Cinta Setelah Menikah - Bab 78 Direktur Mu Membujuk Istri (2)

Tifanny Wen yang awalnya sudah sedikit sebal, suasana hatinya semakin tidak senang.

Penjelasan Yansen Mu masih tidak dimengerti Tifanny Wen.

Yansen Mu:……

Tuan ini...

Menunggu cukup lama, gadis bodoh di sampingnya masih tidur di sana, sepatah katapun tidak ada. Saat itu Yansen Mu sudah tidak bisa menerimanya.

Gadis bodoh ini...

Kemampuannya kuat juga!

Wanita ini masih kesal padanya tanpa alasan, bahkan sampai mengabaikan dirinya?

Wajah Yansen Mu tampak bodoh, tapi pria itu tidak bisa melanjutkan kondisi yang seperti ini. Yansen Mu tidak bertanya lagi, tiba-tiba pria itu membalikkan tubuh menghadap Tifanny Wen... Melihat apakah wanita itu masih mengabaikannya...

"Mmmhh..."

Tifanny Wen yang tengah muram tiba-tiba merasa tubuhnya ditekan oleh kekuatan yang besar, wanita itu langsung membuka mata. Dengan cepat membuka mata dan bibir pria itu sudah berada dibibirnya, pas sekali bibir Yansen Mu menutup bibir Tifanny Wen.

"Kamu..."

Tifanny Wen membuka mulutnya, baru saja ingin bicara.

Yansen Mu mengambil kesempatan, mulutnya masuk menjelajah ke bibir dan gigi Tifanny Wen. Melampiaskan dan menghukum seperti menyerap rasa dari wanita itu.

Tifanny Wen mendorong Yansen Mu, tapi tangan Yansen Mu sedari awal sudah mengunci kedua tangan Tifanny Wen. Dada Yansen Mu menekan dada Tifanny Wen, kakinya yang besar menghimpit kedua kaki Tifanny Wen, membuat wanita itu tidak bisa bergerak.

Sedari awal Tifanny Wen sudah marah dan pria ini tidak membujuknya, malah menindasnya. Tentu saja Tifanny Wen merasa semakin marah.

Walaupun Tifanny Wen selalu memberitahu dirinya... bahwa ini adalah pernikahan tanpa cinta, tapi pria ini sangat baik padanya, tidak seharusnya dirinya begitu banyak bertengkar dengan pria itu, dirinya juga tidak ada hak untuk bertengkar begitu banyak, tetapi...

Tifanny Wen sadar, mau bagaimanapun dia berkata pada dirinya, dia tidak bisa mengontrol rasa kesal dalam hatinya.

Tidak ada cara.

Perasaan seseorang, bukannya tidak mau jadi sungguhan tidak mau.

Bagusnya...

Setelah ciuman panjang, Yansen Mu melepaskan Tifanny Wen, memberikan Tifanny Wen mengambil napas.

"Yansen Mu..." setelah mendapatkan kesempatan, Tifanny Wen langsung merajuk dan marah sambil melotot ke pria itu.

"Hm. Kenapa?" Tanya Yansen Mu.

Tuan ini sangat tidak berdosa ya...

Tifanny Wen:……

"Kamu..."

Marah saja!

Kenapa?

Pria itu masih bertanya kenapa?

"Turun." Tifanny Wen melotot sebal pada Yansen Mu.

Jika bilang Tifanny Wen marah karena hal ini, kalau sebelumnya tidak terlalu jelas kalau dia marah, tapi saat ini, orang bodoh pun tahu kalau Tifanny Wen sangat marah.

Yansen Mu mengernyit, tiba-tiba wajah pria itu redup, "Alasannya?" Tanya Yansen Mu.

Tifanny Wen menggertakkan giginya lalu berkata, "Gelang yang rencananya kamu berikan ke orang lain kamu berikan padaku, apa maksudnya?"

Akhirnya Tifanny Wen tidak bisa menahannya, akhirnya terucap...

Saat Tifanny Wen bicara, wajah wanita itu kesal dan juga malu. Awalnya muka wanita itu biasa saja, tapi setelah berucap wajahnya langsung berubah merah.

Karena ucapan ini jelas sekali membuktikan kalau Tifanny Wen sedang...

Yansen Mu langsung mematung, seperti tiba-tiba menyadari sesuatu. Mata gelap pria itu juga terkejut, mengangkat alisnya bingung sambil menatap Tifanny Wen.

"Tifanny, apakah kamu..." muncul rasa yang sulit digambarkan dari nada suara Yansen Mu, lalu pria itu bertanya: "Cemburu?"

"Tidak. Hanya saja aku tidak ingin memungut sisaan orang lain." Jawab Tifanny Wen.

Pfft...

Tiba-tiba Yansen Mu tidak kuasa menahan tawanya dari dalam hati. Bibir yang awalnya kaku dan dingin, saat ini langsung mengukir senyuman bahagia.

Perasaan yang aneh!

Kenapa saat ini Yansen Mu merasa senang wanita ini marah?

Rasa yang cukup menyenangkan!

Hanya saja gelangnya...

"Gelang itu..." Yansen Mu mengedipkan sepasang matanya, akhirnya tahu alasan yang akan dijelaskannya pada Tifanny Wen. Tapi setelah bicara, Yansen Mu sadar dirinya tidak tahu harus bagaimana menjelaskan.

Memberitahu wanita itu bahwa dari awal dirinya memang mau memberikan padanya?

Memberitahu dia bahwa sebenarnya dari awal dirinya sudah menyukai wanita itu?

Empat tahun yang lalu... setelah kejadian itu, Yansen Mu selalu memikirkan Tifanny Wen.

Tetapi...

Senyum bahagia di bibir Yansen Mu perlahan-lahan berubah dingin. Dengan cepat senyuman itu ditekan oleh jawaban yang tidak bersedia diucapkannya.

Tidak bisa...

Tidak boleh bilang!

Jika bicara, jika Tifanny Wen bertanya insiden empat tahun yang lalu, maka hal itu akan terungkap di depan wanita ini.

Konsekuensi atas terungkapnya hal ini, Yansen Mu... tidak bisa menerimanya!

Hanya saja saat ini... bagaimana menjelaskannya?

Yansen Mu menundukkan kepala, suara rendah pria itu tiba-tiba terdengar di samping telinga Tifanny Wen, "Aku lah yang jahat. Jangan bertengkar lagi, ya?"

Daun telinga Yansen Mu berubah merah. 'Jangan bertengkar lagi, ya?' Ucapan bujukan itu... sebenarnya pertama kalinya Yansen Mu ucapkan. Yansen Mu merasa sangat aneh.

Tifanny Wen dipandangi Yansen Mu. Mendengar permintaan maaf tulus pria itu, walaupun hati Tifanny Wen masih tidak nyaman, tetapi... jika bertengkar lagi maka dirinya lah yang terlalu keras kepala.

Awalnya orang memberikan hadiah, pria itu juga tidak melakukan kesalahan. Tapi kamu membuat orang itu bingung. Sekarang orang itu tidak berbuat salah padamu tapi masih meminta maaf padamu, jika kamu masih merengut maka kamu kelewatan.

Terpikir bahwa pria itu selalu baik pada dirinya, Tifanny Wen merasa agak bersalah. Akhirnya Tifanny Wen bergumam 'hmm' pelan. Lalu diam-diam hatinya merasa kacau: Kali ini, pikiran cemburunya pasti terungkap.

Yansen Mu menunduk dan tersenyum tipis. Melihat wanita mungil di bawah tubuhnya memanyunkan bibir karena perlakuan kasarnya, hati Yansen Mu tergerak. Pria itu kembali mencium Tifanny Wen. Hanya saja kali ini... menyentuh bibirnya dengan lembut, hanya untuk menggoda.

Tifanny Wen merasa bersalah dan merasa dirinya keterlaluan... rasa bersalah dan muram itu saling beradu. Tapi terpikir bahwa dirinya berkata 'hm', jika mendorong Yansen Mu lagi, takut merasa kalau Yansen Mu berpikir dirinya sedang marah atau sebagainya. Akhirnya Tifanny Wen memilih untuk membalas ciuman tersebut.

Setelahnya... dengan mulus terjadi adegan yang membuat wajah orang memerah malu.

Sampai... bulan sabit dengan malu-malu bersembunyi di lapisan awan, Tifanny Wen baru bisa santai, tubuhnya yang lelah bersandar pada dada bidang telanjang milik Yansen Mu.

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu