Cinta Setelah Menikah - Bab 117 Ayah, Ibu, Aku Sudah Menikah (2)

Tapi kalau dia tinggal di sini, bagaimana dengan Yansen Mu? Sudah sebulan lebih dirinya tidak kembali ke rumah. Jika hari ini dia tidak kembali ke rumah, Tifanny Wen merasa itu tidak adil.

Sekarang di sampingnya tidak ada orang. Tifanny Wen tidak takut memberitahu persoalan pernikahannya pada mereka.

Tapi baru saja berucap 'di rumah ada orang', wajah Nelson Wen, Yuni Yun, nenek Wen serta bibi Wang berubah sangat tidak enak dipandang. Hanya Febby Wen yang diam-diam tertawa ditambah tubuhnya bergetar.

Tiba-tiba Tifanny Wen berdiri dan merasa ruang tamu tiba-tiba menjadi dingin. Baru ingin menjelaskan, tiba-tiba Tifanny Wen mendengar Nelson Wen berubah marah dan langsung menunjuk dirinya, "Kamu... dari mana kamu dapatkan uang untuk membeli Hairui Entertainment?" Walaupun Nelson Wen selalu percaya kalau anaknya adalah orang yang berprinsip kuat, di luar sana ada banyak gosip kalau Tifanny Wen disokong oleh orang kaya, Nelson Wen selalu tidak percaya. Tapi sekarang, begitu mendengar ucapan Tifanny Wen, mau tidak mau Nelson Wen berpikiran seperti itu.

Jika seperti itu, Nelson Wen harus membuka kebusukan gadis tengik ini dan merobek kertas kontrak ini.

"Ayah, dengarkan aku. Ini tidak seperti yang ayah pikirkan. Maksudku adalah..."

"Ayah, ibu, nenek..." belum selesai Tifanny Wen bicara, tiba-tiba terdengar suara pria yang familiar di belakang Tifanny Wen.

Suara pria yang dari kejauhan lama-lama mendekat. Tifanny Wen memutar kepalanya dan langsung melihat Yansen Mu yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.

Sebelumnya Tifanny Wen menyuruh pria itu menunggu di luar. Tifanny Wen ingin bicara sendiri pada keluarganya.

Suara Yansen Mu yang memanggil 'ayah, ibu, nenek' membuat semua orang yang berada di ruang tamu terkejut setengah mati.

"Ayah, ibu, nenek, aku dan Tifanny sudah menikah." Ucap Yansen Mu.

Keluarga Wen: ...

"Maaf yah, bu, dan nenek, aku tidak bicarakan ini sebelumnya dengan kalian. Tapi kalian jangan khawatir, aku tidak akan membuat Tifanny bersedih. Sampai waktunya tiba, pesta pernikahan akan digelar besar." Yansen Mu meminta maaf pada keluarga Wen.

Keluarga Wen: ...

"Uhuk... uhuk..." Kemarahan Nelson Wen di dada belum terlampiaskan tapi sudah dihentikan oleh Yansen Mu. Nelson Wen terkejut sampai terbatuk-batuk.

"Ayah..." Tifanny Wen khawatir sambil menepuk-nepuk punggung ayahnya.

Nelson Wen mengibas-ngibaskan tangannya lalu berkata: "Tidak apa-apa, ayah tidak apa-apa. Karena sudah seperti ini, jangan pulang buru-buru. Sudah terlalu malam. Besok tidak perlu bekerja, kan?"

Tifanny Wen: ...

"Uhuk... uhuk... karena sudah seperti ini, keluarga kami juga tidak menyiapkan baju untuk Yansen. Kalau begitu kalian kembali lah. Nantinya jangan pindah kemari. Lebih baik tinggal berdua. Hanya saja saat ada waktu kosong, bawa Yansen ke rumah untuk menengok kami." Ibu Tifanny Wen tiba-tiba bicara. "Yansen, awalnya aku masih menebak bagaimana bisa kamu berteman dengan gadis tengik yang tidak berguna ini. Ternyata dari awal... uhuk... kalian sudah menikah! Umurmu juga sudah tidak muda lagi, sudah harus menikah. Watak Tifanny keras dan suka melawan. Jika dia tidak mendengarmu, cepat katakan pada ibu, ibu akan membantumu."

"Ah? Sudah menikah? Ini... nenek belum menyiapkan hadiah. Apakah masih sempat untuk menyiapkannya sekarang? Aku dengar kalau dulu suamimu adalah tentara, bahkan pernah berperang, mengesankan! Keluarga Wen dan tentara terdepan negara memiliki hubungan. Sebenarnya, kakek kalian yang sudah meninggal juga pernah berperang. Waktu aku kecil, bahkan jika keluargaku tidak mengizinkan, aku tetap masih ingin menjadi tentara wanita. Tidak ku sangka..." nenek Wen semakin memuji. Tahu bahwa dulu Yansen Mu adalah tentara, nenek Wen tidak berhenti bicara, rasa kantuk pun tidak ada, nenek Wen terus bicara sampai sulit untuk menghentikannya.

Yansen Mu tertawa, "Kalau nenek tertarik, lain hari aku akan datang untuk menceritakan hal-hal yang ada di tentara."

Nenek Wen terlalu senang dan menganggukkan kepala, masih ingin mengobrol dengan Yansen Mu. Tapi karena waktu sudah malam, nenek Wen menahannya. Buru-buru menyuruh Tifanny Wen menemani suaminya pulang.

Ketika Tifanny Wen pamit, nenek Wen masih berbisik di telinga Tifanny Wen. Berkata bahwa dia harus menghormati tentara, menjadi istri seorang tentara harus memiliki karakter yang bagus dan sebagainya.

Setelah Tifanny Wen pergi dari kediaman keluarga Wen, hatinya masih merasa murung.

Yansen Mu sialan! Sebenarnya siapa cucu keluarga Wen?

Setelah Yansen Mu berada di sana, Tifanny Wen benar-benar menjadi pemeran tambahan. Seperti pria itu lah cucu keluarga Wen.

Tentara? Bukankah pria itu sudah keluar dari tentara?

Tapi yang membuat Tifanny Wen merasa aneh adalah dia berhenti karena terluka. Terluka? Di mananya dia terluka?

Sebenarnya apa alasan pria itu bisa melarikan diri dari tentara dan kembali ke keluarga Mu?

Pertanyaan ini yang pertama kali dipikiran Tifanny Wen. Dia ingin bertanya, tapi merasa artinya tidak begitu besar. Setelah berpikir, Tifanny Wen menjadi malas bertanya.

Keduanya pergi dari kediaman keluarga Wen. Di gerbang kediaman keluarga Wen ada dua buah mobil. Satu mobilnya milik Helen Mu, satunya lagi milik Yansen Mu. Melihat mereka turun, Helen Mu melambaikan tangan lalu berkata: "Kak, Tifanny, aku pergi duluan. Sampai ketemu di lain hari."

Ketika pergi, tidak lupa Helen Mu bersiul dan melemparkan tatapan kasihan ke Tifanny Wen.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu