Cinta Setelah Menikah - Bab 116 Tifanny Wen Pulang ke Rumah (2)

Tapi tidak ada orang yang tahu saat ini seperti apa gejolak besar yang ada di dalam hati Tifanny Wen.

Berjarak dua tahun, Tifanny Wen kembali menginjakkan kakinya ke tempat familiar yang disebut 'rumah'. Ketika rasa bersalah muncul kembali, mata dan hidungnya sudah merasa perih.

Tifanny Wen tidak menyangka, bibi Wang yang selalu bisa membedakan mana yang salah dan benar saat ini melihatnya tanpa rasa kritikan, jikalau ada, bibi Wang menatap Tifanny Wen dengan rasa terkejut dan antusias.

Tifanny Wen menekan gejolak di dadanya, melangkahkan kakinya lalu berjalan mengikuti bibi Wang dari belakang sambil mengobrol dengannya. Malam ini, tangan Tifanny Wen kaku lalu relaks, relaks lalu kaku...

……

Di dalam tempat acara.

"Nona, aku mencari nyonya dan nyonya besar terlebih dahulu."

Setelah membawa Tifanny Wen masuk ke dalam, bibi Wang memperhatikan sekitar lalu berkata pada Tifanny Wen.

Tifanny Wen tersenyum, lalu bibi Wang pergi.

Bagaimana ya. Ini juga rumahnya, dia tidak akan pergi dari sini.

"Kak..." Saat ini, di sekumpulan orang-orang ada tatapan tajam yang mengunci tubuh Tifanny Wen, tepat, itu suara Febby Wen. Wanita itu sudah menyadari keberadaan Tifanny Wen.

Tifanny Wen melihat ke sana dan melihat Febby Wen memakai gaun berwarna merah muda dan melambai ke arahnya, memberi petunjuk padanya untuk ke sana.

Setelahnya, pandangan Tifanny Wen jatuh ke sepasang mata yang gelap bagaikan lautan.

Sewaktu kecil, guru bahasa selalu bicara padanya bahwa mata seorang ibu itu lembut, sedangkan mata seorang ayah tajam dan dalam.

Saat ini Tifanny Wen setuju dengan ucapan tersebut.

"Ayah." Tifanny Wen berjalan menghampiri, menekan rasa pedih di matanya. Tifanny Wen berkata pada sosok tinggi dan besar yang berada di samping Febby Wen, "Ayah, selamat ulang tahun."

Sebelumnya Tifanny Wen pernah bertemu Nelson Wen di kediaman keluarga Wen, saat ini melihat ayahnya lebih tua dibandingkan dua tahun yang lalu, hati Tifanny Wen remuk.

"Baguslah kamu kembali. Malam ini menginap saja di sini."

Ketika Tifanny Wen dibawa masuk oleh bibi Wang, Nelson Wen sudah sedari tadi melihat Tifanny Wen. Matanya menyiratkan tatapan rumit, seperti sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tapi orang yang peka masih bisa menangkap sorot antusias dan bahagia di mata Nelson Wen. Jelas sekali, perasaan pria itu semakin membaik.

Nelson Wen tidak membicarakan masalah dua tahun yang lalu, baginya masalah itu sudah berlalu.

Melihat ayahnya tidak membicarakan masalah tersebut, Tifanny Wen mengatupkan bibirnya, tanpa bicara apapun, langsung berjalan ke depan ayahnya. Melihat ada orang yang ingin bersulang dengan ayahnya, Tifanny Wen langsung menerima gelas wine yang berada di tangan ayahnya lalu menggoyangkan gelas wine ke tamu tersebut: "Tuan, aku tidak tahu apakah aku memiliki kehormatan untuk bisa menggantikan ayahku bersulang denganmu?"

Tamu tersebut terkejut, "Tifanny?"

"Tifanny?" Saat ini, banyak tatapan mengarah ke sini.

Lagipula Tifanny Wen adalah artis. Mungkin ada orang yang tidak mengikuti perkembangan dunia hiburan, tapi orang-orang ini juga mengikuti berita terpanas di media. Mereka semua mengenali Tifanny Wen.

Sekeliling yang berada di jarak dekat mendengar Tifanny Wen memanggil Nelson Wen 'ayah', untuk sesaat mereka tidak sadar.

Tifanny Wen adalah putri Nelson Wen? Dia adalah nona dari perusahaan Wen?

Tapi setelahnya berpikir bahwa marga Tifanny juga bernama Wen, pikiran itu tiba-tiba muncul. Berita ini membuat mereka terkejut, dalam sesaat semua tatapan orang-orang tertuju ke Tifanny Wen.

Artis, selalu menarik perhatian orang-orang lebih dari orang biasa.

"Tentu saja boleh. Bisa ditemani oleh nona Tifanny merupakan kehormatanku."

Kesadaran tamu itu langsung kembali, menjawab Tifanny Wen sambil tersenyum.

Tamu tersebut adalah seorang pria, tampaknya baru berumur 30 tahun. Jelas, Tifanny Wen menggantikan ayahnya menghindari alkohol. Perasaan pria itu tidak menerima pengaruh yang banyak, hanya saja pria itu semakin senang. Tatapan pria itu menyorotkan tatapan penuh hormat, "Nona Wen, aku adalah penggemarmu."

Tiba-tiba pria itu berkata, "Aku benar-benar seorang Wens."

Setelah pria itu berkata, lengan bajunya dibuka, lalu menggoyangkan lehernya di depan Tifanny Wen.

Saat ini Febby Wen dan Helen Mu berdiri di dekat Tifanny Wen dan melihat kalau di leher pria itu ada tato. Tato itu bukankah bertuliskan 'Tifanny Wen' ? Di bawah tulisan 'Tifanny Wen', masih ada tato tato bergambar klub penggemar Tifanny Wen, Wens.

"Ya! Dia benar-benar penggemar kakakku." Febby Wen terkejut, "Tuan, siapa namamu?"

"Reynold Jun."

"Tuan Reynold benar-benar cukup mengikuti perkembangan ya, sekarang mengejar artis." Helen Mu yang berada di samping berkata, tatapannya yang senang diatas penderitaan orang lain kita tertuju ke orang yang berada di belakang Tifanny Wen, pelan-pelan Helen Mu mendekati kakaknya, Yansen Mu.

Uhuk uhuk.. hari ini Helen Mu bukanlah pertama kali melihat wajah suram kakaknya.

Terlebih lagi saat ini. Gadis bodoh itu masih tidak menyadari keberadaan seseorang yang sedang menatap tato pria itu.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu