Cinta Setelah Menikah - Bab 103 Hiburlah Tuan Mu (1)

Karena itu, dia sudah menunggu di ruangan sebelah.

Dia juga dengan sabar, mendengar pergerakan di sebelah, karena itu saat biro kesehatan masyarakat datang, dan ada yang meributkan masalah keracunan itu, dia juga tidak mengganggunya.

Hingga saat waktu sudah begitu larut, dia tidak menahan diri untuk mencari perempuan itu.

Yansen Mu selalu tidak merasa kemunculan Daniel akan me-rubah sesuatu.

Sedangkan, saat gadis itu di peluk oleh orang lain, dan ternyata, dia tidak mendorongnya.

Jika orang itu, diganti oleh orang lain? Bahkan perempuan itu saja, dia tidak merasa aneh.

Hanya saja orang itu adalah Daniel, sepertinya dia… sangat spesial.

Mengenai gadis ini, setelah menemui Daniel, dia menjadi sangat aneh.

Apa artinya ini?

Yansen Mu menekan kemarahan dalam hatinya, meskipun tubuhnya sudah tidak bisa menahan kemarahannya, biarpun alisnya sudah mengerut, , hingga tidak menahan diri untuk melihat ke arah Tifanny Wen, sudah mempersiapkan hukuman untuknya.

Sedangkan… lelaki ini membantu perempuan ini melepaskan sabuk pengamannya, lembut seperti dulu.

Sabuk pengaman Tifanny Wen, dengan sangat cepat dilepaskannya.

Dia melihat ke Yansen Mu, hatinya merasa kacau, merasa kalau lelaki ini masih marah, aura yang menyeramkan keluar dari tubuhnya.

Tapi…. Tangan lelaki itu, terlihat sangat kacau memeluknya, seakan tidak akan pergi, meskipun dia berencana untuk langsung memeluk perempuan ini turun.

Tifanny Wen justru mendorong tangannya, tidak buru – buru, dengan segera menjelaskan masalah tadi, “hari ini, lelaki itu… yaitu lelaki yang kamu temui kemarin, namanya Daniel. Aku terjatuh, lalu dia baik hati membantuku. Aku tidak bisa berdiri dengan stabil, jadi… terjadi kesalahpahaman.”

Tifanny Wen dengan tulus menjelaskannya.

Yansen Mu terhenti, “lalu?”

Lalu… setelah berdiri stabil, dia tidak mendorongnya?

“saat lelaki itu memelukku, kepalaku tiba – tiba sangat pusing, yaitu…. Kamu mungkin merasa sangat aneh, tapi saat dia memelukku, otakku, ingatanku, sedikit kacau, seperti berhenti, jadi saat itu aku juga tidak tahu aku berada dimana. Baru….”

Raut wajah Yansen Mu menjadi sangat buruk, tubuhnya bergetar, setelah terdiam Beberapa saat baru membuka mulutnya, “kamu… menemui dia, lalu ingatanmu? Jadi kacau?”

Air mata lelaki itu tiba – tiba mengalir. Entah mengapa, Tifanny Wen merasa, setelah lelaki itu mendengar penjelasannya, matanya tiba – tiba menjadi tegang.

Tifanny Wen mengangguk.

Yansen Mu terdiam.

Saat perempuan itu melihatnya, meskipun sudah melakukan hal itu dengannya, tapi tidak bisa dibandingkan dengan ingatan yang kembali muncul…

Begitu menemui Daniel, dia menjadi….

“tuan Mu.”

“iya. Pergi pulang istirahat dulu.” Yansen Mu menjawab.

Selesai berbicara, dia juga tidak berbicara apa. Hanya menggendong Tifanny Wen, turun dari mobil.

Dalam perjalanan, kedua orang ini tidak berbicara.

Sebenarnya Tifanny Wen ingin berbicara, hanya saja aura dari lelaki ini sangat aneh, maka dia hanya menutup mulut. Mempertimbangkan penjelasannya tadi, jelas – jelas membuat situasi menjadi kacau, lalu berpikir entah apa pun penjelasannya, lebih baik tidak menjelaskannya.

Setelah Tifanny Wen digendong oleh Yansen Mu kembali ke kamar mandi, dengan cepat mandi. Hari ini air dalam bathub telah dipersiapkan oleh Yansen Mu, ini membuat Tifanny Wen sangat kacau.

Orang ini, perasaannya sangat aneh, tetapi sepertinya juga sudah tidak terlalu marah. Jika tidak, juga tidak akan berkata tidak akan mem-pedulikannya tetapi justru menggendongnya masuk ke kamar, setelah itu menaruhnya ke dalam bathub, ini semua juga dilakukannya.

Tifanny Wen duduk dalam bathub, kesibukannya hari ini sudah membuatnya sangat lelah, duduk dalam air hangat ini membuat dia merasa, sangat baik.

Jika saat ini ada yang memijatnya, perasaan ini akan membuat dia seperti ratu, sangat nyaman.

Pijat?

Ting tong….