Cinta Setelah Menikah - Bab 80 Syuting Di Tengah Hujan (2)

Selesai menceritakan masa kecilnya, fokus utama drama ini adalah, Erin Leng yang kembali ke negara asalnya untuk menjalankan misi. Bagi para penonton, kelembutannya yang di masa kecil, serta kebaikannya yang berubah setelah mengalami banyak hal, berharap Erin Leng menjadi seseorang yang dingin.

Erin Leng setelah kembali ke negara asal, awalnya muncul sebagai seorang pelajar perempuan.

Sedangkan, setelah dia kembali ke negara asal, hanya menjalankan misi untuk membunuh diam – diam.

Hingga malam ini, dia baru pertama kali menunjukkan kehebatannya!

“Tifanny, hari ini benar – benar sangat penting. Erin Leng sebagai pembunuh yang hebat, sedangkan hari ini adalah pertama kali dia menunjukkan kehebatannya, jika tidak bagus, maka kesan pertama penonton terhadap dia juga akan berkurang. Ini… apakah kamu bisa menghadapinya?”

Sutradara Zhang melihat sekilas penampilan Tifanny Wen yang berlari di tengah hujan, melihat badannya yang sudah basah kuyup, mengerutkan dahinya, lalu merasa sedikit khawatir.

Bertarung di tengah hujan, memang sangat sulit.

Jika artis biasa, mereka tidak akan berani. Tetapi Tifanny Wen, bahkan direktur sudah berpesan kepadanya untuk jangan terlalu tegas kepadanya.

Tifanny Wen justru tersenyum, “aku tahu, jika bagus, tentu akan membuat penonton menyukainya. Tenang saja, aku bisa. Selanjutnya adalah bertarung bukan.”

Bagian gerakan, siang hari tadi Tifanny Wen sudah di ajari oleh seorang guru. Bagaimana pun Tifanny Wen juga bukan seperti orang biasa, saat dia berumur Beberapa tahun dia sudah pernah syuting film pertarungan, karena itu sutradara juga tidak memberinya banyak waktu untuk latihan gerakan.

Saat ini badannya sudah basah kuyup, juga sudah menaruh handuk yang ada di tangannya, berdiri di depan kamera menghadapi hujan deras, sutradara Zhang menghela napas merasa kasihan, langsung meminta lawannya yang satu lagi, untuk bersiap.

Setelah sutradara Zhang berpesan, dan berteriak mulai. Selanjutnya, di depan kamera, sudah mulai pertunjukan yang spektakuler.

Di dalam kamera, dua orang itu, Erin Leng dan tahanan yang kabur.

Tahanan itu, adalah lelaki yang berumur 40 tahun, badannya yang kekar, terlihat sangat hebat.

Sedangkan Erin Leng, terlihat sangat muda, terlihat hanya anak kuliah, justru, mengeluarkan aura dingin dari tubuhnya, membuat orang tidak berani menatapnya….

Tentu saja, perempuan yang ada di layar, gerakannya sangat hebat, tetapi musuhnya, juga terkenal akan kehebatannya. Karena itu, Ering Leng dan musuhnya, meskipun bagus, juga sama sekali tidak santai….

Terutama karena pertarungan ini ada dua bagian, keduanya saat sudah jatuh, dan tidak bisa berdiri lagi, lalu berdiri lagi dengan kemauan, bertarung lagi…. berulang – Ulang terus, hingga Beberapa kali.

Tentu saja, pertarungan Erin Leng tidak mudah. Tetapi pertarungan kali ini, tentu saja dapat memperlihatkan kehebatannya. Karena lawannya sangat terkenal di bidang ini.

Para staff yang melihat kedua orang itu, jatuh bangun, tidak ada satupun dari mereka yang berteriak sakit, mau tidak mau menghela napas, hati mereka merasa kagum.

Terutama Tifanny Wen, sebelumnya banyak orang yang mengira, kalau dia bisa ada di sini karena latar belakangnya yang hebat. Tidak terpikirkan, dia sangat professional tidak kalah di banding para seniornya. Di umurnya yang seperti ini, sudah sangat jarang ada aktris yang sepertinya.

“STOP!”

Setelah sutradara berteriak berhenti, akhirnya sudah selesai. Dengan segera para staff membawa paying dan memberikan handuk kepada Tifanny Wen dan satu senior lagi.

“hasilnya lumayan. Sekarang aktris muda sepertimu yang sangat professional, sudah sangat sedikit.”

Setelah selesai, Anton Liu yang berperan sebagai tahanan, memuji Tifanny Wen, “semoga kelak kita masih ada kesempatan kerja sama.”

Meskipun Anton Liu hanya peran sampingan, tetapi di dunia entertainment ini dia adalah senior, mendapatkan banyak penghargaan, terkenalannya bahkan bisa di bandingkan dengan Juwita Wen. Ada di kali ini, juga karena sutradara Zhang, membantu temannya. Tifanny Wen mendapat pujian darinya, dapat diketahui, kalau penampilannya memang bagus.

Tifanny Wen tersenyum, “kelak jika bisa bekerja sama lagi dengan guru Liu, adalah kebanggaanku.”

Tifanny Wen bersuara kecil, karena dia sudah tidak ada tenaga untuk bersuara.

Sangat dingin!

Dia sudah tidak sabar untuk pulang ke Rumah minum air jahe.

Setelah selesai, dia mengambil tasnya, Tifanny Wen mengeluarkan ponsel dari tasnya, baru menyadari, dia sudah mendapat Beberapa panggilan tidak terjawab.

Setelah di buka, semuanya adalah telepon dari Yansen Mu.

Tifanny Wen merasa dingin, dia lupa memberitahu Yansen Mu kalau dia telat pulang hari ini.

Yang Tifanny Wen tidak ketahui adalah, Yansen Mu malam ini sudah sangat panik. Jika bukan karena dia merasa tidak cocok untuk muncul di lokasi syuting, takutnya, dia pasti sudah akan datang.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu