Cinta Setelah Menikah - Bab 54 Suami Istri Bermain Mahjong (2)

Meskipun, sekarang dia, memang lelaki ini yang menghidupinya….

“aku tidak akan membiarkan kamu kalah.” Yansen Mu sangat percaya diri.

“ehm, sudah kalah sebanyak itu, apakah dengan mengganti orang hokinya akan menjadi lebih baik?”

Tifanny Wen pasrah. Orang ini sudah kalah sebanyak ini, tekniknya juga pasti biasa saja, masih mengajarinya?

Dia lebih baik menarik Putri Bai, lalu berkata: “Bibi Bai, kamu duduk di sebelahku, juga bisa mengajariku.”

Yansen Mu… perempuan ini tidak mempercayai tekniknya!

“OK.”

Putri Bai langsung mengangguk, sedangkan pandangan Yansen Mu tidak beralih dari wajah Tifanny Wen, tatapannya yang lembut itu, sedikit tercengang.

Yang tercengang bersama, tentu saja juga ada kakek Mu dan nenek Mu.

Ini adalah mukjizat!

Apakah jangan – jangan, cucunya ini tidak begitu menyukai pacarnya?

Melainkan menyukai tunangannya ini?

Ini…. Meskipun sangat bersalah kepada pacarnya.

Hanya saja jika Yansen Mu dan Tifanny Wen bisa bersama, maka mereka tentu saja bersedia.

Yang penting, jika bisa cepat Menikah maka tidak apa.

Kakek Mu dan nenek Mu, bingung bersamaan, sangat kesal dengan sikap Yansen Mu yang “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”, tetapi juga ingin membantu lelaki ini dan Tifanny Wen saling menyukai, tapi syaratnya adalah, cucunya ini memiliki niat untuk Menikah.

“eh? Bukankah ini adalah artis? Tifanny Wen? Pacarnya Yansen?”

Seberang Tifanny Wen, adalah teman dari nenek Mu. Umur keduanya tidak beda jauh, saat masih muda keduanya tumbuh di tempat yang sama, sekarang meskipun sudah tua, tetapi pertemanan keduanya masih baik. Di tambah lagi, mereka tinggal di tempat yang dekat.

“nenek Wang, dia bukan, dia adalah…”

“dia adalah tunangan Yansen.”

Ucapan kakek Mu…. Sungguh cepat.

Kata “tunangan” yang diucapkan kakek Mu, katanya di perjelas, sembari melihat ke arah Tifanny Wen.

Dia ingin mencoba, Tifanny Wen terhadap kata “tunangan” ini, seperti apa reaksinya.

Jika dia tidak peduli, siapa tahu, cucu dan perempuan ini ada kemungkinan.

Hanya saja pacar cucu….

“tukang bicara, giliranmu.”

Nenek Mu justru memelototi kakek Mu, memberikan tanda sudah seharusnya mengeluarkan kartu. Tetapi dalam hatinya sedang memarahi orang tua ini: tidak melihat wajah Tifanny Wen yang tidak tahu harus bagaimana setelah mendengar kata “tunangan” ini?

Masih melihat ekspresi orang! Dasar….

“satu.” Kakek Mu langsung mengeluarkan kartu.

Tifanny Wen melihat babak yang belum selesai ini, tidak tahu harus apa. Dia masih belum mengerti aturannya….

Saat ingin meminta bantuan, justru mendengar suara kecil dari Yansen Mu di sebelah telinganya, “ambil, pegang kartu.”

Tifanny Wen menurutinya.

“tiga bambu…”

“kena…”

“pegang..”

……..

Selanjutnya, apa yang di katakan oleh Yansen Mu, maka Tifanny Wen menurutinya.

Ini… seharusnya dia yang memainkannya bukan?

Meskipun di bawah bimbingan Yansen Mu, dia sudah pelan – pelan mengerti aturannya, hanya saja semua sudah ada dalam genggaman Yansen Mu.

“menang, timur selatan barat utara semuanya kena!”

Saat Tifanny Wen sudah Beberapa kali membuka kartunya, bibirnya sudah tersenyum, “kakek, kedua nenek, 128 kali loh.”

Tifanny Wen dengan puas menunjuk kertas merah yang ada di depannya, sedikit pun tidak sungkan di depan ketiga orang tua ini.

Dia baru pertama kali main, hanya saja setelah bermain 10 babak… benar – benar menguntungkan.

Ketiga orang tua ini memajukan bibir, hanya memelototi satu orang, orang ini adalah Yansen Mu.

Lelaki ini.

Bukankah tidak tertarik? Mengapa begitu mengajari Tifanny Wen, dia sangat bersemangat?

Melainkan, tatapan galak ketiga orang ini, tidak dipedulikan oleh Yansen Mu.

Saat ini perhatiannya ada di Tifanny Wen, melihat perempuan ini tersenyum dengan manis untuk pertama kalinya, suasana hatinya sangat baik, kekhawatirannya sudah hilang, justru terlihat sangat nyaman, tiba – tiba merasa situasi ini… sangat menyenangkan!

“tidak main lagi tidak main lagi.”

Hanya saja, saat Tifanny Wen pasangan suami istri ingin terus bermain, nenek Wang justru tidak ingin main lagi.

Lagi pula sekarang sudah tidak awal lagi, dia ingin kembali makan malam.

Tifanny Wen melihat waktu, memang sudah tidak awal lagi, langsung menyetujui untuk bubar.

“nyonya.”

Hanya saja, saat nenek Wang baru saja pergi, datang seorang pembantu, berkata: “direktur Wen dari perusahaan Wen datang.”

Direktur Wen dari perusahaan Wen…. Yang berarti perusahaan yang di dirikan oleh Nelson Wen, perusahaan obat Wen yang di namakan “Obat Jinkang”, perusahaan property Keluarga Wen yang dinamakan ”Properti Longda”, perusahaan emas yang dinamakan “Perhiasan Xinyun”, masih ada perusahaan yang lainnya.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu