Cinta Setelah Menikah - Bab 86 Mengkhawatirkanmu (1)

Kenapa menjadi terluka seperti ini?

Tiba-tiba Yansen Mu teringat bahwa Tifanny Wen bilang kalau siang nanti wanita itu harus syuting, Yansen Mu juga bisa menebak keseluruhan ceritanya. Yansen Mu melihat beberapa memar yang ada di tubuh Tifanny Wen, hati Yansen Mu agak mengkhawatirkan hal ini, bahkan dibenak pria itu muncul pikiran untuk menyuruh Tifanny Wen menyerah pada karir aktingnya. Tapi, wanita itu sendiri yang memilihnya...

Yansen Mu tahu, ada beberapa hal yang dia tidak bisa menggantikan wanita itu untuk memutuskan.

Yansen Mu berpikir sejenak, terpaksa menenggelamkan idenya. Pria itu duduk di sisi ranjang, menelpon asistennya, berkata bahwa hari ini dirinya tidak pergi ke kantor, memerintahkan beberapa hal pada asisten lalu menutup panggilan tersebut. Lalu Yansen Mu menelpon Febby Wen, menyuruh Febby Wen menyampaikan perihal Tifanny Wen yang sakit kepada agensi Tifanny Wen. Terkait hal izin Tifanny Wen, orang agensi Tifanny Wen yang akan mengurusnya.

Setelah Yansen Mu menyelesaikan semuanya, Yansen Mu mulai teringat hal tentang Nara Gu kemarin malam. Normalnya, Yansen Mu harus pergi meminta maaf. Tapi Yansen Mu teringat, karena Nara Gu, dirinya terlambat menjemput Tifanny Wen dan hampir berubah menjadi masalah besar. Yansen Mu juga malas mengerti permasalahan kemarin.

Teringat Tifanny Wen...

Yansen Mu masih tidak mengantuk.

Sebenarnya tentang insiden yang berkaitan dengan Tifanny Wen dua tahun yang lalu, Yansen Mu memerintahkan orang untuk memeriksanya. Tapi masalah sekecil ini, malah belum ada hasil.

Saat itu memberikan bukti keburukan Tifanny Wen, tapi bukti itu hilang dari bumi ini seperti tidak pernah ada jejaknya.

Ini membuat Yansen Mu sedikit tak menduganya dan khawatir. Karena jika hanya orang biasa yang merencanakan hal ini, pastinya sudah benar kalau Yansen Mu memeriksanya dengan biasa, tapi dibelakang masalah ini... jelas sekali kalau tidak sesederhana itu.

Juwita Wen menjebak Tifanny Wen, apakah wanita itu bisa melakukannya dengan bersih tanpa ketahuan?

Atau... orang yang berada di belakang Juwita Wen atau ada latar belakang yang Yansen Mu tidak ketahui?

Yansen Mu tiba-tiba merasa kalau dirinya sudah memeriksa dengan baik semua hal yang berkaitan dengan Juwita Wen.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Saat Yansen Mu sedang larut dalam pikiran, tiba-tiba terdengar suara pelan dari samping.

Yansen Mu terkejut lalu menyampingkan kepala dan melihat gadis bodoh di sampingnya sudah membuka mata sambil menggaruk kepala dan menatap Yansen Mu dengan bingung.

Ini di mana?

Tifanny Wen membuka mata dan merasa tenggorokannya serak, kepalanya pusing. Ada rasa panik yang sulit dijelaskan dalam hati Tifanny Wen, tanpa sadar dia melihat ke tubuhnya sampai melihat pria yang ada di sampingnya, ketika melihat dirinya sepertinya sedang berada di sebuah kamar hotel, rasa panik di hatinya hilang.

Hanya saja kemarin malam...

Entah teringat apa, Tifanny wen tiba-tiba bangkit dan duduk. Dahinya tiba-tiba dipenuhi keringat dingin, lalu kepalanya menunduk melihat bajunya. Sampai melihat baju ditubuhnya lengkap, Tifanny Wen baru mengedip-ngedipkan mata. Dengan takut melihat ke sprei berwarna putih bersih lalu menggeleng-gelengkan kepala.

"Tifanny... tidak apa!"

Yansen Mu memperhatikan gerakan orang di sampingnya, lalu saat itu juga langsung memeluk Tifanny Wen yang tiba-tiba terduduk. Yansen Mu meraih kepala wanita itu masuk ke dalam pelukannya, dengan suara menyesal berkata: "Aku sudah datang, tidak ada yang terjadi."

Telapak tangan besar Yansen Mu yang satunya menggenggam tangan Tifanny Wen yang penuh keringat dingin dan saat ini Tifanny Wen juga kembali sadar. Jika kemarin benar-benar terjadi suatu hal, bajunya tidak mungkin lengkap. Dirinya tidak boleh berpikir bahwa sekumpulan orang brengsek itu akan memperlakukannya dengan lembut, tapi sekarang setidaknya bagian bawah tubuhnya tidak merasa aneh.

Dan saat itu Yansen Mu benar-benar menjemputnya.

Sepertinya pria ini datang dengan cepat sehingga tidak terjadi apa-apa padanya.

Tifanny Wen berpikir bahwa dirinya saat ini masih agak takut. Tifanny Wen mengangkat kepalanya, menatap Yansen Mu dengan agak cemberut tapi sadar bahwa wajah pria itu lebih pucat dan takut dari dirinya.

"Tifanny, aku lah yang jahat."

Yansen Mu menatap Tifanny Wen, menggenggam tangan Tifanny Wen lalu dari mulutnya berhembus napas yang hangat. Saat ini mata Yansen Mu memerah, entah karena terlalu takut masalah kemarin atau semalaman tidak bisa tidur.

Faktanya, Yansen Mu benar-benar sangat takut.

Yansen Mu tidak berani percaya, jika Raymond Jiang tidak sampai, Tifanny Wen benar-benar jatuh ke tangan sekumpulan orang brengsek, apa yang akan terjadi pada wanita itu. Yansen Mu juga tidak berani membayangkan, Raymond Jiang meninggalkan Tifanny Wen di hotel semalaman, entah apa yang akan terjadi.

"Nantinya, entah kamu bertemu masalah apa, sekecil apapun masalahmu, itu adalah yang utama."

Yansen Mu mengucap janji. Ucapan ini seperti sedang dikatakan pada Tifanny Wen juga seperti sedang menyalahkan dirinya sendiri.

Tifanny Wen sama sekali tidak membaca pesan di ponsel, mana tahu bahwa kemarin malam Yansen Mu tidak menjemputnya. Sekarang melihat pria itu di sini, Tifanny Wen hanya berpikir kebetulan bertemu dengan Yansen Mu dan pria itu membawanya pergi, setelah itu melihat dirinya sakit parah, Yansen Mu buru-buru memesan sebuah hotel dan menyuruh dirinya ke dokter terlebih dahulu.

Tifanny Wen mencium bahwa ditubuhnya ada bau obat-obatan.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu