Cinta Setelah Menikah - Bab 274 Yansen Mu Menampakkan Diri (1)

Tifanny Wen balik bertanya, intonasi bicaranya sedikit lebih sinis dibandingkan dengan biasanya.

Apakah emosional seorang publik figur benar-benar tidak memiliki batasan?

Para reporter malah tidak mempedulikan hal ini, saat ini mereka merasa sangat terkejut secara tiba-tiba.

Apa?

Kekasih?

“Tifanny, kamu mengatakan bahwa Tuan Mu adalah kekasihmu? ini ini..............bagaimana mungkin?”

“Apakah sangat tidak biasa jika aku berpacaran?” tanya Tifanny Wen.

Setelah selesai bicara, dia merasa dirinya sudah selesai melakukan sesi tanya jawab, lalu dia berkata: “Acara wawancara terbuka para reporter hari ini cukup sampai disini saja, aku harap semuanya lebih memperhatikan karyanya. Terimakasih.”

Setelah mengatakan kalimat ini, Tifanny Wen bersikeras untuk bersiap meninggalkan acara.

Para reporter kebingungan, setelah beberapa saat kemudian barulah mereka sedikit sadarkan diri, setelah terkejut, mereka langsung pergi mengejar Tifanny Wen.

Berita yang begitu sangat mengejutkan, bagaimana mungkin para reporter begitu saja membiarkan Tifanny Wen pergi tanpa menjelaskan hal ini. Saat ini para reporter pun berlari mengejar Tifanny Wen, mereka satu per satu menanyakan kisah asmara Tifanny Wen dengan Yansen Mu.

“Tifanny, mohon bertanya. Kamu mengatakan bahwa Yansen Mu adalah kekasihmu, apakah ini hanya diakui oleh sebelah pihak saja atau sudah diakui juga oleh Yansen Mu?” tanya seorang reporter.

Pertanyaan para reporter yang lainnya pun sepertinya sama seperti pertanyaan ini.

Terlihat jelas, mereka mengerti dengan maksud perkataan Tifanny Wen, hanya saja mereka tidak bisa langsung mempercayainya.

Banyak para reporter bahkan mulai menduga. Apakah jawaban ini hanyalah sebagai “Pelarian” dari Tifanny Wen terhadap para reporter.

Apalagi, Yansen Mu memiliki hubungan pertemanan yang sangat baik dengan dia, mungkin tidak keberatan jika dia memanfaatkan Yansen Mu sebagai perisai pelindung dari berita plagiat ini.

................................

Selang beberapa lama kemudian.

“Tuan muda, kita sudah tiba, tetapi kita tidak memiliki kartu undangan.”

Setelah melihat ke arah luar hotel, saat Aji menengokkan kepala melihat Yansen Mu yang sedang menundukkan kepala melihat handphone, Aji pun sontak mencibirkan sudut mulut.

Sedang melihat handphone lagi?

Sejak kapan Tuan Muda ini berubah menjadi seorang penggila internet?

Lagipula, handphone Yansen Mu saat ini sedang menampilkan video rekaman acara wawancara terbuka para reporter yang barusan direkam oleh seorang reporter saat di lokasi acara dan disebarkan di internet.

Acara wawancara terbuka ini sebenarnya tidak diperuntukkan bagi siaran langsung. Tetapi setelah Tifanny Wen membocorkan bahwa dia berpacaran dengan Yansen Mu, ada seorang reporter yang diam-diam mengeluarkan handphone dan merekam kondisi di lokasi acara.

Sangat kacau, semua jawaban Tifanny Wen ini direkam. Bahkan reporter ini langsung segera menyebarkannya di instagram tanpa melalui persetujuan Tifanny Wen.

Sekalinya tersebar, orang-orang yang melihat video ini pun segera membagikan video ini dan memberikan komentar.

“Aku menggunakan cara seperti ini untuk menghangatkan perselisihan diantara aku dan kekasihku, apakah ini salah? kenapa? apa kalian merasa sangat aneh jika seorang wanita bertingkah manja dan ingin dipeluk di depan kekasihnya sendiri?”

Sekalinya Yansen Mu membuka video dan melihat jawaban Tifanny Wen ini, dia termangu sejenak, kemudian dengan cepat dia mematikan handphone dan melangkahkan kaki dengan sangat cepat menuju ke arah hotel.

Aji saat ini malah menyadari bahwa sudut bibir Tuan Mudanya ini menyiratkan senyuman seolah..............suasana hatinya sangat gembira.

Kemudian, setelah Tuan Muda mengatakan “Aku adalah kekasih Tifanny Wen”, dengan sangat lancar setelah para penjaga membelalakkan mata, dia pun langsung masuk kedalam hotel dan masuk ke ruang acara wawancara terbuka para reporter.

.........................................

“Tifanny, mohon bertanya, apakah kamu berani jika sekarang kamu menelepon Tuan Mu untuk membuktikan kepada semuanya mengenai kebenaran dari kisah asmaramu?”

“Tifanny, apakah kamu menggunakan berita yang tersebar di internet ini sebagai cara untuk memikat hati Tuan Mu, sehingga kamu berhasil menjadikan dia sebagai kekasihmu?”

“Tifanny, mohon bertanya................”

..........................

Di lokasi acara wawancara terbuka para reporter ini, berbagai macam pertanyaan yang diajukan karena tidak dipercaya terhadap berita yang dibocorkan ini pun bagai aliran air yang menyiram Tifanny Wen. Tifanny Wen sangat kesal, kemudian dia menekankan sekali lagi atas perkataan dia sebelumnya “Mohon lebih perhatikan karyanya” dan perkataan lainnya, kemudian dia menyuruh para pengawal untuk menghalangi para reporter dan membiarkan dia pergi.

Tetapi suasana di lokasi acara ini sudah sangat kacau. Penertiban pun sudah sangat sulit untuk dilakukan.

Terlebih lagi........................

Sebenarnya tidak semua orang di lokasi acara ini datang dengan tujuan untuk melihat Tifanny Wen dihina. Diantara mereka ada banyak para fans Tifanny Wen.

Sebagian banyak dari para fans Tifanny Wen yang berada di tengah sekumpulan para reporter ini adalah pria. Saat ini perasaan mereka sedikit gila karena mendengar idolanya membocorkan kisah asmaranya, tidak peduli itu benar atau palsu.

Misalnya saat ini, setelah seorang reporter berdiri saat acara wawancara, mereka juga berdiri dan berdesakan menuju ke arah depan sekumpulan para reporter itu, kemudian, tidak peduli dengan penampilan mereka langsung berlari ke arah Tifanny Wen.

“Sedang apa? untuk apa berdesak-desakkan?” maki salah seorang dari sekumpulan orang itu.

Para reporter malah menghiraukannya, mereka berteriak sambil berlari mendekati Tifanny Wen dengan perasaan sedikit gila: “Fanny, jawabanmu ini pasti karena kamu ingin membalas pengarang gosip ini kan?”

“Hah..................”

3 detik kemudian, Tifanny Wen ditabrak oleh seseorang yang memiliki tenaga yang kuat.

Seorang wartawan wanita langsung berteriak di tengah kerumunan banyak orang itu.

Tifanny Wen pertama kali melihat suasana sangat kacau dari acara wawancara terbuka para reporter seperti ini.

Raut wajah Melly yang menjabat sebagai asisten Tifanny Wen ini langsung muram setelah dia masuk kedalam lokasi acara, lalu dia segera memapah Tifanny Wen untuk berdiri.

Tetapi saat dia belum sempat mengulurkan tangan, sebuah tangan yang nampak kuat itu langsung merebut tangan Tifanny Wen terlebih dahulu.

Melly terkejut, segera berkata: “Aku saja.”

Siapa pria yang berani begitu tidak menaati aturan?

Selagi ada asisten seperti dia, apakah Tifanny Wen masih membutuhkan uluran tangan seorang pria?

Tetapi pria itu tidak menghiraukannya, dia langsung memegang tangan Tifanny Wen.

Melly sangat terkejut.

Tetapi, sekalinya menengadahkan kepala, dia langsung terdiam.

“Tuan............Tuan Mu...............” ucap Melly.

“Mu..................Tuan Mu.............” seketika itu juga, para reporter yang ada di sampingnya ini langsung membelalakkan mata, tiba-tiba mereka terlihat seperti kebingungan, garis pandangan mata mereka pun mengarah ke pria yang sedang memegang tangan Tifanny Wen.

Dia adalah seorang pria perkasa yang membuat semua orang tidak berani mendekatinya.

Setidaknya, para reporter saat ini langsung mengerti sambil mengundurkan langkah kaki mereka.

Tetapi, pria ini sangat tampan!

“Dia...............dia................dia adalah..............” suara seorang reporter terdengar sedikit gagap.

Dia teringat akan postingan yang dia sebarkan di instagram barusan.

Dia...............bukankah dia adalah Tuan Mu?

Di Negara Long ini tidak ada orang yang berani menyebarkan fotonya. Tetapi di pulau Nanqiong............sepertinya masih ada orang yang berani melakukan hal ini.

“Hah”

3 detik kemudian, terdengar suara terkejut dari seorang reporter wanita di tengah kerumunan para reporter.

Setelah itu, kedipan lampu pun tidak mengarah ke Tifanny Wen, semuanya mengarah ke Yansen Mu.

“Tuan Mu, mohon bertanya.............”

Seorang reporter ingin mengajukan pertanyaan.

“Apakah bisa beri jalan sedikit?” pada akhirnya dia mendengar pertanyaan Yansen Mu.

Para reporter pun satu per satu langsung segera mundur ke belakang.

Tetapi pandangan mata mereka masih tetap tertuju pada Yansen Mu.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu