Cinta Setelah Menikah - Bab 249 Benar-Benar Mengajukan Lamaran? (2)

Saat ini, Tifanny Wen sudah tiba di asrama tempat dia tinggal.

Gina Si sudah mengerti kondisi dia. Hanya saja, Gina Si terlihat masih belum bisa sadarkan diri, bahkan ekspresi wajahnya saat ini terlihat bingung.

“Fanny, apa kamu benar-benar Tifanny Wen seorang pemain film itu?”

Gina Si sementara ini melupakan kegelisahan hatinya sendiri karena masalah Tifanny Wen, satu tangannya memegang tangan Tifanny Wen, lalu bertanya padanya.

Pada akhirnya dia terkejut lagi, “Kamu kenapa menggigil? dingin?”

“Tidak masalah. Ini karena hari ini aku berkelahi dengan terlalu keras, ototku sedikit kejang, lagipula, aku benar-benar merasa sedikit dingin.” ucap Tifanny Wen.

Setelah selesai bicara, dia bersin, lalu berkata: “Sepertinya aku sedikit flu. Benar-benar, kenapa malah mengeluarkan keringat dingin.”

Tetapi Tifanny Wen takut jika Yansen Mu khawatir mengenai masalah ini, sehingga dia tidak memberitahu Yansen Mu.

“Kamu kenapa menggigil?”

Setelah menjawab pertanyaan Gina Si, Tifanny Wen memegang lengan tangannya, dia merasa terkejut, lalu bertanya.

“Aku..........................aku takut..................” jawab Gina Si, “Mati.............menyebabkan kematian.........”

Tifanny Wen termangu, barulah dia teringat masalah yang terjadi hari ini............

............................

Letihnya malam ini, waktu pun berjalan dengan sangat cepat.

Sekalinya mengedipkan mata, waktu pun sudah menjelang keesokan harinya.

Hanya saja, saat Gina Si bangun, dia menyadari bahwa Tifanny Wen sudah tidak berada didalam asrama. Lalu dia melihat sebuah surat yang ditinggalkan olehnya:

“Tidak merias diri, tidak berpura-pura dengan wujud palsu, jadi aku segera pergi meninggalkan asrama, jika tidak, maka setelah teman-teman semuanya terbangun dan aku terlambat keluar meninggalkan asrama, nantinya aku tidak akan aman lagi.”

Sekalinya Gina Si membaca suratnya, dia langsung mengerti maksud Tifanny Wen.

Wajahnya tidak dirias dengan wujud palsunya, jika dia terlambat keluar dari asrama, dia pasti diketahui oleh banyak orang. Hari ini Tifanny Wen sepertinya terburu-buru bergegas keluar.

Sehingga, dia pergi meninggalkan asrama sebelum matahari terbit.

Tiba-tiba didalam hati Gina Si merasa hangat. Didalam hatinya mengerti jelas, kenapa kemarin malam Tifanny Wen bersikeras ingin menemani dia di asrama.

Mungkin...................khawatir dengan perasaan dirinya.

Suasana hati Gina Si sedikit kacau, saat dia membaca surat ini, dia langsung teringat kejadian kemarin, dia pun merasa kesakitan, tiba-tiba air mata didalam matanya ini menetes, diam-diam menghibur diri sendiri: Jangan berpikir sembarangan! pasti bisa menahannya!

Hanya saja, tidak sampai menunggu dia mengatur suasana hatinya, masalah pun datang menghampirinya.

“Halo....................”

Saat ini telepon Gina Si berdering.

Ibunya meneleponnya.

“Ibu, kenapa?”

“Kamu ini, akhir-akhir ini kamu benar-benar tidak bisa diatur, aku menyuruhmu belajar dengan baik, kamu melakukan hal buruk apa lagi?” tanya ibu Gina Si.

“Bu? kamu bicara sembarangan, aku tidak melakukan apapun.”

“Jika tidak melakukan apapun, lalu darimana datangnya uang itu? jika tidak melakukan apapun, kenapa bisa ada seorang pria kaya yang tiba-tiba datang ke rumah membawa 4 orang anak buahnya dan mengatakan ingin melamarmu.” Ibu Gina Si berkata: “Meskipun pria itu tidak terbilang tua, tetapi bukankah ibu sudah memperingatkan kamu beberapa kali, hal yang paling penting saat ini adalah belajar dengan baik? meskipun keluarga kita kekurangan uang, tetapi tidak kami juga tidak akan menyuruhmu menjual diri. Kamu cepat pulang, usir para pria ini.”

“Pria............seorang pria?”

Gina Si hampir saja melukai lidahnya sendiri, “Pria apa? bu, kamu berkata apa? aku tidak berpacaran dengan pria manapun.”

“Hari ini ada orang datang melamar dan mengantar beberapa barang pernikahan. Jaman ini, ternyata mengajukan lamaran tidak langsung kepada orang yang dilamarnya, dia malah langsung datang ke rumah dan berbincang denganku, menganggap ini seolah masyarakat feodalisme. Membuatmu tidak belajar dengan baik, kamu berpacaran dengan pria macam apa? pendiam, otaknya bermasalah pula.”

Ibu Gina Si saat ini ternyata berubah lebih cerewet dibandingkan dengan Gina Si.

Saat ini Gina Si ingin cerewet juga, tetapi dia tidak tahu keadaannya, kemarin dia dikejutkan hingga ketakutan. Saat ini pikiran didalam otaknya ini berdengung dan kacau.

Apa dengan apa?

Melamar?

Apa yang terjadi?

Dia tidak memiliki seorang kekasih, bagaimana mungkin ada orang datang melamar dia?

Jika membahas seorang pria, panglima kiri kemarin itu..............

Panglima kiri?

Tatapan mata Gina Si menyiratkan rasa yakin, tiba-tiba dia membuka mulut dengan perasaan sulit percaya, dia terkejut hingga wajahnya memucat.

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu