Cinta Setelah Menikah - Bab 137 Jeratan Lembut (2)

Ucapan tersebut membuat Yansen Mu mengernyit bingung. Apanya yang kata-kata manis? Dirinya mengucapkan ini dengan sungguh-sungguh.

Tapi Yansen Mu juga mengerti, kalau ingin membuat Tifanny Wen menerima sepenuhnya, Yansen Mu hanya bisa menggunakan seumur hidupnya untuk membuktikan pada Tifanny Wen.

Tiba-tiba Tifanny Wen mengangkat kepala, menarik leher Yansen Mu, dinaikkannya sedikit dagu pria itu lalu menyodorkan bibirnya sendiri.

Apakah dia marah? Sebenarnya saat Yansen Mu mulai menjelaskan, kemarahan Tifanny Wen sudah sedari awal hilang setengahnya. Jika pria itu benar-benar pergi dinas, tiga hari tidak pulang, tentunya Tifanny Wen tidak akan marah, juga tidak akan berpikir terlalu banyak. Tifanny Wen yang sekarang jelas sekali sudah mengikuti untuk mempercayai pilihan hatinya. Wajar kemarahan wanita itu pudar.

Ketika dia kecewa, Tifanny Wen menempel erat pada tubuh Yansen Mu, Tifanny Wen seperti digantung di tubuh Yansen Mu. Sensasinya seperti sedang memanjat sebuah pohon besar, membuat hati Tifanny Wen merasakan rasa aman yang sulit dijelaskan.

Ketika dia kecewa, ketika disalahpahami oleh semua orang, tiba-tiba bersentuhan dengan sebuah pohon besar yang memberinya rasa aman, membuat Tifanny Wen agak takut melepaskan tangan. Takut ketika dia melepasnya, perasaan aman ini menghilang.

"Tuan Mu, terima kasih!"

Terima kasih masih ada dirimu...

Dua tahun yang lalu, kalimat ini juga Tifanny Wen ucapkan pada Raymond Jiang.

Saat itu, setelah berhadapan dengan kecelakaan lalu lintas, Tifanny Wen dibenci oleh seluruh masyarakat, bahkan di jalan ada orang yang memaki dirinya.

Tapi Raymond Jiang ada di sisinya.

Saat itu, Tifanny Wen meninggalkan rumah, perlahan-lahan menghilang dari dunia hiburan, mendapatkan penolakan dari banyak orang. Ketika melihat di sisinya masih ada seorang pria yaitu Raymond Jiang, Tifanny Wen sangat menjaga pria itu. Ketika Tifanny Wen selalu merasa seluruh dunia mengabaikannya, masih ada satu pria yang menyayanginya. Maka dari itu Tifanny Wen menjaga perasaan ini, berterima kasih pada pria yang menemaninya di masa gelapnya.

Dan sekarang...

Setelah sore tadi dan berhadapan dengan masalah tersebut, Tifanny Wen tersenyum pada Helen Mu, tersenyum pada Melly, tersenyum pada bibi Lin, di luar Tifanny Wen terlihat seperti tidak peduli, ekspresi kuat dari dalam hatinya, nyatanya... hanya dirinya sendiri yang mengerti, bahwa dirinya memikirkan insiden itu.

Bahkan jika dulu Tifanny Wen pernah mengalami kekacauan yang seperti ini. Ketika Tifanny Wen melakukan tragedi itu lagi atau mungkin dirinya sudah beradaptasi, atau juga mungkin lebih berani dari sebelumnya, tapi... siapa yang tahu, ketika kekacauan yang sama terjadi lagi, itu juga menarik ingatan dalam Tifanny Wen yang penuh luka dan sakit.

Bekasnya ada di sana, bayangannya ada di sana, waktu telah berjalan lama atau mungkin bekasnya sudah memudar, bayangan itu sudah ditutupi oleh sinar lain, tapi saat bekas itu terbuka lagi, bayangan saat itu kembali menyeruak masuk. Siapa yang bisa tidak merasa sakit ketika bekas luka lama terbuka lagi? Siapa yang bisa memastikan sisa bayangan dari peristiwa lama tidak mempengaruhinya lagi?

Saat ini Tifanny Wen sangat lemah dan sensitif. Lemahnya wanita ini membuat Yansen Mu tiba-tiba merasa berat memeluk kedua tangan wanita ini. Yansen Mu merasa menyesal membiarkan bibir dan gigi Tifanny Wen perlahan-lahan mengeksplor bagian mulut dan giginya, tapi Yansen Mu tidak berani membalas dengan tenaga berlebihan. Yansen Mu saat ini memiliki kesalahpahaman, wanita yang dia peluk saat ini sudah berubah menjadi bayi yang rapuh.

Saat ini Tifanny Wen berubah menjadi Tifanny Wen yang belum pernah selembut ini, tentu juga menjadi Tifanny Wen yang belum pernah seberani ini. Bibir wanita itu meluncur ke bawah dari bibir Yansen Mu, dengan cepat sudah menyentuh jakun milik Yansen Mu, mengisapnya pelan.

Yansen Mu terkejut, merasa aliran listrik yang aneh menyebar dari jakunnya. Yansen Mu menggerakkan jakunnya dengan tidak biasa, tiba-tiba berkata: "Tifanny, makan dulu."

Setelah itu Yansen Mu memeluk Tifanny Wen untuk pergi makan.

Tapi Tifanny Wen tidak melepaskan begitu saja. Tangan wanita itu tiba-tiba meraba masuk ke dalam baju Yansen Mu. Tifanny Wen mengangkat dagunya dan mengedip-ngedipkan matanya yang jernih. Untuk pertama kalinya wanita itu menjawab dengan nada tidak serius: "Tapi saat ini aku lebih ingin memakanmu."

Selesai bicara, tangan Tifanny Wen sudah mulai membuka satu persatu kancing kemeja Yansen Mu. Seringkali kuku lentiknya menembus masuk dari lubang kancing dan mengggoda bagian dada Yansen Mu. Suara dingin yang tadi saat ini sudah berubah menjadi lembut, "Suamiku, aku merindukanmu. Nantinya kamu harus terus pulang ke rumah."

Tifanny Wen dengan lembut berbicara di sebelah telinga Yansen Mu, bibirnya menggigit lembut daun telinga Yansen Mu.

Saat ini tubuh Yansen Mu benar-benar terpaku. Di kepalanya hanya tersisa ucapan dari Tifanny Wen, 'Tapi saat ini aku lebih ingin memakanmu' dan 'suamiku, aku merindukanmu' selalu terngiang-ngiang di kepalanya.

Tentu saja, mana Yansen Mu tahu bahwa gadis bodoh yang sedang menggodanya, saat ini tatapan matanya menyorotkan sinar licik.

Pria ini berani tidak pulang ke rumah, bahkan tidak menelponnya. Tifanny Wen akan membuat Yansen Mu 'memiliki waktu yang menyenangkan'!

Mereka sudah menikah begitu lama dan Tifanny Wen bukan lagi orang yang tidak berpengalaman seperti dulu.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu