenal di seluruh negeri dan di antara orang-orang penting di dunia bisnis, ada banyak orang yang tidak bisa melampaui keluarga ini. Jadi setelah mendengarnya, orang-orang terkejut bukan main. Tanpa sadar teringat sebelumnya ada orang yang menyebarkan berita: latar belakang keluarga Tifanny Wen juga hanya biasa-biasa saja.

Ini juga disebut biasa-biasa saja? Jika latar belakang keluarga ini digunakan oleh artis-artis di dunia hiburan, maka artis itu sudah termasuk posisi atas.

Tidak usah bicara tentang hubungan pertemanan Tifanny Wen dan Yansen Mu, hanya melihat status Tifanny Wen sebagai putri dari pemilik perusahaan Wen, mungkin banyak orang yang tidak berani mencari masalah pada Tifanny Wen. Terlebih lagi nantinya perusahaan Wen pasti akan menjadi lebih besar.

Tadi siapa yang mengatakan kalau Tifanny Wen membuat masalah dengan para karyawan eksekutif New Ball Entertainment?

Ketika pikiran semua orang berbeda-beda, semua orang tidak tahan untuk melihat ke arah Juwita Wen dan Raymond Jiang. Semua orang seperti ini, di acara seperti ini sulit untuk tidak membandingkan. Saat ini melihat pakaian seksi yang dikenakan Juwita Wen, tidak sedikit orang merasa, gaya pakaian yang dikenakan Juwita Wen seperti seorang pelacur.

Lalu Raymond Jiang... saat itu, pria itu tidak menggunakan suatu cara untuk mendapatkan Fenghua Entertainment dari Tifanny Wen, kan?

Saat ini pidato Tifanny Wen sudah selesai. Ketika suara tepuk tangan terdengar, Tifanny Wen sudah melangkah mundur dari atas panggung, lalu wanita itu mengambil wine dan bersosialiasi dengan yang lain.

"Direktur Wen."

Saat ini, tidak sedikit orang penting di dunia bisnis mengambil segelas wine dan ber-cheers ria dengan Tifanny Wen. Di antara mereka, tidak ada lagi tatapan yang sebelumnya merendahkan New Ball Entertainment. Tapi sekarang mengetahui bahwa Tifanny Wen adalah anak dari Nelson Wen, tahu besarnya perusahaan Wen, mereka semua langsung ingin menjalin kekerabatan dengan Tifanny Wen. Bagaimanapun juga melihat situasi Tifanny Wen saat ini, wanita itu pasti berencana kembali dan perusahaan Wen pastinya bukan perusahaan yang bisa mereka abaikan.

Saat ini semua orang melihat ekspresi mata Tifanny Wen, sungguh bukan seperti seorang aktris. Terlihat seperti putri dari seorang yang terkenal atau rekan kerjasama di bidang bisnis. Saat berdiskusi nada suara Tifanny Wen penuh hormat dan tenang.

Bibir Tifanny Wen mengulas senyum hangat. Di kerumunan orang-orang Tifanny Wen menyesuaikan diri dan mengobrol dengan orang-orang.

Tamu hari ini, selain para eksekutif karyawan dan para artis, Tifanny Wen harus menuangkan wine dan minum bersama para tamu undangan dari luar dan sebagainya. Tifanny Wen mengerti. Bagusnya dia kuat minum dan tamu dari luar yang diundang juga tidak terlalu banyak, maka dari itu Tifanny Wen tidak mabuk.

"Tifanny, kamu sengaja, kan?"

Dari selatan Tifanny Wen berjalan ke arah utara untuk minum bersama tamu undangan. Saat ini, ketika Tifanny Wen baru sampai di suatu posisi, sebuah pertanyaan memecah suasana.

Tifanny Wen mendongak dan melihat Raymond Jiang, Juwita Wen dan keluarga pamannya berdiri bersama. Melihat Tifanny Wen mengangkat gelas winenya, tapi tidak ada respon malah balasan yang dingin.

Apakah berpura-pura harmonis? Tifanny Wen dan Raymond Jiang serta keluarganya tidak berhubungan baik. Semua orang tahu, mau berpura-pura pun tidak berguna.

Karena sedari awal sudah tahu bahwa hubungan mereka tidak baik, maka dari itu mereka tidak perlu menghormati Tifanny Wen.

Hubungan tidak baik tapi mengundang mereka kemari, bukankah berarti sengaja mempermalukan mereka? Raymond Jiang adalah pria terkenal, terlebih lagi pria itu tidak bisa menerima hal yang mempermalukannya seperti ini.

Jika bukan karena banyak orang di lokasi acara, Raymond Jiang benar-benar tidak bisa tahan untuk tidak menampar Tifanny Wen karena tadi sudah menghinanya.

"Sengaja apa?" Tifanny Wen tersenyum tipis, lalu menurunkan gelasnya.

"Katakan, kenapa kamu mengundang kami?" Raymond Jiang menarik pergelangan tangan Tifanny Wen.

Tifanny Wen melangkah mundur, dengan datar menjawab, "Semua keluarga dari artis terkenal perusahaan mendapatkan kartu undangan. Juwita adalah artis New Ball Entertainment, tentunya keluarganya mendapatkan undangan. Artis yang lain juga tidak terkejut. Yang ku lakukan adil, bukan karena masalah pribadi jadi sengaja menyuruh orang untuk tidak mengundang keluarga Juwita, kan?"

Di samping Juwita Wen berdiri Helen Mu. Setelah mendengarnya, tawa Helen Mu keluar.

Adil? Apanya yang adil? Walaupun anggota keluarga artis yang lain mendapatkan kartu undangan, tapi awalnya Tifanny Wen memang tidak berencana mengundang keluarga Juwita Wen. Jelas-jelas ini adalah ide Febby Wen.

Napas Raymond Jiang tertahan, wajah pria itu semakin menggelap, terdiam tanpa bisa mengkritik balik. Setelah menahannya lama, Raymond Jiang hanya mendengus lalu langsung menarik Juwita Wen keluar dari sini.

Sedari awal Juwita Wen sudah tidak mau berada di tempat ini, wanita itu juga ingin bertanya dan memaki Tifanny Wen. Tapi dirinya tak berdaya, dia tidak bisa dibandingkan dengan Raymond Jiang. Dirinya adalah artis, setiap saat harus menjaga ucapan dan perilakunya. Jika ingin bertanya dan memaki, juga tidak mungkin Juwita Wen memilih di tempat seperti ini.

Akhirnya Juwita Wen hanya menggertakkan gigi, mengepalkan tangannya erat lalu mengikuti Raymond Jiang pergi.

"Juwita..." melihat Juwita Wen pergi, Alva Wen dan Alya Bai juga tidak perduli lagi. Sepasang suami istri itu mendengus lalu ikut pergi.

Semua orang tentunya melihat kejadian ini. Tak henti-hentinya mereka tertawa mengejek.

"Hahaha...." Helen Mu tertawa sangat senang. Helen Mu mengambil gelas wine lalu mengangkatnya ke arah Tifanny Wen, "Tidak cheers denganku?"

"Tidak." Tifanny Wen menolak. Wanita itu menyisakan perutnya untuk minum bersama dengan yang lain. Tidak perlu dengan keluarga.

Helen Mu juga tidak sungguhan membuat Tifanny Wen minum dengannya, dengan senyum mengejek Helen Mu berbisik ke telinga Tifanny Wen: "Bagaimana dengan kakakku? Kamu tidak mau minum dengannya? Aku melihatnya duduk di sudut ruangan dengan berwajah suram. Malam ini kamu menemani sekumpulan pria minum, sambil tertawa dan bersalaman. Tatapan bejat para pria masih berlalu lalang ke betismu. Aku yakin sekali, malam ini kakakku akan mencubitmu keras."

Helen Mu tertawa senang diatas penderitaan pria yang duduk di sudut ruangan. Tiba-tiba Tifanny Wen merinding, wanita itu menggoyang-goyangkan wine di gelasnya. Di acara seperti ini, sangat wajar jika minum dengan yang lain, pastinya tuan Mu tidak terlalu peduli, kan?

Apakah dirinya harus minum bersama Yansen Mu?

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu