Cinta Setelah Menikah - Bab 113 Dibuat Berdegup (2)

Yansen Mu duduk di sudut ruangan yang orangnya sedikit, berhadapan dengan Kenny Qin dan Baim Su. Ketiga orang ini menggoyangkan gelas wine yang berada di tangan. Saat ini begitu mendengar ucapan pembawa acara, mereka tidak mampu menahan senyum.

"Benar-benar ada kakak ipar. Jelas-jelas kalau dia terlambat dan masih berusaha mencari alasan yang 'elegan dan segar'. Wah wah wah! Ide seorang aktris!"

Kenny Qin terkekeh pelan, tidak bisa berhenti.

"Uhuk uhuk..." Sedari tadi karena ucapan pembawa acara, Baim Su tersedak.

Setelah gelas wine yang berada di tangannya habis dalam satu tegukan, sebenarnya Yansen Mu merapatkan bibir tipisnya lalu tersenyum cerah. Gadis bodoh ini benar-benar licik.

"Baiklah, jangan tertawa. Jika punya energi kenapa tidak berikan tepuk tangan kepada kakak ipar?"

Yansen Mu menginterupsi.

Tapi pria itu sendiri tidak bertepuk tangan atau sebagainya, tapi sedari tadi tatapannya sudah jatuh ke atas panggung. Yansen Mu terpikir bahwa hampir satu bulan dia tidak melihat gadis bodoh itu.

Akhir-akhir ini gadis bodoh itu sedang sibuk syuting atau bekerja di kantor. Bahkan saat malam hari, gadis bodoh itu masih tidur di kantor, sekali pun tidak pernah pulang ke rumah.

Sial!

Orang-orang bilang bahwa harus mengurus dengan baik suaminya di rumah, jangan memperbolehkan suami di rumah begadang atau sebagainya.

Sebenarnya hubungan mereka baik, Yansen Mu juga tidak begadang, malah kebalikannya, si gadis bodoh itu yang begadang.

Diam-diam Yansen Mu memaki dalam hati, dirinya merasa kalau dia terlalu memanjakan Tifanny Wen sehingga Tifanny Wen tidak menganggapnya serius.

Jika malam ini wanita itu masih tidak kembali ke rumah, Yansen Mu berpikir dirinya mungkin tidak tahan untuk menghancurkan ruang kantor wanita itu.

Ketika sedang berpikir, Yansen Mu melihat bahwa tirai di belakang panggung disibak oleh sepasang jari jemari yang lentik...

Saat ini di lokasi, seluruh pandangan tertuju ke atas panggung.

Sedari tadi Juwita Wen sudah berhenti dikelilingi oleh pebisnis kaya, sedangkan Raymond Jiang yang tadi dipukul, sebenarnya tidak ditarik keluar dari tempat pesta. Saat ini Raymond Jiang ada di sudut ruangan sedang mengoleskan obat. Tatapan pria itu juga beralih ke atas panggung.

Alva Wen dan nyonya dari keluarga Lin saat ini sudah mengangkat kepalanya menatap ke atas panggung.

Tapi yang mengejutkan adalah, tangan yang membuka tirai tersebut lentik, putih, jelas sekali kalau itu adalah tangan seorang wanita muda.

Wanita?

Apakah akan datang seorang pembawa acara wanita lagi?

Bahkan jika bos New Ball Entertainment adalah seorang wanita, tidak benar rasanya kalau beliau adalah seorang wanita muda.

Tapi saat tirai terbuka, semua orang tidak menyangka wanita berambut pendek yang melangkah santai ke tengah panggung adalah Tifanny Wen!

Tifanny Wen?

Melihat sekali, orang-orang masih belum mengenali.

Sebenarnya Tifanny Wen selalu muncul dengan rambut panjang begitu tampil di layar. Semua orang selalu melihatnya berambut panjang atau berambut sedang atau berpakaian pakaian modern atau berpakaian bergaya pakaian zaman dahulu.

Tapi tidak pernah melihat Tifanny Wen berambut pendek abu-abu bergaya kekinian seperti ini.

Rambut pendeknya kontras dengan riasan wajahnya. Alisnya digambar sedikit miring, terlihat tajam dan tegas. Riasan ini terlihat bukan seperti seorang artis besar, tapi seperti bos wanita di sebuah pusat perbelanjaan. Riasan itu terlihat tajam seperti mengintimindasi orang, sangat tegas dan menakjubkan.

Ditambah lagi saat ini Tifanny Wen mengenakan satu setel pakaian formal wanita yang mahal dan juga kekinian. Kakinya dibalut sepatu hak tinggi, penampilan tersebut semakin membuatnya terlihat tegas dan tangguh. Membuat orang lupa bahwa identitas Tifanny Wen adalah seorang artis, entah bagaimana orang-orang memikirkan bahwa dia adalah 'pekerja kantoran'.

Tapi ketegasan dan ketangguhannya itu tidak mengurangi kecantikan biasanya. Tepi rambut pendek itu membuat pipinya terlihat dengan sempurna dan tanpa cela. Riasan bibirnya dipenuhi pesona dan gaya dingin wanita itu. Dalam ketegasannya, emosi Tifanny Wen semakin terlihat jelas dan keunikannya membuat semua orang merasa Tifanny Wen begitu cerah. Semua orang merasa terkejut dan penasaran.

"Wah...." Kenny Qin hampir oleng mengambil gelas. Pria itu menjilat lidahnya sendiri, pria itu merasa sangat terkejut lalu berkata, "Ini... kakak ipar?"

Tentu saja, Kenny Qin bersuara pelan saat berkata 'kakak ipar'.

"Jika kamu tidak mengelap air liurmu, aku takut Yansen tidak tahan untuk memukulmu." Baim Su memberikan Kenny Qin selembar tisu, "Dan cepat singkirkan tatapan bejatmu. Ingat, dia adalah kakak ipar."

"Gadis itu... aku dibuat berdegup." Hasilnya, Kenny Qin menerima tisu tersebut dan mulut pria itu masih bicara ucapan yang tidak takut mati.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu