Cinta Setelah Menikah - Bab 43 Kemampuan Berperan Tidak Sesuai Standar (1)

Para penonton sudah melihatnya, diam-diam mereka memberikan tatapan simpati terhadap Tifanny Wen. Diam-diam berkata: Gadis ini dulunya juga sangat mengesankan, hari ini ternyata dia dilecehkan di depan umum, peristiwa di dunia memang benar-benar tidak menentu.

Tetapi............sangat tidak punya malu hingga mampu menahannya, sutradara sudah mengatakan tidak menginginkan dia lagi, aktris lain yang ada disini juga tidak senang denganmu, tapi kamu masih tidak ingin pergi saja.

Tidak sedikit orang yang diam-diam berpikir: Tifanny si tidak tahu diri, seolah terbang ke langit.

Tifanny Wen saat itu sudah mengangkat kepala, tapi dia masih tidak pergi, juga masih tidak menjawabnya, dia tiba-tiba melihat ke arah belakang Tika Luo sambil tertawa sinis.

Di Belakang Tika Luo ada Juwita Wen yang sedang berjalan mendekat.

Dia baru saja tiba di lokasi.

Saat itu juga orang yang berjalan mendekat selain penata rias dan asistennya, ternyata ada Raymond Jiang yang tidak seharusnya ada disini.

Raymond Jiang pernah berkata kalau dia membenci peran! sekarang berganti ke Juwita Wen, dia ternyata langsung menemani dia datang ke tim aktris!

“Sudah lama tidak bertemu.”

Tifanny Wen berbicara, perkataannya ini dikeluarkan untuk menyerang Juwita Wen.

Setidaknya Tika Luo. Dia langsung diabaikan oleh Tifanny Wen.

Seolah di matanya, dia bertengkar dengan Tika Luo seolah menurunkan harga dirinya.

Sikap dia yang seperti ini, semakin membuat raut wajah Tika Luo semakin tidak senang. Dia melihat ke arah yang sama seperti Tifanny Wen lihat, dia menengokkan kepala melihat Juwita Wen yang kebetulan saat itu juga bersamaan dengan Raymond Jiang.

Hubungan Juwita Wen dan Raymond Jiang sekarang hampir tidak diketahui orang. Meskipun cukup sabar menghadapi pelecehan, tapi dia akhirnya tidak perlu menyembunyikan sebuah pertolongan lagi.

Masalah “Pelakor” yang dialami Juwita Wen, meskipun para netizen sangat membencinya, tetapi didalam dunia hiburan, masalah ini adalah hal yang wajar, asalkan memiliki kedudukan, semua orang pasti bersikap menjilat padanya.

“Juwita, kamu sudah datang?”

Tika Luo melihat Juwita Wen datang, dia segera mengganti mimik wajahnya, berjalan mendekatinya dengan perasaan penuh semangat, berkata: “Juwita hari ini sangat cantik, beberapa orang bahkan tidak bisa menandinginya, tentu saja, rasa malunya lebih kebal dari siapapun, bersikap kurang ajar dan tidak masuk akal masih tetap berada disini, entah siapa yang beberapa hari yang lalu pergi dengan begitu angkuh.”

Saat Tika Luo mengatakan kalimat ini, Juwita Wen tersenyum lembut padanya.

Awalnya, dia masih merasa heran kenapa Tifanny Wen bisa ada disini, tetapi, sekalinya mendengar perkataan Tika Luo, dia pun mengerti semuanya: Ternyata Tifanny menyesal! dia tidak ingin meninggalkan tim aktris, dia ingin memohon pada sutradara.

Benar juga, bukti tentang dia, dia memiliki sumber penghasilan yang sangat jarang ditemui. Sabar menunggu, menunggu sampai karyanya dikeluarkan, bisa saja karyanya ini benar-benar bisa terkenal. Tetapi sekarang jika dia tidak bisa menahannya, ke depannya tidak akan ada kesempatan lagi.

Tifanny Wen saat ini mengerti.

Hanya saja, apakah Kevin Qin beberapa hari ini tidak menjalankan serangan balasan untuknya?

“Tentu saja, kalau rasa malunya tidak kebal, bagaimana mungkin bisa berkelahi dengan pelakor?”

Saat itu Tifanny Wen akhirnya melihat ke arah Tika Luo sekilas, dia sembarang mengatakan kalimat itu.

Kalimat ini

Menjelaskan bahwa dirinya memiliki rasa malu yang kebal, faktanya, dia diam-diam mengisyaratkan bahwa rasa malu pelakor lah yang lebih kebal.

Pelakor ini ditujukan pada siapa.............semua orang di lokasi pun semuanya tahu!

Setelah mendengar itu, raut wajah para penonton yang melihat di lokasi itu langsung berubah, diam-diam mengambil napas: Tifanny ini, nyalinyanya benar-benar tidak sebesar biasanya, sikapnya benar-benar gila dari biasanya, entah bagaimana mengungkapkannya dengan halus.

Kalimat yang begitu jelas menusuk,

Seketika itu juga membuat Juwita Wen tidak bisa mempertahankan senyuman di wajahnya, tatapan matanya sedikit sinis.

“Dimana para penjaga? lokasi pengambilan adegan, bukankah tidak mengijinkan orang yang tidak memiliki kepentingan untuk masuk membuat keributan?”

Juwita Wen mengerutkan alis, kelopak matanya memerah, seperti merasa disalahkan, dia melihat ke arah para penjaga yang berjalan mendekatinya, dia bertanya dengan suara lembut.

Juwita Wen terus bersikap seperti itu, tidak bisa menghadapi adu mulut dengan Tifanny Wen. Dengan begitu, dia merasa dirinya lebih berpendidikan dibandingkan dengan Tifanny Wen.

Saat ini dia diam-diam berpikir: Tifanny Wen ternyata membocorkan identitas anak perempuan sebuah keluarga, perkataannya tidak bisa dijaga, seorang anak bangsawan yang tidak memiliki sopan santun.

Tifanny Wen mendengar itu malah tertawa kesal. Dirinya dianggap sebagai orang yang tidak memiliki kepentingan, lalu Raymond Jiang dianggap sebagai apa?

“Ha...............”Tifanny Wen benar-benar tertawa, melihat ke arah penjaga yang berjalan mendekatinya, lalu dia melihat ke arah Raymond Jiang, berkata: “Benar, orang yang tidak memiliki kepentingan sebaiknya meninggalkan tempat ini.”

Kedipan mata Tifanny Wen tidak memperlihatkan suasana hatinya, tatapannya hanya memperlihatkan tatapan yang sadis.

Raymond Jiang membuka mata, tatapan matanya saling bertentangan, melihat Tifanny Wen yang tidak menghindari tatapan matanya, didalamnya tidak tersirat perasaan sakit apapun, dia malah sedikit terkejut, sedikit tidak bisa memahami maksudnya.

Kenapa, saat dia mencintainya, bisa mencintai begitu sepenuh hati sampe mati.

Setelah putus, dia juga bisa begitu sepenuhnya benci?

“Nona Tifanny, disini adalah lokasi syuting, kamu sebaiknya pergi. Jika ingin melihat keramaian, sebaiknya juga sedikit menjauh sampai di lingkup luar lokasi penonton.”

Kelihatannya perkataan Juwita Wen lebih menyakitkan dibandingkan perkataan para penjaga.

Kemudian mereka benar-benar berjalan mendekati Tifanny Wen, bergaya seperti mengusir paksa seseorang.

Tifanny Wen mengerutkan alis, dia tidak pergi.

Para penjaga marah, “Nona Tifanny, jika kamu masih tidak pergi, maka jangan salahkan kami kalau kami melakukan tindakan untuk mengusirmu.”

Perkataannya baru saja diucapkan, di belakangnya terdengar suara orang bergumam: “Kamu ingin mengusir siapa?”

Sutradara Aliando Zhang, di belakangnya diikuti seorang aktris, saat itu akhirnya muncullah dia berjalan mendekat ke lokasi.

Dia kebetulan melihat perselisihan disini.

Termasuk barusan Juwita Wen meneriaki penjaga, dia melihat itu semua.

Saat ini, saat sutradara melihat ke arah Tifanny Wen, tatapan matanya menjelaskan bukan seperti tatapan biasa yang seperti dulu.

Dia menatapnya ragu sambil duduk, Tifanny Wen duduk dengan suasana hati yang tenang, diam-diam menghentikan tubuhnya yang gemetar, didalam hatinya berkata: Sebaiknya nona muda ini jangan marah!

Kenny Qin sudah memberikan amanat, jika dia mengganggu Tifanny Wen, maka dia akan menghabisinya, terlebih lagi jangan sebut dia sebagai sutradara.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu